Ilustrasi sapi [Suara.com/Bagus Santosa]
Dinas Peternakan Nusa Tenggara Timur mengirimkan tim reaksi cepat untuk menangani kasus 19 ekor sapi dan sembilan ekor babi mati mendadak di Desa Oelbubuk, Kecamatan Mollo Tengah, Kabupaten Timur Tengah Selatan.
"Biasanya matinya sejumlah ternak tersebut akibat cuaca ekstrim yang selama ini terjadi di wilayah kami. Namun kami masih harus lakukan pemeriksaan lagi, dan saat ini tim reaksi cepat kita sudah turun ke lapangan untuk mengecek kejadian tersebut," kata Kepala Dinas Peternakan NTT Dani Suhadi di Kupang, dikutip dari Antara, Kamis (23/2/2017).
Menurutnya ternak yang mati mendadak diakibatkan kurang pengontrolan oleh peternak. Kebanyakan hewan ternak masyarakat NTT dilepas bebas untuk mencari makan.
Namun, dari hasil pemeriksaan sementara oleh petugas atau dokter hewan, penyakit yang ditemukan hampir sama seperti yang terjadi Kecamatan Amfoang, Kabupaten Kupang, yakni SE atau Septicaemia Epizootica atau lebih dikenal dengan penyakit ngorok.
"Penyakit ini menyerang paru-paru dari hewan ternak kita, sehingga harus ditangani dengan baik sebelum berujung pada kematian," kata dia.
Sejauh ini belum ada laporan jelas soal penyakit apa yang menyerang sejumlah sapi dan babi tersebut, karena memang masih dalam penyelidikan.
Ia juga memastikan bahwa puluhan ternak yang mati itu bukan karena diserang penyakit antraks karena penyakit tersebut sudah tak ada di NTT sejak empat tahun terakhir.
"Kejadian antraks di NTT memang ada, tetapi dalam beberapa tahun terakhir ini memang sudah tidak ada pemicu. Kita menjaga itu, karena penyakit jenis ini lebih ganas," tuturnya.
Untuk mencegah munculnya virus antraks dinas peternakan selalu melakukan vaksinisasi hewan baik di kota maupun di daerah-daerah untuk menjaga kesehatan ternak.
"Biasanya matinya sejumlah ternak tersebut akibat cuaca ekstrim yang selama ini terjadi di wilayah kami. Namun kami masih harus lakukan pemeriksaan lagi, dan saat ini tim reaksi cepat kita sudah turun ke lapangan untuk mengecek kejadian tersebut," kata Kepala Dinas Peternakan NTT Dani Suhadi di Kupang, dikutip dari Antara, Kamis (23/2/2017).
Menurutnya ternak yang mati mendadak diakibatkan kurang pengontrolan oleh peternak. Kebanyakan hewan ternak masyarakat NTT dilepas bebas untuk mencari makan.
Namun, dari hasil pemeriksaan sementara oleh petugas atau dokter hewan, penyakit yang ditemukan hampir sama seperti yang terjadi Kecamatan Amfoang, Kabupaten Kupang, yakni SE atau Septicaemia Epizootica atau lebih dikenal dengan penyakit ngorok.
"Penyakit ini menyerang paru-paru dari hewan ternak kita, sehingga harus ditangani dengan baik sebelum berujung pada kematian," kata dia.
Sejauh ini belum ada laporan jelas soal penyakit apa yang menyerang sejumlah sapi dan babi tersebut, karena memang masih dalam penyelidikan.
Ia juga memastikan bahwa puluhan ternak yang mati itu bukan karena diserang penyakit antraks karena penyakit tersebut sudah tak ada di NTT sejak empat tahun terakhir.
"Kejadian antraks di NTT memang ada, tetapi dalam beberapa tahun terakhir ini memang sudah tidak ada pemicu. Kita menjaga itu, karena penyakit jenis ini lebih ganas," tuturnya.
Untuk mencegah munculnya virus antraks dinas peternakan selalu melakukan vaksinisasi hewan baik di kota maupun di daerah-daerah untuk menjaga kesehatan ternak.
Tag
Komentar
Berita Terkait
-
10 Hewan Aneh yang Sulit Dipercaya Ada, Eksplorasi Dunia Fauna dari Madagaskar hingga Amazon
-
Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
-
Wajah Miniatur AI Aneh? Ini 5 'Prompt Rahasia' untuk Memperbaikinya
-
Wajah Miniatur AI Jadi Aneh? Jangan Panik! Ini 5 Trik Rahasia Biar Wajahnya Sempurna
-
Mengapa Cadar Calon Istri Ini Dibuka Paksa? Bikin Sekeluarga Histeris di Depan Penghulu
Terpopuler
- 19 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 5 Oktober: Ada 20.000 Gems dan Pemain 110-113
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
- 3 Shio Paling Beruntung Pekan Kedua 6-12 Oktober 2025
- Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Kota Makassar Bulan Oktober 2025
Pilihan
-
Harga Emas Naik Berturut-turut! Antam Tembus Rp 2,399 Juta di Pegadaian, Rekor Tertinggi
-
Pihak Israel Klaim Kantongi Janji Pejabat Kemenpora untuk Datang ke Jakarta
-
Siapa Artem Dolgopyat? Pemimpin Atlet Israel yang Bakal Geruduk Jakarta
-
Seruan Menggetarkan Patrick Kluivert Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
-
Perbandingan Spesifikasi vivo V60 Lite 4G vs vivo V60 Lite 5G, Kenali Apa Bedanya!
Terkini
-
Terbongkar! Sejumlah Biro Travel Ilegal Garap Haji Kuota Khusus, KPK Bidik Praktik Jual Beli Kuota
-
Jadi Tersangka Korupsi Rp1,35 T, Intip Harta Halim Kalla: Aset di Mana-mana Sejak 2010
-
Nekat Lawan Polisi Pakai Golok, Detik-detik Berdarah 2 Pemuda di Koja Didor di Tempat!
-
Eiger Bangun Kepercayaan Jangka Panjang dan Apresiasi Local Media Summit 2025
-
Teguh Ungkap Lemahnya Keamanan Siber: dari Ketergantungan pada Vendor dan Nasib Miris Peretas Etis
-
Tak Mau Pindah, Pedagang Pasar Burung Barito Disanksi SP1 Pemkot Jaksel
-
Bongkar Fakta Kuota Khusus Travel 'Abal-abal', KPK Usut soal Ini ke Asosiasi Biro Haji
-
Dominasi Total! Jawa Barat Sapu Bersih Apresiasi Night Local Media Summit 2025
-
Skandal Haji Kemenag: Travel 'Gelap' Bisa Dapat Jatah Kuota Khusus, Gimana Skenarionya?
-
Kemenkes Percepat Sertifikat Higiene untuk SPPG, Cegah Risiko Keracunan MBG