Suara.com - Pemerintah Cina menghindar memberi selamat kepada pemimpin demokrasi Myanmar Aung San Suu Kyi atas kemenangan partainya secara mutlak dalam pemilu.
Beijing selama beberapa dasawarsa memiliki hubungan erat dengan pemimpin militer otoriter Myanmar yang ditolak kuat para pemilih dalam pemilu terdahulu Partai Suu Kyi dan mengantongi kemenangan mutlak dalam pemilu, Jumat (13/11/2015).
Presiden Amerika Serikat Barack Obama dengan segera memberikan selamat kepada Suu Kyi, namun juru bicara kementerian luar negeri Cina agaknya lebih berhati-hati.
"Tiongkok akan terus memberikan bantuan dan melanjutkan kerja samanya di semua bidang yang saling menguntungkan bersama Myanmar," kata Hong Lei.
Ketika ditanya apakah Beijing telah mengucapkan selamat kepada Suu Kyi, Hong tidak menjawab secara langsung.
"Kami sungguh berharap bahwa Myanmar dapat memiliki stabilitas politik dan dapat mencapai pembangunan nasional," kata Hong dalam konferensi pers.
Tiongkok merupakan pendukung utama terhadap junta militer yang brutal di negara tersebut hingga membuat Suu Kyi harus menjadi tahanan rumah selama 15 tahun, saat negara itu menerima sanksi negara-negara Barat.
Myanmar sudah dinilai menyimpang jauh dari Beijing dan mengarah ke AS sejak bergerak menuju pemerintahan sipil pada 2011 yang menjadikan sanksi tersebut dicabut.
Tiongkok telah mengambil pendekatan pragmatis kepada Suu Kyi ketika partai yang dipimpinnya cenderung akan mengambil kekuasaan.
Partai Komunis yang berkuasa pun mengundangnya untuk kunjungan ke Tiongkok pada Juni, dan ia bertemu dengan Presiden Xi Jinping di Balai Rakyat Agung atau "Great Hall of the People", tempat jamuan tradisional bagi para pemimpin asing.
Cina sering mengucapkan selamat ke negara-negara lain atas pemilu sukses mereka, bahkan negara yang demokrasinya dipertanyakan di negara Barat.
Myanmar, sebuah negara yang berada di pintu masuk Tiongkok dan sumber kunci sumber daya alam, merupakan kasus yang sensitif bagi negara satu partai itu, yang telah lama menolak seruan untuk merangkul pemilu yang demokratis. (AFP/Antara)
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas 30 Jutaan untuk Harian, Cocok buat Mahasiswa dan Keluarga Baru
- 7 Mobil Bekas Terbaik untuk Anak Muda 2025: Irit Bensin, Stylish Dibawa Nongkrong
- Gibran Hadiri Acara Mancing Gratis di Bekasi, Netizen Heboh: Akhirnya Ketemu Jobdesk yang Pas!
- Suzuki Ignis Berapa cc? Harga Bekas Makin Cucok, Intip Spesifikasi dan Pajak Tahunannya
- 5 HP RAM 8 GB Paling Murah Cocok untuk Gamer dan Multitasking Berat
Pilihan
-
4 HP Baterai Jumbo Paling Murah mulai Rp 1 Jutaan, Cocok untuk Ojol!
-
Saham BBRI Dekati Level 4.000 Usai Rilis Laba Bersih Rp41,23 Triliun
-
Harga Emas Turun Tiga Hari Beruntun: Emas Jadi Cuma 2,3 Jutaan di Pegadaian
-
Indonesia Ngebut Kejar Tarif Nol Persen dari AS, Bidik Kelapa Sawit Hingga Karet!
-
Prabowo Turun Gunung Bereskan Polemik Utang Whoosh
Terkini
-
Jelang Nataru, Menhub Dudy Bahas Kebijakan dan Strategi Angkutan Udara Bersama Maskapai
-
Prediksi Cuaca Hari Ini 30 Oktober 2025: Hujan Ringan di Bali dan Jabodetabek
-
Jejak Najelaa Shihab: Kakak Najwa di Pusaran Grup WA Nadiem, Revolusi Pendidikan di Tangannya
-
Tangan Terikat Kabel Ties Merah, Delpedro Marhaen Lantang Bersuara: Semakin Ditekan, Semakin Melawan
-
KontraS Menolak Keras! Soeharto Mau Jadi Pahlawan Nasional, Jejak Kelam Orde Baru Jadi Sorotan
-
Demo Hari Ini di Monas: Ribuan Guru Honorer Turun ke Jalan, Tuntut Revisi UU P3K
-
Anggaran MBG Terlalu Mahal? Pengamat Ungkap Dua Solusi Ini Buat Prabowo!
-
Demo Guru Honorer Hari Ini: Jakarta Dikepung, 1.597 Aparat Siaga di Monas
-
Ribuan Polisi dan TNI Jaga Ketat Demo Guru Honorer Madrasah di Monas
-
Gelar Konsolidasi Aksi Hari Ini, 5 Juta Buruh Siap Mogok Nasional Bila Tuntutan Tak Didengar