News / Nasional
Selasa, 30 Desember 2025 | 14:18 WIB
Refly Harun dan dokter Tifa. (bidik layar kanal YouTube Refly Harun)
Baca 10 detik
  • Refly Harun membacakan tulisan dr. Tifa berjudul "Somebody Please Help Him" di YouTube pada 30 Desember 2025.
  • Tulisan tersebut menggunakan metafora medis, seperti "autoimun politik," mengkritik kondisi kekuasaan kini.
  • Refly Harun membela dr. Tifa yang kini tersangka, menekankan perjuangan nilai dan hati nurani kliennya.

Suara.com - Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun, menyoroti sebuah tulisan mendalam dan reflektif karya dr. Tifauzia Tyassuma atau yang akrab disapa dr. Tifa.

Tulisan berjudul “Somebody Please Help Him” tersebut dibacakan ulang oleh Refly dalam unggahan video di kanal YouTube-nya Selasa (30/12/2025).

Dalam video tersebut, Refly memuji kemampuan narasi dr. Tifa yang menggunakan istilah medis dan neuroscience sebagai metafora untuk menggambarkan kondisi politik dan kekuasaan di Indonesia saat ini.

Tulisan yang dibacakan Refly Harun tersebut menggambarkan bagaimana sebuah sejarah atau kekuasaan tidak selalu runtuh melalui ledakan besar atau kerusuhan, melainkan melalui tanda-tanda fisik yang melemah dan keheningan.

"Kekuasaan jarang runtuh dengan kerusuhan. Ia surut dengan keheningan. Dengan hilangnya karisma biologis, dengan publik yang tidak lagi terpikat pada narasi lama," ujar Refly saat membacakan penggalan tulisan dr. Tifa.

Beberapa poin medis yang diangkat dalam tulisan tersebut antara lain gejala rambut yang menipis, langkah kaki yang melambat, hingga kondisi moonface dan tatapan kosong (brain fog).

dr. Tifa menyebut fenomena ini sebagai "autoimun politik", yakni kondisi ketika sebuah bangsa memerangi ingatannya sendiri.

Meski dalam tulisan tersebut dr. Tifa tidak menyebutkan nama tokoh tertentu secara spesifik, Refly Harun meyakini bahwa publik dapat menginterpretasikan sendiri siapa sosok yang dimaksud di balik metafora tersebut.

"Dia tidak menyebut satu nama pun, tapi everybody knows dia berkata kepada siapa, untuk siapa," kata Refly.

Baca Juga: Mencuat di Komisi Reformasi Polri: Mungkinkah Roy Suryo Cs dan Jokowi Dimediasi?

Selain itu Refly juga memberikan pembelaan terhadap dr. Tifa yang saat ini berstatus tersangka dalam sebuah kasus hukum.

Sebagai kuasa hukum, Refly menegaskan komitmennya untuk melindungi hak kliennya dalam menyampaikan isi hati nurani dan pikiran.

Audiensi Komisi Percepatan Reformasi Polri dengan pakar hukum tata negara Refly Harun dan sejumlah tokoh berakhir 'ricuh' setelah mayoritas peserta yang datang bersama Refly memilih walk out. (Suara.com/Yasri)

"Berjuang itu bukan tentang menang dan kalah, tapi benar dan salah. Perjuangannya bukan di ranah politik, tapi di ranah nilai dan hati nurani," tegasnya menanggapi komentar miring netizen.

Lebih lanjut, Refly juga menyoroti pernyataan Ketua Umum Partai Ummat, Ridho Rahmadi, yang menyebut dr. Tifa sebagai sosok perempuan yang langka di Indonesia.

Refly mengaku kagum dengan gaya penulisan dr. Tifa yang mampu menggabungkan sains, prosa, dan kritik politik secara tajam namun elegan.

"Sosok seperti ini termasuk langka di Indonesia. Apalagi dia perempuan, itu jauh lebih jarang lagi. Tulisan-tulisannya reflektif dengan rima dan diksi yang terpilih," pungkas Refly.

Load More