Suara.com - Tim hukum pasangan Joko Widodo – Jusuf Kalla melaporkan kasus pemberitaan Tabloid "Obor Rakyat" ke Markas Besar Polri, Senin (16/6/2014). Tabloid yang dipimpin Setiyardi Budiono, mantan wartawan Tempo yang juga asisten staf khusus Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, ini dilaporkan ke polisi karena isinya dianggap menyebarkan fitnah kepada Jokowi.
“Tim hukum melaporkan tabloid itu sebagai tindak pidana, diantaranya pencemaran nama baik,” ujar Abdul Kadir Karding yang merupakan anggota tim sukses Jokowi-JK di bidang penghubung partai, kepada suara.com.
Abdul mengatakan pihaknya berasumsi penerbitan tabloid Obor Rakyat diproduksi dan disebar dengan diam-diam, tetapi secara masif dan dilakukan orang-orang yang terorganisir.
“Mereka memiliki biaya uang yang cukup besar untuk memproduksi dan mendistribusikannya,” kata Abdul.
Minta diklarifikasi
Pemimpin redaksi Tabloid "Obor Rakyat", Setiyardi, mengatakan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri bisa mengklarifikasi isi tabloid bila dianggap salah.
“Kalau ada yang tidak sesuai di media silakan diklarifikasi,” kata Setiyardi di acara diskusi bertema ‘Hitam Putih Kampanye’ di Warung Daun Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (14/6/2014).
Dari sisi Setiyardi, konten tabloidnya sudah sesuai dengan fakta.
“Terkait bus karatan, Pak Jokowi sudah klarifikasi bahwa nama Mikhael tidak terlibat karena sebelumnya kita sebut dia terlibat. Fakta juga menyebutkan bahwa Ibu Mega menyebut Jokowi sebagai petugas partai. Itu fakta media dan kalau saya keliru mohon diklarifikasi saja. Mungkin Ibu Mega bisa menjelaskan bahwa Pak Jokowi itu bukan boneka partai,” katanya.
Menurut Setiyardi, ia berhak mengritisi siapapun karena sekarang sudah era reformasi. Ia merasa penerbitan tabloid itu sebagai bagian dari kebebasan pers.
“Menurut masyarakat, ada yang menganggap ini benar dan ada juga yang menganggap salah, karena ini merupakan buah dari hasil yang kita perjuangan dengan darah dan air mata. Kita juga lihat ada teman-teman di facebook yang maki-maki presiden, itu tidak apa-apa, enak-enak saja, itu kebebasan berpendapat, kebebasan pers,” kata Setiyardi.
Tabloid yang tiba-tiba muncul dan menyerang Jokowi menjelang pemilu presiden ini disebarkan secara masif ke sejumlah masjid dan pondok pesantren di Pulau Jawa.
Edisi pertama tabloid tersebut tanggal 5-11 Mei 2014. Pada terbitan pertama mengangkat judul utama “Capres Boneka.” Kemudian ada karikatur Jokowi tengah mencium tangan Megawati Soekarnoputri .
Kemudian pada edisi kedua mengangkat judul utama “1001 Topeng Jokowi.”
Para tokoh agama yang menerima kiriman tabloid lewat jasa pos, heran dengan isinya. Mereka tidak percaya begitu saja dengan pesan subyektif yang ditulis tabloid.
Berita Terkait
Terpopuler
- Dana Operasional Gubernur Jabar Rp28,8 Miliar Jadi Sorotan
- Viral Video 7 Menit Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach, Praktisi Hukum Minta Publik Berhati-hati
- Prabowo Dikabarkan Kirim Surat ke DPR untuk Ganti Kapolri Listyo Sigit
- Prabowo Incar Budi Gunawan Sejak Lama? Analis Ungkap Manuver Politik di Balik Reshuffle Kabinet
- Tutorial Bikin Foto di Lift Jadi Realistis Pakai Gemini AI yang Viral, Prompt Siap Pakai
Pilihan
-
Ketika Politik dan Ekonomi Turut Membakar Rivalitas Juventus vs Inter Milan
-
Adu Kekayaan Komjen Suyudi Ario Seto dan Komjen Dedi Prasetyo, 2 Calon Kapolri Baru Pilihan Prabowo
-
5 Transfer Pemain yang Tak Pernah Diduga Tapi Terjadi di Indonesia
-
Foto AI Tak Senonoh Punggawa Timnas Indonesia Bikin Gerah: Fans Kreatif Atau Pelecehan Digital?
-
Derby Manchester Dalam 3 Menit: Sejarah, Drama, dan Persaingan Abadi di Premier League
Terkini
-
'Percuma Ganti Orang, Sistemnya Bobrok', Kritik Keras YLBHI di Tengah Isu Ganti Kapolri
-
Tiga Pesawat Tempur Baru dari Prancis Diserahkan ke TNI AU Awal 2026
-
Istana Bantah Presiden Prabowo Kirim Surpres Penggantian Kapolri ke DPR, Mensesneg: Belum Ada
-
Yakin Ganti Kapolri Cukup? KontraS Sebut Masalah Polri Jauh Lebih Dalam dari Sekadar Pimpinan
-
Komisi III soal Isu Calon Kapolri: Wakapolri atau Suyudi, Kami...
-
Tiga Mahasiswa Masih Hilang Sejak Unjuk Rasa Akhir Agustus, KontraS: Diduga Penghilangan Paksa
-
Pakar Ingatkan Tim Reformasi Polri Jangan Cuma Jadi 'Angin Surga' Copot Kapolri
-
Reformasi Kepolisian Tak Cukup Ganti Kapolri, Butuh Political Will dari Presiden
-
Tewas usai Dicabuli, Jejak Pembunuh Mayat Bocah dalam Karung Terungkap Berkat Anjing Pelacak!
-
Harus Ada TPA Terpadu di PIK usai Ada Sanksi dari KLHK