Suara.com - Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli mengungkapkan pemerintah telah berhasil menurunkan "dwelling time" (waktu bongkar muat di pelabuhan) dari sebelumnya rata-rata 6-7 hari menjadi sekitar 4,39 hari.
Rizal Ramli saat konferensi pers usai Rapat Terbatas di Kantor Presiden Jakarta, Selasa, mengatakan ada beberapa langkah yang dilakukan pemerintah yang bisa menurunkan "dwelling time" tersebut.
"Pertama, mengurangi regulasi yang terlalu ribet dan mempersulit ekspor dan impor," kata Rizal Ramli yang didampingi Menteri Perhubungan Ignatius Jonan dan Seskab Pramono Anung.
Rizal mengungkapkan peraturan yang dihapus, yakni 18 Peraturan Menteri Perdagangan, satu Peraturan Pemerintah dari Kementerian Perindustrian serta 19 Peraturan Menteri Perindustrian, dua Peraturan BPOM, tiga Peraturan Menteri dari Bea Cukai serta Peraturan Menteri yang diubah.
Kedua, lanjut Rizal Ramli, pembenahan jalur dan pemeriksaan fisik yang dilakukan pihak Bea Cukai, dimana jalur hijau yang 94 persen barangnya diperiksa lebih cepat karena dilakukan pemeriksaan random dan sifatnya "post audit", sedangkan jalur merah sebesar enam persen memerlukan pemeriksaan fisik yang lebih ketat, terutama dari importir yang rekam jejaknya tidak terlalu kredibel.
"Kami rapikan ini, dan juga proses pemeriksaan fisik dipercepat dan diminta agar sudah selesai jam 12 di hari berikutnya. Jadi kalaupun ada pemeriksaan fisik, kontainer masuk dan diperiksa Bea Cukai, harus selesai sebelum jam 12 hari berikutnya," ungkapnya.
Ketiga, pemberitahuan impor atau manifes itu diminta kepada importir untuk mengirimkannya sebelum barang datang.
"Memang banyak juga yang tidak mengikuti ini, barangnya sudah datang, manifesnya atau dokumennya baru masuk. Ini akan diberikan sanksi agar lebih cepat dokumen masuk sebelum barangnya tiba," katanya.
Rizal juga mengungkapkan bahwa kereta api pelabuhan akan segera dioperasikan dan pembangunannya sudah 45 persen sehingga diperkiran pada Februari 2016 sudah beroperasi.
"Kalau ini dilakukan maka 'dwelling time' akan berkurang satu hari lebih, dan kemacetan di Tanjung Priok juga akan berkurang," harap Rizal Ramli.
Menko Maritim ini juga mengatakan pemerintah akan menerapkan denda terhadap kontainer yang lebih dari tiga hari di Pelabuhan Tanjung Priuk.
"Biaya simpan kontainer di Tanjung Priok itu sangat murah sekali, hanya Rp28.500. Jadi cukup banyak importir yang sudah simpan saja di situ, enggak usah diangkut keluar. Karena biaya penyimpanan kontainer di luar itu jauh lebih mahal," ungkap Rizal Ramli.
Dia mengungkapkan bahwa Menteri Perhubungan telah mengeluarkan peraturan untuk penimbunan kontainer paling lama hanya tiga hari setelah pemeriksaan gratis.
"Habis diperiksa, tiga hari boleh disimpan, tapi setelah itu harus dikenakan denda," jelasnya.
Rizal mengungkapkan bahwa pihak Pelindo selama ini setuju pengenaan denda tersebut dan Rapat Kabinet telah menyentujui denda tersebut.
"Tapi tadi rapat kabinet sudah memutuskan dan meminta kepada Menteri BUMN agar menggunakan sistem denda. Berapa persisnya, Menteri BUMN yang menentukan, tapi prinsipnya dendanya harus tinggi, agar kontainer ini bisa keluar secepat mungkin," katanya.
Rizal Ramli mengatakan penerapan denda tinggi ini bisa mengurangi "dwelling time" satu hari lagi.
Dia juga mengatakan pemerintah juga akan menerapkan sistem teknologi informasi untuk tagihan Bea Cukai melalui "billing system" sehingga pembayaran dapat dilakukan setiap saat.
"Selama ini, kalau barangnya datang Jumat harus nunggu Senin untuk bayar, tapi dengan sistem ini Minggu atau Sabtu pun bisa bayar sehingga proses pembayaran barang itu bisa lebih cepat," jelas Rizal Ramli.
Terkait mafia pelabuhan, kata Rizal Ramli, Presiden meminta Kapolri dan Bea Cukai untuk melakukan pengawasan dan penertiban.
Rizal berharap masuknya kereta api ke pelabuhan, sistem denda, dan sistem IT bisa diintegrasikan maka target 1,5 hari "dwelling time" bisa tercapai.
Menteri Perhubungan Ignatius Jonan menambahkan bahwa "billing system" dengan Inapornet diperkirakan April-Juni 2016 dapat diluncurkan.
Jonan mengungkapkan program tersebut tidak hanya untuk Pelabuhan Tanjung Priok saja, tetapi juga untuk pelabuhan besar lainnya, yakni Belawan Sumatera Utara, Tanjung Perak Surabaya, Soekarno Hatta di Makassar.
Mengenai kereta api pelabuhan, Jonan mengatakan KAI akan kerja sama dengan Pelindo untuk menyambungkan jalur kurang lebih 1,5 km. (Antara)
Tag
Terpopuler
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- 7 Sepatu Adidas Diskon hingga 60% di Sneakers Dept, Cocok Buat Tahun Baru
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Kencang bak Ninja, Harga Rasa Vario: Segini Harga dan Konsumsi BBM Yamaha MT-25 Bekas
Pilihan
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
-
Aksi Adik Kandung Prabowo yang Makin Mencengkeram Bisnis Telekomunikasi
-
Sesaat Lagi! Ini Link Live Streaming Final Futsal ASEAN 2025 Indonesia vs Thailand
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
Terkini
-
Fraksi Partai Nasdem Dukung Pilkada Lewat DPRD: Sesuai Konstitusi dan Pancasila
-
DPR Desak KPK Jelaskan Penghentian Penyelidikan Kasus Aswad Sulaiman Secara Transparan
-
Hadapi Tantangan Geografis, Pendidikan dan Kesejahteraan Anak di Maluku Utara Jadi Fokus
-
AMAN Catat Konflik 202 Ribu Hektare Wilayah Adat Bengkulu Sepanjang 2025
-
Harapan Publik Tinggi, KPK Tegaskan Penghentian Kasus Aswad Sulaiman Berbasis Alat Bukti
-
Rentetan Kecelakaan Kerja di Galangan PT ASL Shipyard Kembali Terjadi, Polisi Turun Tangan
-
Viral Sekelompok Orang Diduga Berzikir di Candi Prambanan, Pengelola Buka Suara
-
Bahlil Lahadalia Jamu Cak Imin dan Zulhas Hingga Dasco di Kediamannya, Bahas Apa?
-
Tak Bisa Beli Roti Gegara Cuma Punya Uang Tunai: Kenapa Toko Lebih Suka Cashless?
-
Mendagri: Pemerintah Siapkan Bantuan Renovasi dan Hunian bagi Warga Terdampak Bencana Sumatra