Suara.com - Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mabes Polri) mengungkapkan jati diri warga Tegal, Jawa Tengah, bernisial RS (32) yang dibekuk tim Detasemen Khusus 88 Antiteror, di Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta Selasa (5/6/2017).
Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Hubungan Masyarakat Polri Komisaris Besar Martinus Sitompul menegaskan, RS dibekuk karena diduga terlibat jaringan teroris yang berperang dengan tentara Filipina di Kota Marawi, Pulau Mindanao.
“RS terlibat dalam pendanaan puluhan WNI yang berperang di Marawi. Dia yang memberi fasilitas keberangkatan dan uang sangu,” terang Martinus, Rabu (7/6/2017).
Ia menjelaskan, RS terdata dua kali mentransfer uang kepada empat warga Indonesia yang kekinian masuk daftar pencarian orang (DPO) polisi Filipina.
Melalui dua kali transfer tersebut, uang yang diberikan RS kepada empat WNI itu mencapai USD7.500. Keempat WNI itu ialah YP, AY, Y, dan AS.
Untuk diketahui, RS ditangkap di rumahnya, Dusun Jeruk, RT4/RW10 Desa Kepek, Wonosari, Gunung Kidul.
Sang Adik Juga Diciduk
Sementara Eko Budihariyanto, kakak RS, mengakui salah satu anggota keluarganya ditangkap Detasemen Khusus 88 Antiteror Mabes Polri pada Selasa (6/6/2017) siang. Selain RS, sang adik berinisial S juga dibekuk.
Eko mengatakan, adiknya itu ditangkap oleh 20 orang mengaku Densus 88 yang mengendarai mobil serta sepeda motor.
Baca Juga: Vardy Dicoret dari Timnas Inggris, Kenapa?
“Saat itu, S, adik saya, sedang mengantarkan ibu ke Pasar Argosari Wonosari. Setelahnya, dia ke rumah saudara di Dusun Madusari, di situlah dia ditangkap,” tutur Eko.
Eko mengatakan, puluhan Densus 88 langsung melakukan penggeledahan. Namun, mereka tidak membawa barang barang bukti dari rumahnya. Polisi membawa istri RS dan tiga orang anaknya serta seorang anak Eko.
"Anak istri dan anak saya sudah dikembalikan semua, hanya adik saya (S) yang sampai saat ini belum kembali," tuturnya.
Ia mengakui tidak mengetahui alasan polisi menangkap sang adik. Apalagi sepengetahuannya, S selama ini tak pernah menunjukkan gelagat ikut organisasi teroris.
Sejak 2008, kata dia, S tinggal di Tegal, Jawa Tengah. Ia di sana bekerja sebagai pengajar kursus musik dan berdagang kelontong.
"Adik saya pulang ke sini sejak 3 hari terakhir untuk menyunatkan anaknya, dan bersilaturahmi dengan keluarga," katanya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
Kemendagri Batalkan Mutasi Kepala SMPN 1 Prabumulih, Wali Kota Arlan Terancam Sanksi
-
DPW dan DPC PPP dari 33 Provinsi Deklarasi Dukung M Mardiono Jadi Ketua Umum
-
Menteri HAM Natalius Pigai Sebut Orang Hilang 'Belum Terlihat', YLBHI Murka: Denial!
-
Dari Dirut Sampai Direktur, Jajaran BPR Jepara Artha Kini Kompak Pakai Rompi Oranye
-
Pemeriksaan Super Panjang, Hilman Latief Dicecar KPK Hampir 12 Jam soal Kuota Haji
-
Dikira Hilang saat Demo Ricuh, Polisi Ungkap Alasan Bima Permana Dagang Barongsai di Malang
-
Tito Karnavian: Satpol PP Harus Humanis, Bukan Jadi Sumber Ketakutan
-
Wamenkum Sebut Gegara Salah Istilah RUU Perampasan Aset Bisa Molor, 'Entah Kapan Selesainya'
-
'Abuse of Power?' Kemendagri Sebut Wali Kota Arlan Langgar Aturan Copot Kepala SMP 1 Prabumulih
-
Strategi Baru Senayan: Mau RUU Perampasan Aset Lolos? UU Polri Harus Direvisi Dulu