Suara.com - Seorang pangeran Arab Saudi dan empat orang lainnya ditangkap di Bandara Beirut, Lebanon, hari Senin (26/10/2015) setelah kepergok hendak menyelundupkan sekitar 2 ton obat terlarang jenis Captagon dan kokain.
Sebagaimana dilansir oleh AFP, upaya penyelundupan ini adalah yang terbesar yang pernah terjadi di Bandara Internasional Beirut. Pangeran Arab Saudi, Abdel Mohsen Bin Walid Bin Abdulaziz ditangkap bersama empat orang lainnya.
Captagon adalah merek dari amfetamin fenethylin, sejenis obat stimulan sintetis. Obat terlarang ini beredar di kawasan Timur Tengah dan kabarnya banyak digunakan oleh tentara ISIS di Suriah.
Belakangan, industri pembuatan Captagon kian berkembang di Lebanon dan Suriah. Kedua negara tersebut merupakan jalan masuk penyelundupan narkoba ke kawasan Timur Tengah.
Jika dikonsumsi, Captagon bisa memberikan efek stimulan, menimbulkan euforia, dan tetap bertenaga kendati tidak tidur dan tidak makan, demikian disampaikan seorang psikiater Lebanon, Ramzi Haddad.
Sumber pihak keamanan mengatakan, obat terlarang tersebut dikemas dalam beberapa wadah. Barang haram tersebut berhasil disita sebelum dimuat ke dalam sebuah pesawat pribadi tujuan Arab Saudi.
Sumber tersebut mengatakan, kelima orang yang ditangkap, termasuk sang pangeran, masih berada di kantor pabean Lebanon untuk dimintai keterangan.
Sebuah kantor berita nasional Lebanon mengatakan, pesawat pribadi tersebut hendak terbang menuju Riyadh, Arab Saudi. Pesawat tersebut akan membawa 40 wadah penuh berisi Captagon. (News.com.au)
Berita Terkait
-
Pantas Harganya Mahal, Perkedel Isinya Dicampur 100 Pil Narkoba
-
DPR RI Acungi Jempol, BNN Gagalkan Penyelundupan 2 Ton Sabu di Laut Karimun
-
Selat Malaka: Jalur Tikus Narkoba dari Malaysia ke Indonesia
-
Bersih-Bersih Lapas! 313 Napi Hukuman Mati dan Seumur Hidup Dipindah ke Nusakambangan
-
Rekor! Spanyol Sita 13 Ton Kokain dalam Kargo Pisang dari Ekuador
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Tak Ada Tawar Menawar! Analis Sebut Reformasi Polri Mustahil Tanpa Ganti Kapolri
-
Menjelajahi Jantung Maluku: "Buru Expedition" Wanadri Ungkap Kekayaan Tersembunyi Pulau Buru
-
Polemik Ijazah Gibran Tak Substansial tapi Jadi Gaduh Politik
-
Klarifikasi Ijazah Gibran Penting agar Tidak Ulangi Kasus Jokowi
-
Menkeu Purbaya Ultimatum ke Pengelolaan Program Makan Gratis: Nggak Jalan, Kita Ambil Duitnya!
-
Eks Kapolri Tegaskan Polri di Bawah Presiden: Perspektif Historis dan Konstitusional
-
J Trust Bank Desak Crowde Lebih Kooperatif dan Selesaikan Kewajiban
-
KPK: Penyidikan Korupsi Haji Tidak Mengarah ke PBNU
-
Ancol Rencanakan Reklamasi 65 Hektare, Pastikan Tak Gunakan Dana APBD
-
Dirut PAM Jaya Jamin Investor Tak Bisa Paksa Naikkan Tarif Air Pasca-IPO