Suara.com - Dua puluh orang dipastikan tewas, sementara 42 lainnya luka-luka dalam penyerangan bersenjata di klub malam khusus gay di Orlando, Florida, Amerika Serikat, demikian dikatakan kepolisian setempat.
Kepolisian Orlando mengatakan, aparat merangsek masuk ke dalam klub bernama Pulse tesebut, tiga jam setelah penembakkan terjadi. Mereka berhasil membunuh pelaku penyerangan yang ketika itu berupaya menyandera beberapa pengunjung.
Lansiran BBC, polisi mengatakan bahwa ini adalah aksi terorisme. Namun, tidak disebutkan apakah para pelaku adalah teroris domestik atau teroris internasional.
Kerabat korban sudah berkumpul di sejumlah rumah sakit setempat untuk menunggu kabar mengenai keluarga mereka.
"Ada mayat di mana-mana," kata seorang pengunjung bernama Christopher Hansen. "Di tempat parkir, mereka diberi tanda merah, kuning, sehingga mereka tahu yang mana yang harud ditolong terlebih dahulu. Celana dilepas, kemeja dirobek, mereka mencari peluru di tubuh para korban. Hanya ada darah di mana-mana," sambung Christopher.
Para korban luka dikabarkan dibawa ke Pusat Medis Regional Orlando. Sejumlah saksi mata menyebutkan, ada sekitar 40 sampai 50 letusan senjata yang terdengar di lokasi.
Saat insiden terjadi, lebih dari 100 orang tengah menikmati acara musik bertema Latin di dalam klub. Klub itu sendiri disebut-sebut sebagai klub gay paling digemari di kota tersebut.
Seorang saksi bernama Ricardo Negron Almodovar, kepada BBC News mengatakan bahwa pelaku melepaskan tembakan pertama kali pada pukul 02.00 dini hari, sesaat menjelang tutupnya klub.
"Kami mendengar letusan tembakan. Di ruangan di mana saya berada, orang-orang tiarap. Saya tidak bisa melihat penembak atau orang yang terluka," kata Ricardo.
"Ada waktu-waktu di mana tembakan terhenti, dan beberapa dari kami berusaha bangun dan menuju pintu keluar. Setelah kami keluar saya langsung berlari," katanya. (BBC)
Berita Terkait
-
Trending Topic atau Tragedi? Ketika Meme Menormalisasi Kekerasan, Kasus Charlie Kirk Jadi Alarm
-
Penghormatan Terakhir untuk Staf KBRI Zetro Leonardo Purba yang Meninggal di Peru
-
Jenazah Staf KBRI Zetro Leonardo Purba Tiba di Indonesia
-
Sadis! Anggota TNI Tembak Mati Warga Gegara Ribut Duit Parkir, Pratu TB Resmi Tersangka
-
Zetro Staf KBRI Diduga Tewas di Tangan Pembunuh Bayaran, Presiden Peru Surati Prabowo
Terpopuler
- Kecewa Kena PHP Ivan Gunawan, Ibu Peminjam Duit: Kirain Orang Baik, Ternyata Munafik
- Nasib Maxride di Yogyakarta di Ujung Tanduk: Izin Tak Jelas, Terancam Dilarang
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
- Gibran Dicap Langgar Privasi Saat Geledah Tas Murid Perempuan, Ternyata Ini Faktanya
Pilihan
-
Profil Agus Suparmanto: Ketum PPP versi Aklamasi, Punya Kekayaan Rp 1,65 Triliun
-
Harga Emas Pegadaian Naik Beruntun: Hari Ini 1 Gram Emas Nyaris Rp 2,3 Juta
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
Terkini
-
Indef Kritik Kebijakan Fiskal Pemerintah: Sektor Riil Sakit, Suntikan Likuiditas Bukan Obatnya
-
Jokowi Ngotot Prabowo-Gibran 2 Periode, Manuver Politik atau Upaya Selamatkan Ijazah Gibran?
-
Siapa Tony Blair? Mendadak Ditunjuk Jadi Pemimpin Transisi Gaza
-
Dian Hunafa Ketahuan Bohong? Pembelaan Ijazah Gibran Disebut Sesat, Gugatan Rp125 T Terus Bergulir!
-
Awas Keracunan! BGN Buka Hotline Darurat Program Makan Bergizi Gratis, Catat Dua Nomor Penting Ini
-
Terungkap! 2 Bakteri Ganas Ini Jadi Biang Kerok Ribuan Siswa di Jabar Tumbang Keracunan MBG
-
Ribuan Anak Keracunan MBG, IDAI Desak Evaluasi Total dan Beri 5 Rekomendasi Kunci
-
Cak Imin: Program Makan Bergizi Gratis Tetap Lanjut, Kasus Keracunan Hanya 'Rintangan' Awal
-
Tak Cuma di Indonesia, Ijazah Gibran Jadi 'Gunjingan' Diaspora di Sydney: Banyak yang Membicarakan
-
Misteri 'Kremlin' Jakarta Pusat: Kisah Rumah Penyiksaan Sadis Era Orba yang Ditakuti Aktivis