Santoso merupakan pimpinan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang dibaiat secara langsung oleh Abu Bakar Baasyir, laiknya Jemaah Anshorut Tauhid (JAT). Setelah itu, dia mulai memperkenalkan dirinya dengan membuat video dan menyebarkannya melalui jejaring sosial.
Pada 2015, Polda Sulteng kemudian mengetahui bahwa Santoso dengan sekitar 40 pengikutnya yang bersembunyi di hutan-hutan Poso pesisir telah berbaiat dengan ISIS, sehingga kelompok ini semakin membahayakan bagi masyarakat dan NKRI.
Perjalanan teror Santoso, menurut Mbai, bermula pada tahun 2009 ketika Noordin M Top tertangkap pascapeledakan bom Marriott dua. Kejadian itu membuat Jamaah Islamiah dan JAT lumpuh, hingga tersebar dalam kelompok-kelompok kecil seperti jamur.
Akhir 2009, tokoh-tokoh utama teroris itu yang dipenjara mulai dibebaskan, salah satunya Abu Bakar Baasyir dan Mustofa dan yang lain-lain. Sedangkan di Filipina ada Dul Matin serta Umar Patek.
"Akhirnya mereka sepakat bagaimana mereunifikasi gerakan ini, artinya mengumpulkan dana segala macam dan di situ lah Abu Bakar Baasyir kena mendanai itu. Ada bukti hukumnya. Dia ada keterkaitan dengan pelatihan di Jantho Aceh, pelatihnya adalah Mustofa dan pendanaannya adalah Abu Bakar Baasyir dari berbagai sumber," ungkap Mbai beberapa waktu lalu.
Sayangnya, upaya polisi untuk menghentikan teror tersebut tak sepenuhnya berhasil, sebab ada beberapa orang yang berhasil lolos. Dari mereka, ada yang terlibat dalam kasus perampokan CIMB Medan, serta pembantaian di Polsek Hamparan Perak. Hingga tumbuhnya sel terorisme di Klaten, Jawa Tengah. Rangkaian perampokan dan pembunuhan tersebut disimpan dan digunakan sebagai dana pelatihan calon anggota baru, tempat yang dipilih adalah Poso.
Operasi Khusus Memburu Santoso Melihat ancaman yang cukup membahayakan masyarakat dan NKRI, pemerintah Indonesia melalui Polri kemudian menggelar operasi khusus perburuan Santoso dan para pengikutnya dengan sandi 'Operasi Camar Maleo' pada 2015 yang melibatkan personel Polri dan kesatuan-kesatuan elite seperti Densus 88 Anti Teror dan Brimob.
Operasi ini berlangsung empat tahap yakni Camar Maleo I sampai IV, yang setiap tahapnya berjalan tiga bulan.
Di penghujung Operasi Camar Maleo I pada Maret 2015, TNI menggelar latihan khusus Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) yang melibatkan sekitar 3.500 personel TNI dari tiga angkatan, berlangsung selama 10 hari.
Operasi ini tidak menyasar penangkapan Santoso sebagai target akhir, tetapi sangat membantu dalam memporak-porandakan markas-markas Santoso di dalam hutan dan menemukan jejak-jejak persembunyian dan tempat-tempat latihan militer mereka.
Hingga akhir 2015, Operasi Camar Maleo I sampai IV gagal menangkap Santoso, namun berhasil meringkus satu persatu anggota Santoso dalam keadaan hidup dan mati serta mempersempit ruang gerak mereka.
Operasi perburuan Santoso tak berhenti. Pada 2016, operasi dilanjutkan dengan sandi Tinombala. Personelnya juga melibatkan secara langsung anggota TNI, khususnya satuan-satuan elite di lingkungan TNI Angkatan Darat.
Sebanyak 2.500 personel Polri dan TNI dikerahkan dalam operasi yang berlangsung sejak 9 Januari 2016 itu. Operasi ini berjalan semakin taktis dan efektif sehingga kelompok Santoso berhasil dipecah-belah dan menjadi tidak kompak. Suplai logistik mereka ditutup sehingga mereka mengalami kelaparan dan menutup akses masuknya penyusup baru untuk bergabung dengan kelompok ini.
Akhirnya, satu persatu anggota kelompok Santoso ini diringkus, ada yang tewas dalam kontak senjata ada pula yang ditangkap hidup-hidup bahkan ada yang menyerahkan diri.
"Setelah Santoso dan Mochtar tewas kemarin, saat ini kelompok pimpinan Santoso ini tinggal 19 orang," kata Leo Bona Lubis.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Mobil Keluarga Tahan Banting Anti Mogok, Mulai Rp 60 Jutaan
- Makan Bergizi Gratis Berujung Petaka? Ratusan Siswa SMAN 1 Yogyakarta Keracunan Ayam Basi
- 23 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 17 Oktober: Klaim 16 Ribu Gems dan Pemain 110-113
- Jepang Berencana Keluar dari AFC, Timnas Indonesia Bakal Ikuti Jejaknya?
- Muncul Dugaan Kasus Trans7 vs Ponpes Lirboyo untuk Tutupi 4 Kasus Besar Ini
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Curigai Permainan Bunga Usai Tahu Duit Pemerintah Ratusan Triliun Ada di Bank
-
Pemerintah Buka Program Magang Nasional, Siapkan 100 Ribu Lowongan di Perusahaan Swasta Hingga BUMN
-
6 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori Besar untuk Orang Tua, Simpel dan Aman
-
Alhamdulillah! Peserta Magang Nasional Digaji UMP Plus Jaminan Sosial dari Prabowo
-
Kabar Gembira! Pemerintah Guyur BLT Ekstra Rp30 T, 17 Juta Keluarga Baru Kebagian Rezeki Akhir Tahun
Terkini
-
Bikin Pedagang Pasar Tersiksa, APPSI Tolak Raperda KTR DKI Jakarta
-
60 Koperasi Merah Putih Terima Dana Rp6 Miliar, Menkop Ferry Ingatkan Soal Kejujuran
-
Dugaan Ijazah Palsu Arsul Sani, Jika Terbukti Wajib Mundur dari Hakim MK
-
Di Balik Sertifikat Akreditasi: Upaya Klinik dan LAFKESPRI Jaga Mutu Layanan Kesehatan Indonesia
-
Soroti Kesenjangan Energi, Akademisi: Target Listrik 5.700 Desa Harus Wujudkan Keadilan Akses!
-
Hadapi Nyinyiran, Prabowo Beberkan Bukti Keberhasilan MBG: 99,99% Sukses!
-
Dipuji Dunia, Disindir di Negeri Sendiri: Prabowo Bela Program Makan Bergizi Gratis dari Cibiran
-
Perpres Sudah Disiapkan, Pakar Ingatkan Peluang Besar dan Risiko PLTN di Indonesia
-
Ruang Genset di RS Hermina Bekasi Terbakar Akibat Korsleting, Kerugian Ditaksir Rp 1 Miliar!
-
Ditantang Lapor Kasus Korupsi Kereta Whoosh, Mahfud MD Sentil Balik KPK: Agak Aneh Ini