Suara.com - Sebuah penelitian baru-baru ini mengatakan bahwa dua perlima mahasiswa baru di Universitas Peking, salah satu universitas paling bergengsi di Cina, memikirkan arti hidup.
Kegiatan rohani telah menarik banyak perhatian di Cina. Sementara itu, tak jarang melihat karyawan lesu di tempat kerja atau mendengar berita bunuh diri akibat depresi.
Di negara berpenduduk 1,37 miliar (2015) ini, diperkirakan sekitar 100 juta orang menderita berbagai jenis penyakit mental, seperti dilaporkan Asia One.
Di luar jumlah itu, diyakini sekitar 16 juta orang terpengaruh oleh kondisi mereka. Sementara itu, 250 juta orang lainnya diyakini membutuhkan layanan psikologis, dan 80 juta orang membutuhkan pengobatan yang serius.
Namun, 72,3 persen dari mereka tak menyadari telah mengalami depresi, kecemasan atau masalah mental lainnya. Depresi telah menjadi penyebab utama bunuh diri di Cina.
Secara global, diperkirakan 700 juta orang menderita penyakit mental. Tiga masalah mental di dunia adalah depresi, kecemasan dan insomnia.
Tiga puluh persen warga Amerika diyakini punya berbagai masalah psikologis. Pada tahun 2012, sebanyak 804 juta orang bunuh diri secara global, dengan 23,9 persen dari mereka berasal dari negara-negara kaya.
Sebanyak 314 juta warga Asia Tenggara melakukan bunuh diri pada tahun 2012, yang menyebabkan wilayah ini memiliki tingkat bunuh diri tertinggi di dunia.
Survei yang dilakukan otoritas kesehatan Cina menunjukkan bahwa 100 juta orang di Negeri Panda itu menderita depresi, termasuk 10 persen dari total populasi perempuan di negara itu dan sekitar 8 persen dari total populasi laki-laki.
Setiap tahun, ratusan ribu warga Cina bunuh diri. Sebuah penelitian terbaru telah disurvei kalangan karyawan paruh baha di 50 perusahaan top di Cina di 30 kota.
Hal ini menunjukkan bahwa 78,9 persen dari mereka ada tanda-tanda pergolakan dalam diri mereka. 59,4 persen mengalami kecemasan dan 38,6 persen dihantui depresi.
Penyakit mental cuma 20 persen dari semua kasus penyakit di Cina, namun pengeluaran pemerintah untuk menangani psikologis hanya 2,5 persen dari anggaran kesehatan masyarakat.
Berita Terkait
Terpopuler
- Kopi & Matcha: Gaya Hidup Modern dengan Sentuhan Promo Spesial
- Ameena Akhirnya Pindah Sekolah Gegara Aurel Hermanyah Dibentak Satpam
- Breaking News! Keponakan Prabowo Ajukan Pengunduran Diri Sebagai Anggota DPR RI Gerindra, Ada Apa?
- Prabowo Incar Budi Gunawan Sejak Lama? Analis Ungkap Manuver Politik di Balik Reshuffle Kabinet
- Patrick Kluivert Senyum Nih, 3 Sosok Kuat Calon Menpora, Ada Bos Eks Klub Liga 1
Pilihan
-
Foto AI Tak Senonoh Punggawa Timnas Indonesia Bikin Gerah: Fans Kreatif Atau Pelecehan Digital?
-
Derby Manchester Dalam 3 Menit: Sejarah, Drama, dan Persaingan Abadi di Premier League
-
Disamperin Mas Wapres Gibran, Korban Banjir Bali Ngeluh Banyak Drainase Ditutup Bekas Proyek
-
Ratapan Nikita Mirzani Nginep di Hotel Prodeo: Implan Pecah Sampai Saraf Leher Geser
-
Emil Audero Jadi Tembok Kokoh Indonesia, Media Italia Sanjung Setinggi Langit
Terkini
-
18 WNI dari Nepal Tiba di Tanah Air Hari Ini, Dipulangkan di Tengah Krisis Politik
-
Di Balik Mundurnya Rahayu Saraswati, Mahfud MD Sebut Ada 'Badai Politik' Menerjang DPR
-
Dugaan Korupsi Tol CMNP Mulai Diusut, Siapa Saja yang Diperiksa Kejagung?
-
Kembali Datangi DPR, ICW Kirim Surat Keberatan 'Tagih' Informasi Soal Pendapatan Anggota Dewan
-
KontraS Ajukan Tiga Tuntutan untuk Tim Investigasi Demo Ricuh Bentukan Prabowo
-
Dicecar KPK soal SK Korupsi Haji, Eks Sekjen Kemenag 'Lempar Bola' ke Dirjen PHU
-
Total 5 Korban Tewas, Balita Ikut jadi 'Tumbal' Terbakarnya Sumur Minyak Ilegal di Blora
-
Gibran Pakai Sarung Tangan Terbalik saat Hendak Panen Lobster Jadi Sorotan, TNI Turun Tangan
-
MAKI Ancam Praperadilankan KPK Jika Tak Segera Tetapkan Tersangka Korupsi Kuota Haji
-
MAKI Laporkan Eks Menag Gus Yaqut ke KPK Terkait Dugaan Korupsi Pengawasan Haji