Suara.com - Penyidikan kasus dugaan korupsi pada kerja sama sistem membangun, mengelola dan menyerahkan (BOT) antara PT Hotel Indonesia Natour (Persero) dengan Cipta Karya Bumi Indah-Grand Indonesia jangan menimbulkan ketakutan investor menjalin kerja sama bisnis.
"Apalagi Hotel Indonesia (HI) merupakan simbol Jakarta yang memiliki nilai strategis kesejarahan," anggota Komisi III DPR (bidang hukum) dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Nasir Jamil di Jakarta, Selasa (8/3/2016).
Nasir Jamil mengatakan, jika penanganan kasus ini keliru maka bisa menimbulkan gejolak di masyarakat.
"Semua orang tahu bagaimana strategis dan historisnya HI yang menjadi kebanggaan masyarakat. Jika keliru menangani, bisa menimbulkan gejolak di masyarakat," katanya.
Nasir meminta Kejaksaan Agung (Kejagung) yang sedang menyidik kasus ini untuk bertindak hati-hati, transparan dan terbuka. Jangan terburu-buru menetapkan telah terjadi korupsi yang mengakibatkan kerugian negara.
Dia meminta Kejagung agar terlebih dahulu melakukan gelar perkara.
"Sebab sampai saat ini tidak ada gelar perkara terkait kasus itu," kata dia.
Dia mengingatkan, kerja sama "built, operate and transfer" (BOT)Hotel Indonesia ini menyangkut investasi yang nilainya cukup besar dan menciptakan lapangan kerja bagi banyak orang. Negara juga mendapatkan penerimaan dari pajak dan kompensasi BOT lainnya.
Karena itu, menurut dia, Kejagung harus bertindak tanpa kepentingan tertentu selain menegakan hukum secara adil.
"Juga tidak boleh mengatakan, nanti saja buktikan di pengadilan jika kerja sama itu tidak merugikan atau bahkan menguntungkan. Karenanya harus ada gelar perkara kasus ini," kata Nasir.
Sah Sebelumnya, kuasa hukum Grand Indonesia, Juniver Girsang, menyatakan, kerja sama BOT Hotel Indonesia dilakukan melalui proses tender yang sah, transparan dan tidak melanggar hukum. Kerja sama BOT itu merujuk pada persetujuan dari Menteri BUMN (saat itu) Laksamana Sukardi melalui Surat Nomor. S-247/MBU/2004 tanggal 11 Mei 2004 beserta lampirannya, perihal Persetujuan Perjanjian Kerja sama antara PT Hotel Indonesia Natour (HIN) dengan Cipta Karya Bumi Indah (CKBI).
Menurut Juniver, kerja sama itu menguntungkan negara. Grand Indonesia telah mengeluarkan total investasi Rp5,5 triliun dalam proyek ini. Angka ini jauh lebih besar dari ketentuan yang tercantum dalam perjanjian BOT yang mensyaratkan nilai investasi penerima hak BOT sekurang-kurangnya Rp1,2 triliun.
"Negara juga mendapatkan pemasukan dari kewajiban pembayaran pajak penghasilan dari pendapatan atas sewa yang perhitungannya adalah 10 persen dari total pendapatan Grand Indonesia," ujarnya seraya menambahkan bahwa proyek Hotel Indonesia ini telah menyerap sekitar 10 ribu tenaga kerja.
Apalagi, Juniver mengungkapkan, ketika pada tahun 2004, perjanjian BOT ditandatangani para pihak, usia Hotel Indonesia sudah di atas 30 tahun dan belum direnovasi total. Hal ini mengakibatkan daya saingnya semakin rendah.
Laba pun rendah dan tidak optimal. Jika dilihat dari sisi kinerja keuangan selama kurun 1997-2002, Hotel Indonesia-Inna Wisata hanya mendapatkan pemasukan rata-rata Rp2 miliar setahun.
Sejak dilakukan kerja sama BOT itu, HIN mendapatkan penerimaan berupa kompensasi BOT sebesar Rp134 miliar atau rata-rata Rp10,3 miliar per tahun. Kompensasi ini lebih besar dari nilai manfaat tanah.
"Apalagi aset atau modal saham HIN tidak dilepaskan dan HIN akan memperoleh kembali objek BOT pada akhir masa kerja sama (tahun 2055) dalam kondisi layak operasional," katanya. (Antara)
Berita Terkait
-
Komisi III DPR Siap Bahas RUU Perampasan Aset, Dorong Percepatan Harapan Prabowo
-
Kinerja Kejati DKI Tangani Dugaan Korupsi Investasi PLN Batubara Disorot Komisi III DPR
-
Sentuhan Magis Disney Cruise Line di Grand Indonesia, Bikin Liburan Jadi Tak Terlupakan
-
Prabowo Bubarkan Satgas Saber Pungli, Legislator PKS: Sudah Seharusnya, Nggak Jelas Juga Tupoksinya
-
Bobby dan Masinton Dapat Penghormatan, Nasir PKS Harap Segera Diterbitkan Keppres 4 Pulau Milik Aceh
Terpopuler
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Pemain Keturunan Rp 20,86 Miliar Hubungi Patrick Kluivert, Bersedia Bela Timnas Oktober Nanti
- Ameena Akhirnya Pindah Sekolah Gegara Aurel Hermanyah Dibentak Satpam
- Cara Edit Foto yang Lagi Viral: Ubah Fotomu Jadi Miniatur AI Keren Pakai Gemini
- Ramai Reshuffle Kabinet Prabowo, Anies Baswedan Bikin Heboh Curhat: Gak Kebagian...
Pilihan
-
Disamperin Mas Wapres Gibran, Korban Banjir Bali Ngeluh Banyak Drainase Ditutup Bekas Proyek
-
Ratapan Nikita Mirzani Nginep di Hotel Prodeo: Implan Pecah Sampai Saraf Leher Geser
-
Emil Audero Jadi Tembok Kokoh Indonesia, Media Italia Sanjung Setinggi Langit
-
KPK Bongkar Peringkat Koruptor: Eselon dan DPR Kejar-kejaran, Swasta Nomor Berapa?
-
Dugaan Korupsi BJB Ridwan Kamil: Lisa Mariana Ngaku Terima Duit, Sekalian Buat Modal Pilgub Jakarta?
Terkini
-
Soal Usulan TGPF Demo Rusuh Agustus, Menko Yusril: Keputusan di Tangan Presiden Prabowo!
-
5 Privilege Jadi Member ShopeeVIP yang Bikin Belanja Online Naik Level
-
Kena Getahnya, Megawati Masih Jadi Saksi Usai Asetnya Disita Kejagung di Kasus TPPU Bos Sritex
-
Pamulang Diguncang Ledakan, Puslabfor Polri Turun Tangan, 7 Korban Dilarikan ke Rumah Sakit!
-
CEK FAKTA: Anies Baswedan Siap Gantikan Prabowo Jadi Presiden, Heboh di Medsos!
-
Pramono Anung Bicara Kasus Campak di Jakarta, Ada Peningkatan?
-
Kejagung Umumkan Pengambilalihan Lahan Sawit Ilegal, Luasannya Lebih Besar dari Pulau Bali
-
LPDP Panen Kritik: Persyaratan Berbelit, Data Penerima Tidak Transparan?
-
KPK Dalami Pesan WhatsApp Soal Persekongkolan Tersangka Kasus JTTS
-
Desak Rombak UU Pemilu, Yusril Sebut Kualitas DPR Merosot Akibat Sistem Pemilu yang Transaksional