Suara.com - Kode-kode pelaku korupsi ternyata terus berkembang. Dulu, Angelina Sondakh mengungkapkan idiom “apel Malang” dan “apeng Washington” sebagai kata sandi para bandit. Kekinian, sejumlah bahasa Arab menjadi selubung rasuah.
“Semalam sudah liqo dengan ASP ya,” tanya Kurniawan.
“Naam, berapa juz?“ jawab Yudi.
“Sekitar 4 juz lebih campuran” timpal Kurniawan.
“Itu ikhwah ambon yang selesaikan, masih ada minus juz yang agak susah kemarin, sekarang tinggal tunggu yang mahad jambi,” tutur Kurniawan lagi.
“Naam.. yang pasukan lili belum konek lagi?' tanya Yudi.
“Sudah respons beberapa.. pekan depan mau coba dipertemukan lagi sisanya….” Kata Kurniawan.
Transkrip percakapan via layanan pesan singkat ponsel itu diduga dilakukan oleh dua kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Yudi Widiana Adia dan Muhammad Kurniawan.
Percakapan itu terungkap dalam surat dakwaan jaksa penuntut umum Komisi Pemberantasan Korupsi (JPU KPK) terhadap Komisaris PT Cahaya Mas Perkasa, So Kok Seng alias Aseng, yang digelar di Pengadilan Negeri Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta, Jalan Bungur Besar Raya, Jakarta Pusat, Senin (22/5/2017).
Baca Juga: Jika JPU Tak Cabut Banding Dicurigai Ingin Dongkrak Nama Ahok
So Kok Seng disidang dalam kasus korupsi dugaan suap proyek jalan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tahun anggaran 2015.
Sementara Yudi adalah mantan Wakil Ketua Komisi V DPR yang juga sudah dinyatakan sebagai tersangka suap dalam kasus tersebut. Sementara Kuriawan adalah anggota DPRD Bekasi berstatus saksi.
Dalam surat dakwaan, JPU KPK menguraikan proses penyerahan uang kepada Yudi. Uraian tersebut, juga termasuk transkrip pembicaraan via pesan singkat tertanggal 14 Mei 2015 antara Yudi dan Kurniawan.
Keduanya, pada transkrip tersebut, menggunakan sejumlah kosakata Arab yang diduga untuk menyelubungi penyerahan uang suap dari Aseng.
Yudi disangkakan menerima uang miliaran rupiah dari Aseng sebagai ”komitmen fee” agar proyek pembangunan jalan di Maluku dan Maluku Utara pada program aspirasi DPR bisa mulus.
Namun, dalam surat dakwaan KPK, Yudi diduga tak langsung berhubungan dengan Aseng. Keduanya diperantarai oleh Kurniawan. Saat diperantarai itulah, Yudi dan Kurniawan yang sama-sama kader PKS menggunakan diksi Arab.
Dalam surat dakwaan, Aseng disebut telah mengenal Kurniawan sejak 2008. Kala itu, Kurniawan adalah tenaga honorarium Komisi V DPR dan kerap berkomunikasi dengan Yudi.
"Terdakwa awal tahun 2014 meminta bantuan kepada Kurniawan untuk mengupayakan usulan program aspirasi tahun 2015. Permintaan itu disanggupi Kurniawan yang mengatakan akan diupayakan melalui Yudi Widiana Adia. Selain itu, terdakwa juga menyanggupi adanya komitmen fee sebesar 5 persen dari nilai proyek yang akan diberikan kepada Yudi melalui Kurniawan," tutur jaksa KPK membacakan surat dakwaan.
Setelahnya, Yudi disebut meminta Kurniawan membantu Aseng. Yudi juga meminta Kurniawan untuk menyerahkan uang dari Aseng ke Paroli alias Asep.
"Setelah mengetahui 'program aspirasi' milik Yudi disetujui Kementerian PUPR, selanjutnya terdakwa berkomunikasi dengan Kurniawan terkait uang komitmen fee atas usulan kegiatan yang dimaksud untuk Yudi. Kemudian, untuk merealisasikannya bulan Mei 2015 sekitar pukul 21.00 WIB, terdakwa melalui stafnya di basement Hotel Alia Cikini Jakarta Pusat menyerahkan sebagian uang komitmen fee sejumlah Rp 2 miliar untuk Yudi melalui Kurniawan," kata jaksa KPK.
Aseng lantas kembali memberikan Rp2 miliar lagi yang merupakan sisa komitmen fee dalam bentuk Rupiah dan Dolar Amerika Serikat ke Kurniawan. Setelahnya, Kurniawan menyatukan uang itu dengan Rp2 miliar sebelumnya sehingga totalnya Rp 4 miliar diberikan kepada Yudi.
"Sesuai arahan Yudi, tanggal 12 Mei 2015 sekitar pukul 23.00 WIB di pom bensin Tol Bekasi Barat, Kurniawan menyerahkan uang itu kepada melalui Paroli alias Asep," terang jaksa KPK.
Selang dua hari, 14 Mei 2015, Kurniawan melaporkan penyerahan uang itu kepada Yudi. Dalam pelaporan itulah Kurniawan dan Yudi memakai bahasa Arab.
Liqo yang disebut dalam percakapan Yudi dan Kurniawan adalah bahasa Arab yang berarti “pertemuan”. Kurniawan memakai diksi itu untuk melaporkan dirinya sudah bertemu dengan Asep.
Sementara juz adalah bahasa Arab yang berarti bab atau bagian dalam Al Quran. Pernyataan “4 juz lebih campuran” diduga merujuk pada nilai suap Rp4 miliar yang terdiri dari pecahan Dolar AS dan Rupiah.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Semua Agama Dapat Porsi, Menag Nazaruddin Umar: Libur Nasional 2026 Sudah Adil
-
Presiden Prabowo 'Ketok Palu!' IKN Resmi Jadi Ibu Kota Politik 2028 Lewat Perpres Baru
-
Penggugat Ijazah Gibran Bantah Bagian dari Musuh Keluarga Jokowi: Saya Tidak Sedang Mencari Musuh!
-
Rekam Jejak Wahyudin Anggota DPRD Gorontalo, Narkoba hingga Video Rampok Uang Negara
-
Bongkar Gurita Korupsi Pertamina, Kejagung Periksa Jaringan Lintas Lembaga
-
Guntur Romli Murka, Politikus PDIP 'Rampok Uang Negara' Terancam Sanksi Berat: Sudah Masuk Evaluasi!
-
Dasco: UU Anti-Flexing Bukan Sekadar Aturan, tapi Soal Kesadaran Moral Pejabat
-
Harta Kekayaan Minus Wahyudin Moridu di LHKPN, Anggota DPRD Ngaku Mau Rampok Uang Negara
-
Dapat Kesempatan Berpidato di Sidang Umum PBB, Presiden Prabowo Bakal Terbang ke New York?
-
SPBU Swasta Wajib Beli BBM ke Pertamina, DPR Sebut Logikanya 'Nasi Goreng'