Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Ketua DPR Setya Novanto di gedung Nusantara IV, DPR, Senin (6/4). [suara.com/Kurniawan Mas'ud]
Peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Ikrar Nusa Bakti, mengatakan bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) hingga saat ini belum bisa menyusun pemerintahannya dengan benar. Bahkan menurutnya, manajemen pemerintahan dan politik Jokowi masih sangat amburadul.
"Kita harus mengakui bahwa manjemen pemerintahan dan politik Jokowi itu memang masih amburadul. Misalnya bagaimana rekrutmen untuk jabatan-jabatan publik, atau jabatan di BUMN, itu masih amburadul. Menurut saya, prinsip 'the right man on the right place' itu belum terjadi," ungkap Ikrar, dalam acara diskusi di Gado-Gado Boplo, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (11/4/2015).
Menurut Ikrar lagi, "keamburadulan" mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut dipertegas dalam lemahnya kemampuan dalam mengelola komunikasi politik antara dirinya dengan Wakil Presiden (Wapres), dengan partai pendukung, dan juga dengan partai lainnya. Pasalnya menurutnya, Jokowi masih berpatokan pada besarannya saja.
"Jadi, kelembagaan politiknya gak jelas. Bagamana Jokowi mengelola politik, maksudnya antara dia sebagai Presiden dengan Wakil Presiden, dan juga dengan partai pendukung maupun partai lain, itu menurut saya masih lemah. Beliau itu masih cuma melihat besarannya saja," tambahnya.
Namu selain terhadap Presiden Jokowi, Ikrar pun menyarankan kepada PDIP untuk bisa menempatkan posisinya secara benar, untuk bisa memetakan apa saja yang harus dilakukan oleh partai dan pemerintah. Pasalnya menurutnya, tanggung jawab partai dengan pemerintah itu berbeda.
"Menurut saya, belum ada suatu kelembagaan politik di PDIP. Yaitu (soal) bagaimana posisi partai dan juga bagaimana posisi pemerintahan, apa yang harus dijalankan oleh partai, dan apa yang harus dijalankan oleh pemerintah. Itu yang harus dipikirkan oleh PDIP. Termasuk Megawati, (juga) belum klop. Karena kita tahu, pemerintah itu tanggung jawab politiknya itu berbeda dengan partai politik. Jadi, ini yang perlu dipahami," tutupnya.
"Kita harus mengakui bahwa manjemen pemerintahan dan politik Jokowi itu memang masih amburadul. Misalnya bagaimana rekrutmen untuk jabatan-jabatan publik, atau jabatan di BUMN, itu masih amburadul. Menurut saya, prinsip 'the right man on the right place' itu belum terjadi," ungkap Ikrar, dalam acara diskusi di Gado-Gado Boplo, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (11/4/2015).
Menurut Ikrar lagi, "keamburadulan" mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut dipertegas dalam lemahnya kemampuan dalam mengelola komunikasi politik antara dirinya dengan Wakil Presiden (Wapres), dengan partai pendukung, dan juga dengan partai lainnya. Pasalnya menurutnya, Jokowi masih berpatokan pada besarannya saja.
"Jadi, kelembagaan politiknya gak jelas. Bagamana Jokowi mengelola politik, maksudnya antara dia sebagai Presiden dengan Wakil Presiden, dan juga dengan partai pendukung maupun partai lain, itu menurut saya masih lemah. Beliau itu masih cuma melihat besarannya saja," tambahnya.
Namu selain terhadap Presiden Jokowi, Ikrar pun menyarankan kepada PDIP untuk bisa menempatkan posisinya secara benar, untuk bisa memetakan apa saja yang harus dilakukan oleh partai dan pemerintah. Pasalnya menurutnya, tanggung jawab partai dengan pemerintah itu berbeda.
"Menurut saya, belum ada suatu kelembagaan politik di PDIP. Yaitu (soal) bagaimana posisi partai dan juga bagaimana posisi pemerintahan, apa yang harus dijalankan oleh partai, dan apa yang harus dijalankan oleh pemerintah. Itu yang harus dipikirkan oleh PDIP. Termasuk Megawati, (juga) belum klop. Karena kita tahu, pemerintah itu tanggung jawab politiknya itu berbeda dengan partai politik. Jadi, ini yang perlu dipahami," tutupnya.
Tag
Komentar
Berita Terkait
-
Potret Sjafrie Sjamsoeddin Pimpin Rapat Perdana Sebagai Menkopolkam Ad Interim
-
Momen Pamitan Sri Mulyani dari Jabatan Menteri Keuangan
-
Tak Pakai Mobil Dinas, Wamen Haji Dahnil Anzar Pilih Desak-deskan di KRL Usai Dilantik Prabowo
-
Pengamat: Dugaan Terlibat Kasus Judol Jadi Alasan Kuat Budi Arie Tersingkir dari Kabinet Prabowo
-
Ucapkan Selamat Pada Jokowi, Jenderal Gatot: Karena Sudah Merusak Negeri Ini
Terpopuler
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Pemain Keturunan Rp 20,86 Miliar Hubungi Patrick Kluivert, Bersedia Bela Timnas Oktober Nanti
- Ameena Akhirnya Pindah Sekolah Gegara Aurel Hermanyah Dibentak Satpam
- Cara Edit Foto yang Lagi Viral: Ubah Fotomu Jadi Miniatur AI Keren Pakai Gemini
- Ramai Reshuffle Kabinet Prabowo, Anies Baswedan Bikin Heboh Curhat: Gak Kebagian...
Pilihan
-
Emil Audero Jadi Tembok Kokoh Indonesia, Media Italia Sanjung Setinggi Langit
-
KPK Bongkar Peringkat Koruptor: Eselon dan DPR Kejar-kejaran, Swasta Nomor Berapa?
-
Dugaan Korupsi BJB Ridwan Kamil: Lisa Mariana Ngaku Terima Duit, Sekalian Buat Modal Pilgub Jakarta?
-
Awas Boncos! 5 Trik Penipuan Online Ini Bikin Dompet Anak Muda Ludes Sekejap
-
Menkeu Purbaya Sebut Mulai Besok Dana Jumbo Rp200 Triliun Masuk ke Enam Bank
Terkini
-
Usut Kuota Khusus hingga Haji Furoda, KPK Sebut Kapusdatin BPH Saksi Penting, Apa Alasannya?
-
Kunjungi Sekolah Rakyat, Prabowo Nostalgia Zaman Akmil: Saya Dulu Satu Kamar 60 Orang
-
Kakak Hary Tanoe Melawan usai Tersangka, Ini Alasan KPK Santai Digugat Rudy Tanoesoedibjo
-
Soroti Public Speaking Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa, Mahfud MD Geleng-Geleng Kepala: Keliru Tuh!
-
KPK Tetapkan Status Rudy Tanoesoedibjo sebagai Tersangka Kasus Korupsi Penyaluran Bansos
-
Aksi Sadis Cucu Pemilik Kios Pecel Lele di Bogor, Nenek dan Pamannya Dibakar Hidup-hidup!
-
Mahfud MD Bongkar Alasan Sri Mulyani Nyaris Mundur: Kecewa Rumah Dijarah, Negara Tak Lindungi
-
Fadli Zon Digugat ke Pengadilan, Korban Pemerkosaan 1998 Titipkan Pesan Mendalam!
-
Sikap Rahayu Saraswati Bikin Rocky Gerung Kagum: Contoh Baru Etika Politisi
-
Gentlemen vs Drama: Perang Ucapan Lisa Mariana dan Ridwan Kamil Soal Tes DNA Ulang di Singapura