Suara.com - Mantan Presiden Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa, John Ashe, meninggal karena mengalami luka di leher ketika sedang mengangkat barbel, kata pemeriksa jenazah, Kamis.
Ashe, yang dituduh kejaksaan Amerika Serikat menerima uang suap, meninggal dunia dalam usia 61 tahun pada Rabu (22/6) sore karena "sesak nafas parah," kata petugas Kantor Pemeriksaan Medis Westchester County.
Keterangan tersebut berbeda dengan laporan-laporan yang mengatakan bahwa Ashe meninggal karena serangan jantung. Ashe sedang duduk di kursi ketika ia mengangkat barbel.
Kesimpulan yang dibuat oleh pemeriksa jenazah itu muncul satu hari setelah polisi menanggapi panggilan darurat medis dari kediaman Ashe di Dobbs Ferry, New York. Ia dinyatakan meninggal di rumahnya.
Ashe adalah mantan duta besar PBB dari Antigua dan Barbuda, yang menjabat sebagai presiden Majelis Umum dari 2013 hingga 2014.
Kematiannya merupakan kejadian yang mengejutkan dalam kasus korupsi di AS.
Ashe ditangkap pada Oktober tahun lalu dan dituduh menerima uang suap senilai 1,3 juta dolar AS (Rp17 miliar) dari para pebisnis China. Sejauh ini, sudah tujuh orang didakwa dalam kasus tersebut, tiga orang di antaranya telah menyatakan bersalah.
Kejaksaan mengatakan Ashe menerima suap lebih dari 500.000 dolar (Rp6,6 miliar) dari miliarder pengembang properti Makau, Ng Lap Seng. Pengusaha Makau itu ingin mendapatkan dukungan PBB untuk membangun pusat konferensi yang disponsori PBB di Makau oleh perusahaannya.
Jaksa mengatakan Ashe juga telah menerima lebih dari 800.000 dolar (Rp10,6 miliar) dari pengusaha China untuk mendukung kepentingan mereka di PBB dan Antigua.
Saat ia meninggal, Ashe hanya didakwa atas penggelapan pajak. Terhadap dakwaan itu, ia telah menyatakan tidak bersalah. Ada pertanyaan-pertanyaan soal apakah kekebalan diplomatik kemungkinan menghalangi dakwaan terhadapnya dalam kasus suap.
Pada persidangan 9 Mei, Asisten Kejaksaan Amerika Serikat Daniel Richental mengatakan para penuntut sedang mencari dakwaan baru terhadap Ashe.
Kasus menyangkut Ng dan asistennya, Jeff Yin, yang dikatakan jaksa membantu penyuapan terhadap Ashe, masih menggantung. Keduanya menyatakan tidak bersalah.
Ashe meninggalkan istri bernama Anilla Cherian dan dua anak.
Dalam pernyataan yang dikeluarkan pengacara Ashe, keluarganya mengatakan, "Kami akan selalu merindukan kelembutan, ketenangan dan senyumannya." (Antara)
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Selamat Datang Elkan Baggott, Belum Kering Tangis Timnas Indonesia
- Pondok Pesantren Lirboyo Disorot Usai Kasus Trans 7, Ini Deretan Tokoh Jebolannya
- Apa Acara Trans7 yang Diduga Lecehkan Pesantren Lirboyo? Berujung Tagar Boikot di Medsos
- 3 Alasan Presiden Como Mirwan Suwarso Pantas Jadi Ketum PSSI yang Baru
- 5 Sepatu Nineten Terbaik untuk Lari, Harga Terjangkau Mulai Rp300 Ribu
Pilihan
-
Harga Emas Melonjak! Antam Tembus Level Rp 2.622.000 di Pegadaian, UBS Ikut Naik
-
Purbaya Mau Turunkan Tarif PPN, Tapi Dengan Syarat Ini
-
Isu HRD Ramai-ramai Blacklist Lulusan SMAN 1 Cimarga Imbas Kasus Viral Siswa Merokok
-
Sah! Garuda Indonesia Tunjuk eks Petinggi Singapore Airlines jadi Direktur Keuangan
-
Gaji Program Magang Nasional Dijamin Tak Telat, Langsung Dibayar dari APBN
Terkini
-
Blak-Blakan, Prabowo Tolak Keponakan Ikut Proyek Kemhan: Cari Usaha Lain!
-
Prabowo Ingatkan Anak Muda: Kuasai Ekonomi Sebelum Jadi Pemimpin Politik
-
Jakarta Bersih-Bersih: Halte Transjakarta BNN dan Tiang Monorel Masuk Daftar Pembongkaran
-
DPR Akan Panggil Trans7, Cucun: Jangan Demi Rating Malah Memecah Belah Bangsa
-
Sidang Praperadilan Ditolak, Nadiem Makarim Tulis Surat Menyentuh dari Balik Jeruji
-
BPI Danantara dan Pemprov DKI Siap Wujudkan Proyek Energi Sampah November Ini
-
Wapres Gibran Bingung Ditanya CPNS Optimalisasi? Respon Singkatnya Jadi Sorotan!
-
Surya Paloh dan Sjafrie Gelar Pertemuan Tertutup di Kantor Menhan, Ada Sinyal Politik Apa?
-
Komnas Perempuan: Kekerasan Seksual Mei 1998 Tidak Boleh Dihapus dari Sejarah
-
'Sakit Hati' Lama Terbongkar di Pengadilan, Jusuf Hamka: Saya Dizalimi Hary Tanoe