Suara.com - Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto yang berstatus saksi dalam kasus korupsi pengadaan proyek Kartu Tanda Penduduk berbasis elektronik (e-KTP) dicekal oleh Imigrasi KemenkumHAM atas permintaan KPK.
Politisi muda Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia mengatakan posisi Novanto ini membuat banyaknya kader Partai Golkar tidak takut tersangkut kasus korupsi. Bahkan, tidak akan ada hukuman yang tegas yang bisa dilakukan Novanto.
Padahal, ada sejumlah nama kader Golkar yang tersangkut kasus korupsi. Di antaranya, Ketua DPP Fahd Arafiq yang menjadi tersangka korupsi pengadaan proyek Al-Quran di Kementerian Agama.
Serta, Ketua DPD DKI Jakarta Partai Golkar Fayakhun Andriadi yang disebut terlibat dalam kasus suap pengadaan suap di Badan Keamanan Laut saat kasus itu dipersidangkan.
"Bagaimana mereka mau diberhentikan? Wong ketua umumnya saja bermasalah. Jadi kepemimpinan ini tidak akan bisa menindak kader atau pengurus yang terindikasi korupsi," kata Doli dalam diskusi Jaringan Masyarakat Anti Korupsi (JaMAK) bertajuk Hak Angket DPR dan Komitmen Pemberantasan Korupsi di Hotel Puri Denpasar, Jalan Raya Denpasar, Jakarta Selatan, Minggu (7/5/2017).
Padahal, kata dia, hasil Musyawarah Nasional Luar Biasa 2015 Partai Golkar merekomendasikan supaya partai ini menjadi motor utama pemberantasan korupsi. Dia menambahkan, rekomendasi ini juga sudah diperkuat dalam pakta integritas partai.
"Di situ dijelaskan, kalau tersangka atau terduga korupsi maka harus mengundurkan diri atau diberhentikan," tuturnya.
Dengan kondisi seperti ini, dia takut Partai Golkar akan diindentikan dengan partai yang mengakomodir koruptor. Karenanya, Doli meminta supaya kasus korupsi yang menimpa kader Golkar harus dipertegas statusnya.
"Makannya saya khawatir lama-lama partai Golkar sama dengan Korupsi. Karena itu saya mendukung bahwa masalah korupsi ini bukan masalah golkar tapi individu. Dan kita sebagai partai bisa memberikan sanksi dan hukuman sebagai komitmen untuk menjadi partai yang terdepan memberantas korupsi," ujar Doli.
Berita Terkait
-
Ketahanan Pangan Nasional Dimulai Dari Ketahanan Pangan Keluarga
-
Istri Para Politisi Golkar Gelar Bakti Sosial di Sukabumi
-
Diperiksa Hampir 9 Jam Skandal e-KTP, Keponakan Ketua DPR Bungkam
-
Kadernya Jadi Tersangka Korupsi Al Qur'an, Golkar Pasrah ke KPK
-
Partai Golkar Tepis Rumor Bakal Ganti Setya Novanto
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Moisturizer Mengandung SPF untuk Usia 40 Tahun, Cegah Flek Hitam dan Penuaan
- PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
- 4 Mobil Bekas 50 Jutaan Muat 7-9 Orang, Nyaman Angkut Rombongan
- Daftar Mobil Bekas yang Harganya Paling Stabil di Pasaran
- 3 Pemain Naturalisasi Baru Timnas Indonesia untuk Piala Asia 2027 dan Piala Dunia 2030
Pilihan
-
Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
-
4 HP 5G Paling Murah November 2025, Spek Gahar Mulai dari Rp 2 Jutaan
-
6 HP Snapdragon dengan RAM 8 GB Paling Murah, Lancar untuk Gaming dan Multitasking Intens
-
Harga Emas di Pegadaian Stabil Tinggi Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Kompak Naik
-
PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
Terkini
-
Pimpin Ziarah Nasional di TMPNU Kalibata, Prabowo: Jangan Sekali-sekali Lupakan Jasa Pahlawan
-
Ketua DPD Raih Dua Rekor MURI Berkat Inisiasi Gerakan Hijau Nasional
-
Jadwal dan Lokasi SIM Keliling Jakarta Hari Ini, Senin 10 November 2025
-
Kondisi Terduga Pelaku Ledakan SMA 72 Jakarta Membaik Usai Operasi, Polisi Fokus Pemulihan
-
Buntut Tragedi SMA 72 Jakarta, Pemerintah Ancam Blokir Game Online Seperti PUBG
-
Polemik Pahlawan Nasional: Soeharto Masuk Daftar 10 Nama yang akan Diumumkan Presiden Prabowo
-
Soeharto, Gus Dur, Hingga Marsinah Jadi Calon Pahlawan Nasional, Kapan Diumumkan?
-
Motif Pelaku Ledakan di SMAN 72: KPAI Sebut Dugaan Bullying hingga Faktor Lain
-
Siswa SMAN 72 Terapkan Pembelajaran Online 34 Hari untuk Redam Trauma Usai Ledakan
-
Garis Polisi di SMA 72 Dicabut, KPAI Fokus Pulihkan Trauma Ratusan Siswa dan Guru