Suara.com - Korea Utara menyatakan mengalami musim kemarau terburuk dalam satu abad belakangan, yang berpeluang menyebabkan kelangkaan pangan.
Kemarau tersebut juga diperkirakan memperparah keadaan anak-anak di negara tersebut, yang -menurut perhitungan PBB- hampir sepertiganya mengalami hambatan pertumbuhan karena kekurangan gizi.
Korea Utara mengalami musim paceklik parah pada 1990-an dan bergantung pada bantuan donor internasional. Namun, bantuan tersebut terus turun dalam beberapa tahun belakangan karena kebijakan pembatasan terhadap pekerja kemanusiaan oleh pemerintah setempat.
Pada Selasa malam, kantor berita KCNA melaporkan bahwa kawasan persawahan di beberapa daerah, termasuk provinsi lumbung pangan Hwanghae dan Pyongan, mengalami kekeringan karena kekurangan hujan.
"Kemarau terburuk dalam 100 tahun terus berlangsung di Republik Rakyat Demokratik Korea (DPRK), sehingga menyebabkan kerusakan pada lahan pertanian," kata KCNA.
Hasil pertanian di Korea Utara secara berkala menurun karena kekeringan dan banjir pada musim panas, meski pemerintah telah berupaya untuk memodernisasi metode yang digunakan petani.
Thomas Lehman, Duta Besar Denmark untuk dua negara Korea, bulan lalu mengatakan bahwa dia "menyaksikan dengan jelas" sejumlah upaya untuk mengatasi kekeringan di lahan pertanian.
"Kurangnya air telah menyebabkan banyak kerusakan terhadap tanaman musim semi, dan penanaman padi sangat sulit tanpa pengairan yang cukup," kata Lehman yang mengaku telah melaporkan kekeringan di Korea Utara kepada PBB.
Korea Utara mendesak warga membantu petani. Pemerintah juga mengerahkan mobil pemompa dan pipa yang panjang untuk menyedot air ke lahan pertanian.
Sebelumnya pada bulan lalu, koordinator warga dari PBB, Ghulan Isaczai, sempat mengingatkan akan datangnya krisis kemarau rendahnya curah hujan.
Pada saat itu, dia berpendapat bahwa krisis pangan tahun ini tidak akan lebih buruk dibanding kejadian sebelumnya, mengingat masyarakat setempat sudah belajar untuk memiliki cadangan.
Pada April lalu, PBB meminta bantuan kemanusiaan internasional sebesar 111 juta dolar AS untuk Korea Utara. Hingga kini dana tersebut masih belum terkumpul.
Pada tahun 2014 lalu, PBB hanya berhasil mengumpulkan bantuan senilai 50 juta dolar AS untuk Korea Utara, jauh lebih kecil dibanding satu dekade sebelumnya yang mencapai 300 juta dolar AS.
Selain menyebabkan krisis pangan, kurangnya curah hujan juga berpotensi mengakibatkan kelangkaan listrik mengingat negara tersebut sangat bergantung pada pasokan pembangkit tenaga air. (Antara)
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Naksir Avanza Tahun 2015? Harga Tinggal Segini, Intip Pajak dan Spesifikasi Lengkap
- 5 Krim Kolagen Terbaik yang Bikin Wajah Kencang, Cocok untuk Usia 30 Tahun ke Atas
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- Innalillahi, Aktor Epy Kusnandar Meninggal Dunia
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
Pilihan
-
Viral Bupati Bireuen Sebut Tanah Banjir Cocok Ditanami Sawit, Tuai Kecaman Publik
-
6 HP Tahan Air Paling Murah Desember 2025: Cocok untuk Pekerja Lapangan dan Petualang
-
Drama Sidang Haji Alim: Datang dengan Ambulans & Oksigen, Ratusan Pendukung Padati Pengadilan
-
KLH Sebut Tambang Milik Astra International Perparah Banjir Sumatera, Akan Ditindak
-
5 HP Memori 512 GB Paling Murah Desember 2025: Ideal untuk Gamer dan Content Creator Pemula
Terkini
-
SLHS Belum Beres, BGN Ancam Suspend Dapur MBG di Banyumas
-
DPR Sentil Pejabat Panggul Beras Bantuan: Gak Perlu Pencitraan, Serahkan Langsung!
-
Investigasi Banjir Sumatra: Bahlil Fokus Telusuri Tambang di Aceh dan Sumut
-
Catatan AJI: Masih Banyak Jurnalis Digaji Pas-pasan, Tanpa Jaminan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
-
Geram Titiek Soeharto Truk Angkut Kayu Saat Bencana: Tindak Tegas, Bintang Berapa pun Belakangnya
-
Aplikasi AI Sebut Jokowi Bukan Alumnus UGM, Kampus Buka Suara
-
Mendagri Minta PKK Papua Pegunungan Pastikan Program Tepat Sasaran
-
Geger Tragedi Alvaro, Aturan Lapor Anak Hilang 1x24 Jam Masih Relevan?
-
Anggota Komisi IV Bela Raja Juli, Sebut Menhut Cuma Kebagian 'Cuci Piring' Soal Kerusakan Hutan
-
Mendagri: Digitalisasi Bantuan Sosial Dibutuhkan untuk Ketepatan Sasaran Penyaluran