Suara.com - Hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) mengungkap sebagian besar masyarakat mempercayai ada upaya terencana untuk melemahkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), menyusul kriminalisasi Pimpinan KPK.
Dari hasil survei yang melibatkan 1.200 orang di 33 provinsi di Indonesia, 75,37 persen menyatakan setuju ada pelemahan terhadap lembaga anti rasuah yang terbentuk pada 2003 itu.
“Meskipun Polri beralasan bahwa ada bukti hukum yang menjerat dua pimpinan KPK tersebut (BW dan AS), namun publik memiliki pandangan berbeda," kata peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Rully Akbar di Graha Dua Rajawali Rawamangun, Jakarta Timur, Selasa (24/2/2015).
Menurutnya, publik menilai bahwa penetapan dua pimpinan KPK yang kini sudah non-aktif itu lebih besar nuansa politisnya dibanding nuansa hukum.
"Hanya sebesar 10,45 persen yang menyatakan bahwa tidak ada kesan pelemahan KPK," jelasnya.
Hasil survei juga menunjukkan, bahwa sebesar 77,50 persen publik menyatakan khawatir korupsi semakin merajalela jika KPK dilemahkan.
"Hanya 17,50 persen publik yang menyatakan bahwa mereka tidak khawatir dengan masa depan pemberantasan korupsi di Indonesia," tutupnya.
Seperti diketahui, BW telah ditetapkan sebagai tersangka oleh Bareskrim Polri terkait dugaan tindak pidana mengarahkan saksi dalam sidang sengketa Pilkada Kotawaringin Barat di Mahkamah Konstitusi (MK) pada 2010. Kala itu BW masih aktif sebagai pengacara.
Sementara, AS telah dijadikan tersangka terkait dugaan tindak pidana pemalsuan dokumen. Kasus AS ditangani oleh Kepolisian Daerah (Polda) Sulawesi Selatan dan Barat (Sulselbar). Kasus-kasus tersebut berdampak pada penonaktifan AS sebagai Ketua KPK dan BW sebagai Wakil Ketua KPK.
Hari ini, keduanya menjalani pemeriksaan sebagai tersangka. AS diperiksa di Mapolda Sulselbar, sedangkan BW diperiksa di Mabes Polri.
Berita Terkait
-
Babak Baru Korupsi Petral: Kejagung Buka Penyidikan Periode 2008-2015, Puluhan Saksi Diperiksa
-
Efek Domino OTT Bupati Ponorogo: KPK Lanjut Bidik Dugaan Korupsi Monumen Reog
-
Bukan Kekenyangan, Tiga Alasan Ini Bikin Siswa Ogah Habiskan Makan Bergizi Gratis
-
Kasus Baru, KPK Buka Penyelidikan Dugaan Korupsi Pelayanan Haji di BPKH
-
KPK Usut Hasil Sewa Apartemen Lukas Enembe, Kemana Mengalir Dana Korupsi Papua Rp1,2 T?
Terpopuler
- Terungkap! Kronologi Perampokan dan Penculikan Istri Pegawai Pajak, Pelaku Pakai HP Korban
- Promo Superindo Hari Ini 10-13 November 2025: Diskon Besar Awal Pekan!
- 5 Rekomendasi Motor yang Bisa Bawa Galon untuk Hidup Mandiri Sehari-hari
- 5 Bedak Padat yang Bagus dan Tahan Lama, Cocok untuk Kulit Berminyak
- 5 Parfum Aroma Sabun Mandi untuk Pekerja Kantoran, Beri Kesan Segar dan Bersih yang Tahan Lama
Pilihan
-
Tekad Besar Putu Panji Usai Timnas Indonesia Tersingkir di Piala Dunia U-17 2025
-
Cek Fakta: Viral Isu Rektor UGM Akui Jokowi Suap Rp100 Miliar untuk Ijazah Palsu, Ini Faktanya
-
Heimir Hallgrimsson 11 12 dengan Patrick Kluivert, PSSI Yakin Rekrut?
-
Pelatih Islandia di Piala Dunia 2018 Masuk Radar PSSI Sebagai Calon Nahkoda Timnas Indonesia
-
6 HP RAM 8 GB Paling Murah dengan Spesifikasi Gaming, Mulai Rp1 Jutaan
Terkini
-
Pesan Pengacara PT WKM untuk Presiden Prabowo: Datanglah ke Tambang Kami, Ada 1,2 Km Illegal Mining
-
Misteri Penculikan Bilqis: Pengacara Duga Suku Anak Dalam Hanya 'Kambing Hitam' Sindikat Besar
-
Babak Baru Korupsi Petral: Kejagung Buka Penyidikan Periode 2008-2015, Puluhan Saksi Diperiksa
-
Aliansi Laki-Laki Baru: Lelaki Korban Kekerasan Seksual Harus Berani Bicara
-
Ahli BRIN Ungkap Operasi Tersembunyi di Balik Jalan Tambang PT Position di Halmahera Timur
-
Jeritan Sunyi di Balik Tembok Maskulinitas: Mengapa Lelaki Korban Kekerasan Seksual Bungkam?
-
Mendagri Tito Dapat Gelar Kehormatan "Petua Panglima Hukom" dari Lembaga Wali Nanggroe Aceh
-
'Mereka Mengaku Polisi', Bagaimana Pekerja di Tebet Dikeroyok dan Diancam Tembak?
-
Efek Domino OTT Bupati Ponorogo: KPK Lanjut Bidik Dugaan Korupsi Monumen Reog
-
Bukan Kekenyangan, Tiga Alasan Ini Bikin Siswa Ogah Habiskan Makan Bergizi Gratis