Suara.com - Gubernur nonaktif DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) divonis dua tahun penjara karena dianggap bersalah dalam persidangan perkara penodaan agama, Selasa (9/5/2017). Namun, benar tidaknya penodaan agama itu terus menjadi polemik, seperti kasus-kasus terdahulu.
Lima abad silam, persisnya tahun 1633, Italia dan Eropa gempar. Kala itu, seseorang bernama Galileo Galilei dihadapkan ke pengadilan. Ia dicap sebagai penista agama dan dijebloskan ke penjara bawah tanah untuk seumur hidup. Galileo lantas mati sebagai pesakitan.
Galileo, dalam sejarah, tercatat sebagai orang yang kali pertama merasakan begitu tak mengenakkannya hidup dalam terungku, lantaran dinilai sebagai penista agama.
Namun, Galileo ternyata bukan orang terakhir yang harus mencecap kepedihan, dicemooh banyak orang, karena dianggap penoda agama. Kasus Galileo kembali terulang, setidaknya di Indonesia, ketika Ahok divonis bersalah dan mendapat hukuman dua tahun penjara karena dinilai menodai agama.
Setelah dinyatakan bersalah, gelombang pasang aksi massa pro-Ahok justru semakin membesar. Simpati terhadap Gubernur nonaktif DKI Jakarta itu juga semakin membanjir, tak hanya dari warga ibu kota, tapi juga daerah lain dan bahkan internasional.
Situasi tersebut merupakan suatu ironi. Sebab, Selasa (9/5), majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Utara justru sudah memvonis Basuki Tjahaja Purnama—nama asli Ahok—terbukti menodai agama.
Dalam kasus Indonesia, Ahok sebenarnya bukan orang pertama yang dituduhkan menodai agama. Kasus Ahok juga bukan perkara pertama yang menuai pro maupun kontra mengenai penistaan agama.
Hikayat Ki Pandji Kusmin
Tahun 1968, dua tahun setelah tragedi G30S, Indonesia digemparkan oleh sebuah cerita pendek (cerpen) berjudul “Langit Kian Mendung” yang diterbikan dalam Majalah Sastra.
Baca Juga: Pesta Gol di Kandang Stoke, Arsenal Jaga Asa ke Eropa Musim Depan
Cerpen tersebut berisi kritik sosial terhadap korupsi di Indonesia. Dalam narasinya, si pengarang menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai tokoh sentral.
Diceritakan, Muhammad SAW yang ditulis sebagai “pensiunan nabi“ merasa bosan hidup di surga sehingga memutuskan menjenguk Bumi. Tapi, ia mendapati banyak perubahan yang tak pernah diperkirakan dirinya saat masih hidup.
Dalam narasi, penulis cerpen itu menceritakan banyak tokoh-tokoh profetik dalam nuansa profan yang kental. Alhasil, cerpen tersebut dianggap sebagai penghinaan terhadap agama.
Tapi, penulis cerpen tersebut tak diketahui. Sebab, si pengarang hanya mencantumkan nama pena, yakni “Ki Pandji Kusmin”.
Hans Bague (HB) Jassin, pemimpin redaksi Majalah Sastra lantas dihadapkan ke muka pengadilan. Oleh hakim, sang sastrawan besar Indonesia itu didesak untuk membuka jati diri Ki Pandji Kusmin yang membuat cerpen tersebut.
Namun, Jassin berkukuh memegang kode etik jurnalisme, sehingga tak mau memberitahukan siapa nama sebenarnya Ki Pandji Kusmin.
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Angin Kencang Tumbangkan Pohon di Ragunan hingga Tutupi Jalan
-
Pohon Tumbang Timpa 4 Rumah Warga di Manggarai
-
Menteri Mukhtarudin Lepas 12 Pekerja Migran Terampil, Transfer Teknologi untuk Indonesia Emas 2045
-
Lagi Fokus Bantu Warga Terdampak Bencana, Ijeck Mendadak Dicopot dari Golkar Sumut, Ada Apa?
-
KPK Segel Rumah Kajari Bekasi Meski Tak Ditetapkan sebagai Tersangka
-
Si Jago Merah Mengamuk di Kemanggisan, Warung Gado-Gado Ludes Terbakar
-
ODGJ Iseng Main Korek Gas, Panti Sosial di Cengkareng Terbakar
-
Diplomasi Tanpa Sekat 2025: Bagaimana Dasco Jadi 'Jembatan' Megawati hingga Abu Bakar Baasyir
-
Bobby Nasution Berikan Pelayanan ke Masyarakat Korban Bencana Hingga Dini Hari
-
Angka Putus Sekolah Pandeglang Tinggi, Bonnie Ingatkan Orang Tua Pendidikan Kunci Masa Depan