Suara.com - Kepolisian Korea Selatan, hari Jumat (6/3/2015) meminta surat perintah penahanan dari pengadilan bagi Kim Ki-jong, pelaku penyerangan terhadap Duta Besar Amerika Serikat untuk Korea Selatan, Mark Lippert. Mark Lippert bersimbah darah usai disabet dengan sebilah pisau buah di bagian wajah dan lengan kirinya oleh pelaku.
Menurut keterangan polisi, pelaku dijerat dengan pasal berlapis termasuk diantaranya adalah pasal percobaan pembunuhan. Polisi mengaku masih menyelidiki kemungkinan adanya keterkaitan antara serangan tersebut dengan kunjungan Kim Ki-jong ke Korea Utara di masa lalu.
Seperti diberitakan sebelumnya, Dubes AS Mark Lippert bersimbah darah lantaran disabet pisau buah oleh seorang lelaki tak dikenal di Seoul, Kamis (5/3/2015) pagi. Lippert diserang ketika hendak menghadiri sebuah pertemuan di Ibu Kota Korsel tersebut. Akibatnya, Lippert mengalami luka di bagian wajah dan tangan kirinya.
Akibat lukanya tersebut, Lippert harus menjalani operasi bedah dan mendapat 80 jahitan di wajahnya. Saat ini, Lippert masih dirawat di rumah sakit kendati cedera yang dialaminya dinyatakan tidak mengancam jiwanya.
Si penyerang, Kim Ki-jong, anggota kelompok pro-unifikasi Korea, sempat berteriak "Korea Selatan dan Utara harus bersatu!", sebelum menyabet Limpert. Penyerang yang identitasnya belum diketahui itu juga meneriakan protes atas digelarnya latihan militer antara AS dan Korsel di wilayah itu.
Adapun latihan militer bersama Korsel dan AS, yang melihatkan lebih dari 200.000 pasukan, mendapat penentangan keras dari Korea Utara. Korsel dan Korut sendiri, secara teknis masih dalam status berperang.
Meski demikian belum ada bukti yang menunjukkan bahwa penyerang Lippert adalah agen Korut.
Lippert sendiri ditunjuk menjadi Dubes AS untuk Korsel pada 2014. Sebelumnya dia bertugas sebagai asisten menteri pertahanan AS. (Reuters)
Berita Terkait
-
Prerogatif Prabowo: Alasan di Balik Pemilihan Calon Dubes AS yang Bukan Diplomat Karier
-
Dubes AS Bersedia Buka Trotoar yang Diblokade, Tunggu Kerja Sama Pemerintah
-
Dubes AS dan Rusia Angkat Suara Usai Warganya Bikin Ulah di Bali
-
Tak Hanya Militer dan Ekonomi, AS Berniat Perkuat Investasi di Bidang Kebudayaan
-
Puja-puji Dubes AS untuk Presidensi dan KTT G20 Indonesia
Terpopuler
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Ameena Akhirnya Pindah Sekolah Gegara Aurel Hermanyah Dibentak Satpam
- Cara Edit Foto yang Lagi Viral: Ubah Fotomu Jadi Miniatur AI Keren Pakai Gemini
- Pemain Keturunan Rp 20,86 Miliar Hubungi Patrick Kluivert, Bersedia Bela Timnas Oktober Nanti
- Ramai Reshuffle Kabinet Prabowo, Anies Baswedan Bikin Heboh Curhat: Gak Kebagian...
Pilihan
-
Dugaan Korupsi BJB Ridwan Kamil: Lisa Mariana Ngaku Terima Duit, Sekalian Buat Modal Pilgup Jakarta?
-
Awas Boncos! 5 Trik Penipuan Online Ini Bikin Dompet Anak Muda Ludes Sekejap
-
Menkeu Purbaya Sebut Mulai Besok Dana Jumbo Rp200 Triliun Masuk ke Enam Bank
-
iPhone di Tangan, Cicilan di Pundak: Kenapa Gen Z Rela Ngutang Demi Gaya?
-
Purbaya Effect, Saham Bank RI Pestapora Hari Ini
Terkini
-
Apa Saja Isi Tuntutan Demo Nepal? Bikin Presiden dan Perdana Menteri Mundur
-
Aliansi Ibu Indonesia: Ibu Pertiwi Berduka Akibat Kebijakan Elit dan Kekerasan Negara
-
5 Fakta Viral Jukir Masjid Raya Sheikh Zayed Solo Patok Parkir Rp 30 Ribu, Ini Respon Wali Kota!
-
Pramono Anung Ungkap Reaksi Spontan Pasca Ojol Affan Tewas Dilindas Rantis Brimob
-
Geger! Fadhil Zon Digugat ke PTUN Jakarta soal Pernyataan Kontroversial Peristiwa Mei 1998
-
Pemerintah Tolak Tim Investigasi Independen Kasus Kematian Demo, Yusril: Proses Hukum Sudah Jalan
-
'Jangan Percaya IMF!' Ucapan Lama Menkeu Purbaya Sardewa Kini Jadi Bumerang?
-
Keterlibatan Pelajar Berunjuk Rasa Meningkat: Bukti Kesadaran Dini Melawan Sistem yang Menindas!
-
Detik-detik Pria Berjilbab Rampok Mobil Pajero Sport di Bandara
-
Soal 17+8 Tuntutan Rakyat, Jusuf Kalla: Memang Perlu Ada Perubahan, Kesejahteraan hingga Keadilan