Suara.com - Sangeeta Behl bingung tidak mendapatkan kabar dari suaminya, Ankur. Nenek 54 tahun itu termenung di depan komputer dan duduk di samping telepon.
Dia berharap telepon itu berbunyi dan mendapat kabar dari suaminya dari di Puncak Himalaya pasca gempa 7,9 SR mengguncang Nepal. Gunung Everest memang terkena dampak gempa dan puluhan pendaki dinyatakan tewas tertimbun salju.
Sangeeta bercerita, suaminya ke Himalaya sejak 4 April kemarin. Dia sudah mempunyai firasat jika pendakian kali ini berbahaya. Sebab di usia suaminya yang ke-60 tahun, rentan terkena hipotermia. Ditambah medan Everest cukup berat.
Namun Sangeeta mengizinan suaminya ikut mendaki. Sebab ada 9 pendaki veteran lainnya juga ikut. Pendakian itu mempunyai misi 'Seven Summits'.
Sangeeta yang juga pendaki perempuan memutuskan tidak ikut ekspedisi. Padahal Sangeeta selalu bersama mendaki sejak menikah. Sudah 4 kali dia ikut ekspedisi 'Seven Summits'.
"Kami pernah 4 kali melakukan pendakian bersama-sama. Ekspedisi kelima, kami memutuskan untuk melakukannya secara terpisah," katanya perempuan asal India itu.
Sangeeta melanjutkan ceritanya dengan tenang. Katanya, suaminya mendaki bersama temannya dari Amerika Serikat, Norwegia, Australia, Brasil dan Norwegia. Semua orangtua. Pendakian itu disponsori perusahaan dengan memberangkatkan 10 pendaki. Pendakian itu dipimpinan pendaki senior, Garret Madison.
Sangeeta mendengar kabar suaminya terjebak di camp 2 Everest dari pesan elektronik di situs perusahaan Ankur. Kebetulan Ankur membawa telepon satelit yang memberi tanda posisi mereka.
"Ankur membawa telepon satelit sendiri. Dia telah menghubungi saya secara teratur dengan update tentang kemajuan ekspedisi. Tapi sejak kemarin, dia belum mengabarkan. Saya menerima pesan teks darinya setelah longsoran kemarin, mengatakan tim itu di Camp 2 dan aman. Dia tahu telah terjadi gempa," kata Sangeeta.
Namun tim Ankur kehabisan makanan pasca gempa. Posisi dia terakhir di ketinggian 19.685 kaki. Sangeeta meminta pemerintah India menjemput mereka dengan helikopter. Dia sudah mengirimkan pesan itu kepada Pedana Menteri, Menteri Keuangan, dan Menteri Luar Negeri India.
"Kami telah meminta mengirimkan helikopter untuk evakuasi. Tapi semua tergantung cuaca," kata Sangeeta. (timesofindia)
Berita Terkait
Terpopuler
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 September: Klaim Pemain 108-112 dan Hujan Gems
- Thom Haye Akui Kesusahan Adaptasi di Persib Bandung, Kenapa?
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Saham DADA Terbang 2.000 Persen, Analis Beberkan Proyeksi Harga
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
Pilihan
-
Profil Agus Suparmanto: Ketum PPP versi Aklamasi, Punya Kekayaan Rp 1,65 Triliun
-
Harga Emas Pegadaian Naik Beruntun: Hari Ini 1 Gram Emas Nyaris Rp 2,3 Juta
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
Terkini
-
Tak Mau PPP Terbelah, Agus Suparmanto Sebut Klaim Mardiono Cuma Dinamika Biasa
-
Zulhas Umumkan 6 Jurus Atasi Keracunan Massal MBG, Dapur Tak Bersertifikat Wajib Tutup!
-
Boni Hargens: Tim Transformasi Polri Bukan Tandingan, Tapi Bukti Inklusivitas Reformasi
-
Lama Bungkam, Istri Arya Daru Pangayunan Akhirnya Buka Suara: Jangan Framing Negatif
-
Karlip Wartawan CNN Dicabut Istana, Forum Pemred-PWI: Ancaman Penjara Bagi Pembungkam Jurnalis!
-
AJI Jakarta, LBH Pers hingga Dewan Pers Kecam Pencabutan Kartu Liputan Jurnalis CNN oleh Istana
-
Istana Cabut kartu Liputan Wartawan Usai Tanya MBG ke Prabowo, Dewan Pers: Hormati UU Pers!
-
PIP September 2025 Kapan Cair? Cek Nominal dan Ketentuan Terkini
-
PLN Perkuat Keandalan Listrik untuk PHR di WK Rokan Demi Ketahanan Energi Nasional
-
PN Jaksel Tolak Praperadilan, Eksekusi Terpidana Kasus Pencemaran Nama Baik JK Tetap Berlanjut