Suara.com - Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Amerika Serikat, yang didominasi oleh legislator dari Partai Republik sepakat untuk menuntut Presiden Barack Obama karena dinilai melanggar batas-batas kewenangannya sebagai presiden. Langkah itu ditentang oleh Presiden Barack Obama dan legislator dari Partai Demokrat.
Kesepakatan tersebut dicapai melalui voting yang dimenangkan 225 suara setuju melawan hanya 201 suara yang menolak. Mereka yang menolak adalah semua legislator Partai Demokrat dan lima legislator Partai Republik.
Mereka ingin menyeret Presiden Obama ke pengadilan lantaran dianggap tidak mematuhi hukum dalam menjalankan undang-undang tunjangan kesehatan yang dikenal dengan sebutan "Obamacare". DPR AS memberikan kuasa kepada juru bicara John Boehner untuk mengurus proses tuntutan hukum itu.
"Ini bukan tentang kaum Republik atau Demokrat, ini soal membela Konstitusi yang terhadapnya kita sudah diangkat sumpah untuk mempertahankannya," kata Boehner.
Kaum Republik menuding Obama bertindak layaknya "raja" dalam mengambil keputusan, termasuk di antaranya, menaikkan upah minimum bagi kontraktor federal, hingga memperpanjang tunjangan bagi pasangan sesama jenis. Namun yang akan menjadi materi tuntutan adalah persoalan kebijakan Obamacare. Pasalnya, menurut mereka, isu itu adalah yang paling berpotensi berhasil di sistem pengadilan federal.
Diserang sedemikian rupa, Obama tetap tenang. Ia bahkan menyindir bahwa mereka hanya menghabiskan waktu saja, padahal banyak isu-isu yang lebih mendesak.
"Berhentilah marah-marah terus, Berhenti, berhenti, berhentilah membenci terus setiap waktu," kata Obama dengan gaya khasnya dalam sebuah pidato di hadapan 1.500 orang di sebuah teater di Kota Kansas.
Obama menyebut tuntutan itu hanya bentuk drama politik menjelang tahun pemilihan umum. Ia juga mengatakan, itu hanya pengalihan isu saja dari masalah konstruksi jalan bebas hambatan dan krisis perbatasan.
Sejumlah pengamat politik juga menilai langkah Partai Republik itu sebagai manuver politik jelang Pemilu Legislatif yang akan digelar November mendatang. Mereka berupaya agar calon pemilih mengurungkan niat memberikan suara. Pasalnya, komposisi kaum Republik bisa berkurang jika banyak digantikan legislator dari kubu Demokrat. (Reuters)
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Pemain Keturunan Rp 20,86 Miliar Hubungi Patrick Kluivert, Bersedia Bela Timnas Oktober Nanti
- Ameena Akhirnya Pindah Sekolah Gegara Aurel Hermanyah Dibentak Satpam
- Cara Edit Foto yang Lagi Viral: Ubah Fotomu Jadi Miniatur AI Keren Pakai Gemini
- Ramai Reshuffle Kabinet Prabowo, Anies Baswedan Bikin Heboh Curhat: Gak Kebagian...
Pilihan
-
Dugaan Korupsi BJB Ridwan Kamil: Lisa Mariana Ngaku Terima Duit, Sekalian Buat Modal Pilgup Jakarta?
-
Awas Boncos! 5 Trik Penipuan Online Ini Bikin Dompet Anak Muda Ludes Sekejap
-
Menkeu Purbaya Sebut Mulai Besok Dana Jumbo Rp200 Triliun Masuk ke Enam Bank
-
iPhone di Tangan, Cicilan di Pundak: Kenapa Gen Z Rela Ngutang Demi Gaya?
-
Purbaya Effect, Saham Bank RI Pestapora Hari Ini
Terkini
-
Kronologi Penumpang Wings Air Tuding Pramugari Kuras Emas dan Dollar di Pesawat
-
Detik-detik Penumpang 'Ngamuk', Tuding Pramugari Curi Emas & Dollar di Pesawat Wings Air
-
Ada Sinyal Rahasia? Gerak-Gerik Dua Pria di Belakang Charlie Kirk Disebut Mencurigakan
-
Prabowo Setuju Bentuk Komisi Reformasi Polisi dan Tim Investigasi Independen Demo Ricuh
-
Usai Diperiksa KPK, Deputi Gubernur BI Jelaskan Aturan Dana CSR
-
Emas & Ribuan Dollar Lenyap di Pesawat Wings Air Viral, Pramugari Dituduh Jadi Pelaku
-
CEK FAKTA: Isu DPR Sahkan UU Perampasan Aset Usai Demo Agustus 2025
-
7 Cara Melindungi Kulit dan Rambut dari Polusi Udara, Wajib Rutin Keramas?
-
Rehat dari Sorotan, Raffi Ahmad Setia Dampingi Ibunda Amy Qanita Berobat di Singapura
-
Gerakan Muda Lawan Kriminalisasi Tuntut Prabowo Bebaskan Aktivis dan Hentikan Kekerasan Negara