Suara.com - Keinginan Presiden terpilih, Joko Widodo, untuk membentuk kabinet tanpa politisi yang menjabat di struktural partai menjadi polemik di kalangan internal koalisi pendukung.
Melihat itu, pengamat Politik Akar Rumput Strategic Consulting, Dimas Oky Nugroho, membagi tiga opsi yang bisa diformulasikan dalam arsitektur kabinet Jokowi-JK.
Opsi yang pertama ialah para politisi partai jangan masuk di kabinet.
“Artinya, kabinet Jokowi-JK nantinya adalah betul-betul profesional, kompeten dan bersih, sosok-sosok baru yang progresif dan membawa harapan di mata rakyat yang mampu mewakili visi dan semangat perubahan Jokowi tanpa perwakilan parpol di dalamnya. Jika pun ada sosok yang berlatar belakang parpol maka para menteri yang berasal dari politisi harus ikhlas menanggalkan jabatan strukturalnya di partai. Itu solusi konkrit dari adanya kemungkinan tarik menarik kepentingan yang berujung transaksi politik partai-partai pendukung Jokowi,” kata Dimas dalam keterangan pers yang diterima suara.com, Rabu (27/8/2014).
Sedangkan opsi kedua adalah kombinasi profesional dan parpol. Ini pernah terjadi di era Presiden Gus Dur dan Megawati, di mana komposisi kabinet bisa dikatakan terbaik di era reformasi.
Opsi kedua ini adalah jalan tengah, tinggal persentase kaum profesional harus diperbesar dibanding kaum parpol. Kader parpol yang diajak untuk masuk kabinet pun adalah kader yang tidak hanya berasal dari para pendukung awal pasangan Jokowi-JK tapi juga kader parpol yang baru atau akan bergabung.
Namun, kata Dimas, kriterianya tetap harus berdasarkan kapasitas, integritas, dan loyalitas terhadap Presiden terpilih.
Opsi ketiga adalah opsi yang tidak ideal meski tetap bisa menjadi salah satu solusi bagi efektivitas pemerintahan Jokowi. Opsi ketiga ini adalah mirip dengan model pemerintahan Presiden SBY yang mengakomodasi mayoritas orang partai dalam kabinet. Bedanya, orang partai yang bergabung ini harus melepaskan jaket partai masing-masing sebagaimana disyaratkan oleh Jokowi.
“Harus kita pahami bahwa tujuan dari penyusunan komposisi kekabinetan itu antara lain meliputi efektifitas pemerintahan yang solid dan deliver di bawah kepemimpinan Presiden terpilih, stabilitas politik pemerintahan termasuk dalam hubungannya dengan legislatif dan parpol, serta memperkuat institusi demokrasi yang partisipatoris,” katanya.
Dari tiga opsi ini, yang terbaik menurut Dimas adalah opsi jalan tengah, yakni opsi dua. Meskipun yang paling ideal adalah opsi satu.
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Wamen Dzulfikar: Polisi Aktif di KP2MI Strategis Perangi Mafia TPPO
-
Anggota DPR Ini Ingatkan Bahaya Pinjol: Banyak yang Ngira Itu Bisa Selesaikan Masalah, Padahal...
-
Gibran Wakili Prabowo di Forum KTT G20, DPR: Jangan Cuma Hadir, Tapi Ikut Dialog
-
Mahfud MD Sebut Prabowo Marah di Rapat, Bilang Bintang Jenderal Tak Berguna Jika Tidak Bantu Rakyat
-
RUU PPRT 21 Tahun Mandek, Aktivis Sindir DPR: UU Lain Kilat, Nasib PRT Dianaktirikan
-
KSPI Desak RUU PPRT Disahkan: Pekerja yang Menopang Ekonomi Justru Paling Diabaikan
-
Cegat Truk di Tol Cikampek, Polda Metro Bongkar Penyelundupan Pakaian Bekas Impor Rp 4,2 Miliar
-
Detik-detik Mencekam Pesawat Oleng Lalu Jatuh di Karawang, Begini Kondisi Seluruh Awaknya
-
Inovasi Layanan PT Infomedia Nusantara Raih Penghargaan dari Frost & Sullivan
-
PAD Naik Drastis, Gubernur Pramono Pamer Surplus APBD DKI Tembus Rp14 Triliun