Suara.com - PDI Perjuangan mempersilakan mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Antasari Azhar untuk menjadi anggota partai.
"Tentu saja sebagai partai kami membuka peluang bagi mereka yang ingin bergabung," kata Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto di Kebagusan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Rabu (15/2/2017).
Indikasi kedekatan Antasari dengan elite PDI perjuangan semakin terlihat akhir-akhir ini. Dia pernah diundang menghadiri acara ulang tahun Megawati Soekarnoputri yang ke 70 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Senin (23/1/2017). Setelah itu, Antasari juga menghadiri acara debat kedua calon gubernur dan wakil gubernur Jakarta, ketika itu dia duduk di kursi kubu Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat. Ahok dan Djarot merupakan pasangan yang diusung PDI Perjuangan.
Hasto mengatakan jika Antasari ingin bergabung silakan membuat permohonan secara tertulis.
"Pengajuan secara tertulis alasan kenapa bergabung dengan PDIP," katanya.
Antasari kini sudah bebas murni dari tahanan atas kasus pembunuhan terhadap Direktur PT. Putra Rajawai Banjaran, Nasrudin Zulkarnaen, setelah mendapatkan grasi dari Presiden Joko Widodo.
Kemarin, Antasari mengungkap informasi baru terkait kasusnya. Antasari menyebut mantan presiden dan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono tahu persis adanya rekayasa kasus pembunuhan tersebut. Itu sebabnya, Antasari minta Yudhoyono jujur.
Sebelum ditangkap polisi dalam kasus pembunuhan, Antasari mengatakan telah didatangi CEO MNC Group Hary Tanoesoedibjo (sekarang Ketua Umum Partai Perindro) untuk menyampaikan pesan dari Cikeas agar Antasari jangan menahan Aulia Pohan. Aulia merupakan besan Yudhoyono. Namun, Antasari menolak tegas. Antasari meyakini peristiwa itu terkait dengan kasus yang kemudian menjeratnya.
Yudhoyono kemudian membantah pernyataan Antasari dengan menyebutnya melakukan fitnah. Yudhoyono melalui tim hukum telah melaporkan Antasari ke Bareskrim Polri, kemarin malam.
Berita Terkait
-
SBY: Penanganan Bencana Tidak Segampang yang Dibayangkan, Perlu Master Plan yang Utuh
-
Mengapa Cara Prabowo Tangani Bencana Begitu Beda dengan Zaman SBY? Ini Perbandingannya
-
Tak Terduga! SBY Spontan Hentikan Mobil dan Melukis di Pinggir Jalan Wonogiri
-
Diundang Presiden, Giovanni van Bronckhorst Batal ke Indonesia
-
Antasari Azhar Wafat: Dari Ujung Tombak KPK, Jeruji Besi, Hingga Pesan Terakhir di Rumah
Terpopuler
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- 5 Mobil Sedan Bekas yang Jarang Rewel untuk Orang Tua
- 5 Sepatu Lari Hoka Diskon 50% di Sports Station, Akhir Tahun Makin Hemat
- 5 Rekomendasi Sepatu Lokal Senyaman Skechers Buat Jalan-Jalan, Cocok Buat Traveling dan Harian
- 6 Mobil Bekas untuk Pemula atau Pasangan Muda, Praktis dan Serba Hemat
Pilihan
Terkini
-
Bertahan di Tengah Bencana: Apa yang Bisa Dimakan dari Jadup Rp 10 Ribu Sehari?
-
Hampir Sebulan Pasca Banjir Bandang, Aceh Tamiang Masih Berkubang Lumpur dan Menahan Lapar
-
Sikap PKB Usai Kiai Ma'ruf Amin Pilih Jalan Uzlah
-
Dari Masa ke Masa UMP DKI Jakarta Dalam 9 Tahun Terakhir
-
Rencana Nominal Kenaikan Jadup Korban Bencana Masih Tunggu Arahan Presiden
-
Punya Kafe di Bandung hingga Korsel Tapi Tak Masuk LHKPN, Ridwan Kamil Bakal Diperiksa KPK Lagi
-
Jampidsus Tegaskan Ada Keterlibatan Riza Chalid Dalam Dugaan Kasus Korupsi Petral
-
Buntut Kasus Perundungan Disabilitas, Anggota Komisi X Desak Bahasa Isyarat Masuk Kurikulum Nasional
-
SBY: Penanganan Bencana Tidak Segampang yang Dibayangkan, Perlu Master Plan yang Utuh
-
Ketuk Hati Kepala Daerah, Mendagri Tito: Bantu Saudara Kita di Sumatera yang Kena Bencana