Suara.com - Aktivis Koalisi Penyelamat Satwa terus menyuarakan protes terhadap sirkus lumba-lumba yang sedang berlangsung di Balikpapan, Kalimantan Timur.
"Sirkus itu penyiksaan, memaksa lumba-lumba yang dalam keadaan lapar mematuhi perintah instrukturnya," kata Maulana Malik, juru bicara koalisi itu, Minggu (29/1/2017).
Maulana berbicara di depan pengunjung Transmart di Daun Village, Jalan MT Harjono, Balikpapan yang menjadi tempat penyelenggaraan sirkus lumba-lumba. Puluhan aktivis mendampingi Maulana dan Husein Suwarno, koordinator aksi.
Para pengunjuk rasa antara lain berasal Forum Peduli Teluk Balikpapan (FPTB), Rare Aquatic Species Indonesia (RASI), Kawasan Wisata Pendidikan Lingkungan Hidup (KWPLH), Komunitas Earth Hour, kelompok mahasiswa pencinta alam, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Persatuan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), dan Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI).
Sirkus lumba-lumba keliling yang berpentas di Balikpapan berasal dari Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta.
Pengelola mengaku mendapat izin dari Kementerian Lingkungan Hidup hingga kepolisian untuk menggelar acara tersebut mulai 20 Januari hingga 19 Februari mendatang. Para aktivis menentang sebutan penyelenggara bahwa sirkus lumba-lumba itu adalah bagian dari pendidikan atau edukasi.
"Pertunjukan itu bisnis murni dan mengeksploitasi lumba-lumba," kata Husain Suwarno.
Aksi penolakan terhadap sirkus itu di Balikpapan sudah dimulai sejak Minggu, 15 Januari.
Sebelumnya, saat berpertunjukan di Samarinda pada Oktober 2016, 110 km utara Balikpapan, Komunitas Stop Sirkus Lumba-lumba juga berunjuk rasa di depan tempat pertunjukan dan meminta orangtua untuk tidak membawa anak-anaknya menonton pertunjukan itu.
Siksa Lumba-lumba Menurut Koalisi Penyelamat Satwa, sirkus menjadi tempat penyiksaaan lumba-lumbaatau dolphin sejak saat pengangkutan dengan pesawat terbang hingga sehari-hari dalam pertunjukan.
"Saat diangkut, mereka dihimpit, namun tidak diberi air. Kulitnya hanya diolesi margarin atau sejenisnya dengan tujuan menjaga kelembapannya. Namun, itu justru bisa membuat kulitnya teriritasi," kata Maulana Malik.
Setelah tiba di tempat acara, lumba-lumba akan tinggal di kolam yang dangkal dan sempit. Kolam itu kedalamannya 3 meter dan diameternya 10 meter. Luas kolam itu tentu tidak sebanding dengan lautan, tempat alami lumba-lumba biasa menjelajah hingga 100 km sehari.
Menurut Maulana, kolam yang sempit itu menyakitkan lumba-lumba karena sonar, gelombang suara yang dikirimnya untuk mendeteksi obyek di sekelilingnya, kembali sangat cepat.
"Lumba-lumba menjadi pusing," katanya.
Air kolam sebagai tempat hidupnya juga dicampur dengan klorin atau garam yang bisa membutakan mata lumba-lumba.
Berita Terkait
Terpopuler
- Terungkap! Kronologi Perampokan dan Penculikan Istri Pegawai Pajak, Pelaku Pakai HP Korban
- Promo Superindo Hari Ini 10-13 November 2025: Diskon Besar Awal Pekan!
- 5 Rekomendasi Motor yang Bisa Bawa Galon untuk Hidup Mandiri Sehari-hari
- 5 Bedak Padat yang Bagus dan Tahan Lama, Cocok untuk Kulit Berminyak
- 5 Parfum Aroma Sabun Mandi untuk Pekerja Kantoran, Beri Kesan Segar dan Bersih yang Tahan Lama
Pilihan
-
Tekad Besar Putu Panji Usai Timnas Indonesia Tersingkir di Piala Dunia U-17 2025
-
Cek Fakta: Viral Isu Rektor UGM Akui Jokowi Suap Rp100 Miliar untuk Ijazah Palsu, Ini Faktanya
-
Heimir Hallgrimsson 11 12 dengan Patrick Kluivert, PSSI Yakin Rekrut?
-
Pelatih Islandia di Piala Dunia 2018 Masuk Radar PSSI Sebagai Calon Nahkoda Timnas Indonesia
-
6 HP RAM 8 GB Paling Murah dengan Spesifikasi Gaming, Mulai Rp1 Jutaan
Terkini
-
Pesan Pengacara PT WKM untuk Presiden Prabowo: Datanglah ke Tambang Kami, Ada 1,2 Km Illegal Mining
-
Misteri Penculikan Bilqis: Pengacara Duga Suku Anak Dalam Hanya 'Kambing Hitam' Sindikat Besar
-
Babak Baru Korupsi Petral: Kejagung Buka Penyidikan Periode 2008-2015, Puluhan Saksi Diperiksa
-
Aliansi Laki-Laki Baru: Lelaki Korban Kekerasan Seksual Harus Berani Bicara
-
Ahli BRIN Ungkap Operasi Tersembunyi di Balik Jalan Tambang PT Position di Halmahera Timur
-
Jeritan Sunyi di Balik Tembok Maskulinitas: Mengapa Lelaki Korban Kekerasan Seksual Bungkam?
-
Mendagri Tito Dapat Gelar Kehormatan "Petua Panglima Hukom" dari Lembaga Wali Nanggroe Aceh
-
'Mereka Mengaku Polisi', Bagaimana Pekerja di Tebet Dikeroyok dan Diancam Tembak?
-
Efek Domino OTT Bupati Ponorogo: KPK Lanjut Bidik Dugaan Korupsi Monumen Reog
-
Bukan Kekenyangan, Tiga Alasan Ini Bikin Siswa Ogah Habiskan Makan Bergizi Gratis