Jaksa Agung HM Prasetyo menghadiri rapat kerja dengan Komisi III DPR RI di Komplek Parlemen, Jakarta, Senin (6/6). [suara.com/Kurniawan Mas'ud]
Koordinator Divisi Monitoring Hukum dan Peradilan Indonesia Corruption Watch Emerson Yuntho menilai lambannya pemerintah memberantas korupsi dan penegakan hukum terjadi karena Presiden Joko Widodo salah memilih Jaksa Agung. Saat ini Jaksa Agung dijabat M. Prasetyo yang merupakan kader Partai Nasional Demokrat.
"Ini akibat Jokowi salah pilih Jaksa Agung," ujar Emerson dalam diskusi bertajuk Refleksi dan Proyeksi Penegakkan Hukum di gedung Lembang Administrasi Negara, Jalan Veteran, Jakarta Pusat, Rabu (7/12/2016).
Menurut Emerson penanganan kasus korupsi yang dilakukan Kejaksaan Agung selama ini hanya berdasarkan kuantitas, bukan kualitas.
Emerson juga menyoroti operasi tangkap tangan terhadap Wali Kota Cimahi Atty Suharti Tochija dan Mochamad Itoc Tochija, suami Atty yang juga mantan Wali Kota Cimahi. Menurutnya operasi itu seharusnya dilakukan Kejaksaan Tinggi, bukan KPK.
"Saat ini muncul fenomena KPK menangkap banyak kepala daerah lewat OTT seperti di Cimahi, ini menunjukkan persoalan serius penanganan kasus korupsi di kepolisian dan kejaksaan. Kasusnya level kejaksaan tinggi tapi kok oleh KPK yang kasusnya jauh lebih kakap. Bicara penanganan kasus betul di beberapa presentasi kepolisian, kejaksaan, secara kuantitas banyak yang ditangani. Secara kualitas banyak yang sedang diselesaikan, tapi nggak terlihat," katanya.
Emerson kemudian menyebut indikasi lainnya yang menunjukkan lemahnya kinerja Jaksa Agung.
"Dugaan intervensi politik muncul dalam sejumlah penghentian kasus korupsi yang ditangani kejaksaan. Proses penyelidikan kasus korupsi "papa minta saham" yang (diduga) melibatkan Setya Novanto dikabarkan dihentikan di kejaksaan. Lalu penyidikan rekening gendut kepala daerah salah satunya Gubernur Sulawesi Tenggara Nur Alam yang berasal dari Partai Amanat Nasional dihentikan 2015, karena tidak terbukti kuat untuk ditingkatkan ke penyidikan. lalu pada 2016, Nur Alam jadi tersangka KPK atas dugaan penerbitan izin tambang sejak tahun 2009 hingga 2014," tuturnya.
Emerson kemudian menyoroti proses penunjukan Jaksa Agung. Menurut Jaksa Agung yang merupakan kader partai politik bisa memunculkan masalah.
" Lagi-lagi, ketika proses pemilihan Kabinet Kerja yang agak molor, kan saat pemilihan Jaksa Agung. Konsolidasi partai politik memberi pengaruh bagi proses penegakan hukum, terjebak pada penyanderaan pemilihan Jaksa Agung, saya pikir ini blunder memilih Jaksa Agung dari partai politik, paling tidak memunculkan loyalitas ganda," kata dia
Itu sebabnya, Emerson menyarankan kepada Presiden untuk mengganti Prasetyo.
"Jokowi sebaiknya mengganti Prasetyo sebagai Jaksa Agung, karena ujung tombak tidak memberi citra positif buat kejaksaan dan Jokowi dan untuk apa di pertahankan. di 2016 ini titik lemah di kejaksaan, jadi harus pilih figur yang berkualitas dan yang independen," kata dia.
"Ini akibat Jokowi salah pilih Jaksa Agung," ujar Emerson dalam diskusi bertajuk Refleksi dan Proyeksi Penegakkan Hukum di gedung Lembang Administrasi Negara, Jalan Veteran, Jakarta Pusat, Rabu (7/12/2016).
Menurut Emerson penanganan kasus korupsi yang dilakukan Kejaksaan Agung selama ini hanya berdasarkan kuantitas, bukan kualitas.
Emerson juga menyoroti operasi tangkap tangan terhadap Wali Kota Cimahi Atty Suharti Tochija dan Mochamad Itoc Tochija, suami Atty yang juga mantan Wali Kota Cimahi. Menurutnya operasi itu seharusnya dilakukan Kejaksaan Tinggi, bukan KPK.
"Saat ini muncul fenomena KPK menangkap banyak kepala daerah lewat OTT seperti di Cimahi, ini menunjukkan persoalan serius penanganan kasus korupsi di kepolisian dan kejaksaan. Kasusnya level kejaksaan tinggi tapi kok oleh KPK yang kasusnya jauh lebih kakap. Bicara penanganan kasus betul di beberapa presentasi kepolisian, kejaksaan, secara kuantitas banyak yang ditangani. Secara kualitas banyak yang sedang diselesaikan, tapi nggak terlihat," katanya.
Emerson kemudian menyebut indikasi lainnya yang menunjukkan lemahnya kinerja Jaksa Agung.
"Dugaan intervensi politik muncul dalam sejumlah penghentian kasus korupsi yang ditangani kejaksaan. Proses penyelidikan kasus korupsi "papa minta saham" yang (diduga) melibatkan Setya Novanto dikabarkan dihentikan di kejaksaan. Lalu penyidikan rekening gendut kepala daerah salah satunya Gubernur Sulawesi Tenggara Nur Alam yang berasal dari Partai Amanat Nasional dihentikan 2015, karena tidak terbukti kuat untuk ditingkatkan ke penyidikan. lalu pada 2016, Nur Alam jadi tersangka KPK atas dugaan penerbitan izin tambang sejak tahun 2009 hingga 2014," tuturnya.
Emerson kemudian menyoroti proses penunjukan Jaksa Agung. Menurut Jaksa Agung yang merupakan kader partai politik bisa memunculkan masalah.
" Lagi-lagi, ketika proses pemilihan Kabinet Kerja yang agak molor, kan saat pemilihan Jaksa Agung. Konsolidasi partai politik memberi pengaruh bagi proses penegakan hukum, terjebak pada penyanderaan pemilihan Jaksa Agung, saya pikir ini blunder memilih Jaksa Agung dari partai politik, paling tidak memunculkan loyalitas ganda," kata dia
Itu sebabnya, Emerson menyarankan kepada Presiden untuk mengganti Prasetyo.
"Jokowi sebaiknya mengganti Prasetyo sebagai Jaksa Agung, karena ujung tombak tidak memberi citra positif buat kejaksaan dan Jokowi dan untuk apa di pertahankan. di 2016 ini titik lemah di kejaksaan, jadi harus pilih figur yang berkualitas dan yang independen," kata dia.
Komentar
Berita Terkait
-
Roy Suryo Klaim Kantongi Ijazah Palsu Jokowi Langsung dari KPU: Kami Berani Mati, Adili Jokowi!
-
Ramalan Rocky Gerung: 'Hantu' Ijazah Jokowi Bakal Teror Pemerintahan Prabowo Sampai 2029!
-
Malu-malu Umumkan Jokowi Jadi 'Bapak J', PSI Dicurigai Partai Tertutup: "Aneh Bila Belum Dipublish"
-
Sinyal Tersembunyi di Balik Pertemuan Jokowi-Ba'asyir, Rocky Gerung Bongkar Dugaan Manuver Ini
-
Soal Tangkap dan Adili Jokowi, Rocky Gerung: Harus Ada Proses, Dimulai di DPR atau Meja Pengadilan
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
Terkini
-
Kasus Siswa Keracunan MBG di Jakarta Capai 60 Anak, Bakteri jadi Biang Kerok!
-
Polisi Masih Dalami Sosok 'Bjorka' yang Ditangkap di Minahasa, Hacker Asli atau Peniru?
-
Rano Karno Sebut Penting Sedot Tinja 3 Tahun Sekali: Kalau Tidak bisa Meledak!
-
Korban Tewas Ponpes Al Khoziny Ambruk Jadi 14 Orang, Tim DVI Terus Identifikasi Santri Belasan Tahun
-
Diragukan Bjorka Asli, Dalih Polisi Ciduk WFH Pemuda Tak Lulus SMK yang Diklaim Bobol Data Bank
-
Viral Korban Kecelakaan Diduga Ditolak Puskesmas, Dibiarkan Tergeletak di Teras
-
Ombudsman RI Saran RUU Perampasan Aset Harus Perjelas Kerugian Akibat Korupsi dan Langgar HAM
-
Detik-detik Artis Keturunan Indonesia Ardell Aryana Disandera Tentara Israel saat Live TikTok
-
Rocky Gerung Pasang Badan Bebaskan Aktivis Kasus Demo Agustus: Mereka Bukan Kriminal!
-
Pastikan Serapan Anggaran MBG Membaik, Luhut: Menkeu Tak Perlu Ambil Anggaran yang Tak Terserap