Suara.com - Tiga atau dua minggu menjelang Idul Fitri, remaja-remaja generasi 1980-an atau 1990 awal, biasanya sibuk untuk membeli kartu ucapan Lebaran di toko buku atau di koperasi. Dengan kartu tersebut, mereka mengirimkan ucapan selamat dan bermaaf-maafan kepada kekasih, teman, atau keluarga nun jauh di sana.
Toko-toko buku biasanya penuh di kala jelang Idul Fitri, mereka sibuk memilih kartu ucapan untuk membuat hati orang yang menerimanya nanti terkesan.
Setelah mendapatkan kartu, mereka membeli perangko. Kemudian, pergi ke kantor pos atau mobil pos keliling untuk mengirimkan kartu ucapan. Sesampai di tempat jasa pengiriman surat, merasakan antrian yang panjang.
Pilihan pengiriman ketika itu ada beberapa, umumnya paket biasa atau kilat khusus yang harganya tentu lebih mahal kilat khusus karena sampai di tujuan lebih cepat.
Zainal Abidin, pemuda asal Lombok, Nusa Tenggara Barat, salah satunya. Zainal merupakan generasi tahun 1990-an. Dia masih merasakan betapa senang didatangi pak pos yang ingni menyerahkan kiriman kartu Lebaran dari sahabat.
Zainal termasuk generasi yang merasakan terjadinya perubahan zaman. Dari kartu ucapan dalam bentuk cetak ke dalam bentuk lain yaitu SMS.
"Waktu itu pakai SMS lewat ponsel Nokia 1100," kata Zainal kepada Suara.com.
Dengan SMS tentu saja lebih praktis dan murah, cepat sampai pula.
Setelah itu, Zainal mengalami beberapa metamorfosis bentuk kartu ucapan Lebaran. SMS kemudian digantikan dengan BBM, setelah itu muncul media sosial seperti Facebook atau Twitter, dan sekarang cukup via WhatsApp dengan gratis dan banyak pilihan bentuk kartu elektronik.
Zainal merasa ada kerinduan dengan kartu ucapan lebaran. Meskipun sampainya di tujuan lama, ada rasa kebanggaan dan kesenangan ketika menerimanya.
"Kesan jelas surprise ketika dapat kartu, kalau sekarang kayak chat biasa," tutur lelaki berusia 32 tahun.
Tak mengenal kartu Lebaran berperangko
Setelah tahun 2000-an, ketika internet bisa begitu mudah diakses, kartu Lebaran dianggap sebagai barang kuno. Anak-anak generasi ini, mayoritas tak lagi memakai cara lama. Mereka memilih cara yang lebih simple yaitu mengirimkan lewat berbagai aplikasi yang tersedia di mobile phone.
"Di era digital saat ini kartu tersebut semakin ditinggalkan oleh orang-orang. Bahkan, ada yang sama sekali belum pernah merasakan menggunakan kartu itu. Karena saat ini melalui gadget seseorang dengan mudah bisa berkomunikasi satu sama lain. Seperti saya," kata alumnus UPN Veteran Jakarta Adi Prasetyo.
Melalui gadget seseorang bisa lebih cepat menyampaikan ucapan kepada orang lain tanpa batas ruang dan waktu.
"Berbeda dengan kartu Lebaran yang harus dikirim melalui pos untuk bisa sampai ke tempat tujuan dan tentunya makan waktu cukup lama. Sedangkan melalui gadget, kita tidak hanya bisa mengirimkan ucapan berbentuk tulisan ataupun telpon. Dengan handphone yang ada saat ini, kita bisa melihat teman ataupun saudara dengan menggunakan layanan video call yang sudah ada di gadget kita," katanya.
Adi mengatakan generasinya sudah tidak berminat dengan kartu Lebaran berbentuk cetak.
"Masyarakat lebih memilih cara modern karena dianggap lebih efisien ketimbang kartu Lebaran yang sudah tertinggal oleh zaman," katanya.
Mahasiswi Universitas Tarumanegara Jakarta Rani Febriani juga demikian.
Dia mengatakan sekarang ini pengiriman ucapan Idul Fitri lebih sederhana, cepat, dan murah.
"Karena teknologi dan sosial media sudah berkembang di zaman era globalisasi jadi jarang umat muslim untuk mengucapkan selamat Idul Fitri melalui kantor pos karena lewat pos kadang terlambat dan tidak sesuai ekspektasi," kata dia.
Berita Terkait
-
Muhammadiyah Update Penetapan Ramadhan dan Idul Fitri 2026: Ada Koreksi Terbaru
-
Kapan Awal Puasa Ramadan dan Idul Fitri 2026? Simak Jadwalnya
-
Pertamina Sukses Penuhi Lonjakan Permintaan Energi saat Ramadan dan Idul Fitri
-
Pulang ke Rumah Jokowi, Selvi Ananda Disentil usai Tampak Cuek ke Kerumunan Warga
-
KPK Ungkap Ada 606 Objek Gratifikasi Terkait Idul Fitri Senilai Rp 341 Juta, Ini Rinciannya
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
Pilihan
-
3 Rekomendasi HP 1 Jutaan Baterai Besar Terbaru, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Menkeu Purbaya Pernah Minta Pertamina Bikin 7 Kilang Baru, Bukan Justru Dibakar
-
Dapur MBG di Agam Dihentikan Sementara, Buntut Puluhan Pelajar Diduga Keracunan Makanan!
-
Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
-
Harga Emas Antam Terpeleset Jatuh, Kini Dibanderol Rp 2.235.000 per Gram
Terkini
-
Teriakan Pecah Dini Hari! Detik-detik Terapis Muda Ditemukan Tewas di Pejaten Barat
-
Cak Imin Rencana Bebaskan Tunggakan Iuran Peserta BPJS Kesehatan, Target Selesai Bulan Depan
-
Staf Ahli Kemensos Jadi Tersangka Korupsi Bansos, Sebut Jadi Korban Perintah Mensos Juliari Batubara
-
Libatkan 27 Ribu Siswa, Gerakan Membatik Bersama Bunda PAUD Jateng Pecahkan Rekor Muri
-
DPR Sahkan RUU Kepariwisataan Menjadi Undang-Undang, Begini Isi Perubahan Pentingnya!
-
Ada Skenario Apa Ba'asyir ke Solo? Rocky Gerung Sebut Jokowi Cemas: Tak Punya Lagi Backup Politik!
-
DPR Turun Tangan Usai Kebakaran Hebat Lahap Hunian Pekerja IKN, Investigasi Segera Digelar
-
9 Fakta Kebakaran Kilang Pertamina Dumai, Ledakan Keras Awali Kobaran Api dan Kepanikan Warga
-
Memastikan DPR Konsisten, KPA Kawal Pembentukan Pansus Penyelesaian Konflik Agraria
-
Menkum Sahkan PPP Kubu Mardiono, Bagaimana Nasib Agus Suparmanto?