Suara.com - Bakal calon gubernur DKI Jakarta dari pihak petahana, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, tidak ingin memusingkan elektabilitasnya yang menurun jelang Pilkada DKI Jakarta, 2017 mendatang.
Sebelumnya, dalam hasil kajian terbaru Lingkaran Survei Indonesia (LSI), tercatat ada empat penyebab tren turunnya elektabilitas pasangan calon petahana, Ahok dan Djarot Saiful Hidayat.
Diantara penyebabnya adalah terkait persoalan reklamasi pantai di Teluk Jakarta dan penggusuran pemukiman warga yang berada di bantaran sungai.
"Saya kan sudah bilang, saya (telah) disumpah untuk merapikan Jakarta," kata Ahok di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (5/10/2016).
Menurut Ahok, tidak ada cara lain untuk merapikan sungai di Jakarta selain dengan membongkar pemukiman warga.
Di samping itu, pihaknya juga memberikan relokasi ke Rumah Susun Sederhana Sewa (RSSS) dan sejumlah bantuan kepada warga bantaran sungai yang kena gusur.
"Kasih tahu saja caranya gimana sih kalau orang udah uruk sungai dari sungai 60 meter jadi 20 meter dan bikin rumah, caranya gimana? Ya pindahin mereka ke rusun kan?" ujar Ahok.
Mantan Bupati Belitung Timur ini menambahkan tidak akan menggusur pemukiman warga apabila tempat relokasi untuk menampung mereka tidak ada.
Namun, setelah rusun siap, gubernur yang berusia 50 tahun ini akan terus mendorong warga bantaran sungai untuk pindah ke rusun.
"Soal terpilih enggak terpilih urusan kedua. Kalau saya cuma gara-gara mau terpilih (terus enggak lakukan penggusuran rumah warga di bantaran kali) ya buat apa kamu pilih saya jadi gubernur, tapi sungai semua enggak rapi," jelas Ahok.
Terkait hasil survei LSI yang menunjukan elektabilitas Ahok berada di angka 31,4 persen pada Oktober ini, Ahok meminta kepada empat partai pengusungnya--Nasdem, Hanura, Golkar dan PDI P--untuk bersatu dan bekerja keras memenangkan calon petahana apabila ingin melihat pasangan Ahok-Djarot kembali memimpin Jakarta priode kedua, 2017-2022.
"Artinya tim harus kerja keras, bagus itu kan (survei LSI). Jadi saya katakan saya enggak perlu bayar lembaga survei," katanya.
Berita Terkait
-
Ramalan Ahok Soal Banjir Sampai Monas Meleset, Ini Kata Pramono Anung
-
Air Laut Nyaris Sejajar Tanggul Pantai Mutiara, Bisa Bikin Monas Kebanjiran?
-
Janji Rano Karno Benahi Tanggul Pantai Mutiara yang Mulai Rembes
-
Ricuh! Penggusuran Pasar Barito Berujung Blokade Jalan: Pedagang Melawan!
-
Misteri Sumber Waras Berakhir: KPK Hentikan Penyelidikan, Gubernur Pramono Bisa Ambil Alih Aset
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
Terkini
-
Gak Perlu Mahal, Megawati Usul Pemda Gunakan Kentongan untuk Alarm Bencana
-
5 Ton Pakaian Bakal Disalurkan untuk Korban Banjir dan Longsor Aceh-Sumatra
-
Kebun Sawit di Papua: Janji Swasembada Energi Prabowo yang Penuh Risiko?
-
Bukan Alat Kampanye, Megawati Minta Dapur Umum PDIP untuk Semua Korban: Ini Urusan Kemanusiaan
-
Tak Mau Hanya Beri Uang Tunai, Megawati Instruksikan Bantuan 'In Natura' untuk Korban Bencana
-
Jaksa Bongkar Akal Bulus Proyek Chromebook, Manipulasi E-Katalog Rugikan Negara Rp9,2 Miliar
-
Mobil Ringsek, Ini 7 Fakta Kecelakaan KA Bandara Tabrak Minibus di Perlintasan Sebidang Kalideres
-
Giliran Rumah Kajari Kabupaten Bekasi Disegel KPK
-
Seskab Teddy Jawab Tudingan Lamban: Perintah Prabowo Turun di Hari Pertama Banjir Sumatra
-
7 Fakta Warga Aceh Kibarkan Bendera Putih yang Bikin Mendagri Minta Maaf