Suara.com - Tsunami hebat yang meluluhlantakkan Jepang mungkin sudah lama berakhir. Namun, puing-puing sisa bencana dahsyat tersebut diramalkan masih akan terus mengotori bibir pantai Amerika bagian utara selama tiga tahun ke depan, demikian disampaikan seorang pakar hari Selasa (17/3/2015).
Sekitar satu juta ton puing masing mengambang di Samudera Pasifik empat tahun pasca gempa 9 Skala Richter yang memicu terjadinya gelombang tsunami. Gelombang tsunami menghajar pesisir Pulau Honshu dan menewaskan hampir 20.000 jiwa.
Kini, perjalanan puing-puing sisa tsunami tersebut masih terus dipantau. Adalah Oregon Sea Grant, sebuah program di Oregon State University didanai Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional Amerika Serikat (NOAA), bekerja sama dengan peneliti di Universitas Tottori, Jepang yang melakukan studi tersebut.
Diperkirakan ada lima juta ton puing, baik dalam bentuk mobil, material bangunan, kapal, dan puing dermaga terseret ke Samudera Pasifik. Sekitar 70 persen diantaranya langsung tenggelam ke dasar laut.
Namun, benda-benda yang bisa mengapung terus terbawa arus sampai ke wilayah laut yang berjarak 40 kilometer dari pesisir pantai Amerika bagian utara.
"Sampai di perairan Amerika bagian utara, puing-puing itu cenderung bertahan di laut lepas selama berbulan-bulan bahkan sampai satu tahun," kata Sam Chan, pakar akuatik di program Oregon Sea Grant.
Setahun lalu, suhu lautan yang hangat dan kurangnya arus laut yang kuat membuat puing-puing tersebut bertahan di tengah laut. Namun, imbuh Chan, perubahan musim bisa membuat lebih banyak benda terdampar di pantai barat Amerika.
Musim panas tahun lalu, sebanyak 26 kapal Jepang terdampar di pantai Oregon, Washington, dan British Columbia di Kanada. Sebelumnya, pada tahun 2012, sebuah dermaga sepanjang 20 meter terdampar di pantai Newport, Oregon. (Reuters)
Tag
Berita Terkait
-
CEK FAKTA: Foto Viral Tsunami Jepang Usai Gempa Rusia
-
Detik-detik Warga Hokkaido Mengungsi ke Atap Gedung: Tsunami Mengancam
-
Jepang Tsunami, Bagaimana Nasib Sandy Walsh di Yokohama F Marinos?
-
Penyebab Indonesia Bisa Terkena Tsunami Setelah Gempa Rusia
-
Muncul Peringatan Tsunami Gempa Rusia, Jepang Tutup Bandara Internasional, Penerbangan Dialihkan
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 4 Rekomendasi Cushion dengan Hasil Akhir Dewy, Diperkaya Skincare Infused
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- 5 HP OPPO RAM 8 GB Terbaik di Kelas Menengah, Harga Mulai Rp2 Jutaan
- Daftar Promo Alfamart Akhir Tahun 2025, Banyak yang Beli 2 Gratis 1
Pilihan
-
Seni Perang Unai Emery: Mengupas Transformasi Radikal Aston Villa
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
-
Libur Nataru di Kota Solo: Volume Kendaraan Menurun, Rumah Jokowi Ramai Dikunjungi Wisatawan
Terkini
-
Bakal Demo Dua Hari Berturut-turut di Istana, Buruh Sorot Kebijakan Pramono dan KDM soal UMP 2026
-
Arus Balik Natal 2025: Volume Kendaraan Melonjak, Contraflow Tol Jakarta-Cikampek Mulai Diterapkan!
-
18 Ribu Jiwa Terdampak Banjir Banjar, 14 Kecamatan Terendam di Penghujung Tahun
-
UMP Jakarta 2026 Naik Jadi Rp5,7 Juta Diprotes, Rano Karno: Kalau Buruh Mau Demo, Itu Hak Mereka
-
Eks Pimpinan KPK 'Semprot' Keputusan SP3 Kasus Korupsi Tambang Rp2,7 Triliun: Sangat Aneh!
-
Percepat Penanganan Darurat Pascabencana, Hari Ini Bina Marga akan Tinjau Beutong Ateuh Banggalang
-
Ikuti Instruksi Kapolri, Pemkot Jogja Resmi Larang Pesta Kembang Api saat Pergantian Tahun
-
Jembatan Krueng Tingkeum Dibuka, Akses Warga dan Rantai Logistik Bireuen Kembali Terhubung
-
Kerja 24 Jam, Kementerian PU Percepat Pemulihan Jalan Terdampak Bencana di Aceh Tamiang
-
KPK SP3 Perkara Eks Bupati Konawe Utara, ICW Tagih Penjelasan Kasus Korupsi Tambang