Suara.com - Penyidik KPK Novel Baswedan merasa Polri tidak berani mengungkap kasus penyerangan yang menimpanya. Novel bahkan menyebut oknum Polri terlibat dalam kasusnya.
"Saya dapat informasi dari internal Polri bahwa ada beberapa roang-orang di Polri yang ikut dalam pemantauan terhadap diri saya," kata Novel ketika tampil di acara Mata Najwa yang ditayangkan Metro TV, semalam.
Pemantauan tersebut dengan tujuan untuk mengamankan atau sebaliknya? Novel mengatakan tujuannya untuk kedua hal itu.
"Ada dua kelompok rasanya yang saya dapat informasi. Ada yang berupaya mengamankan, ada yang berupaya mencari-cari kesalahan, bahasanya begitu yang dibilang. Tetapi rasanya kok saya pikir jangan-jangan lebih dari itu," kata Novel.
Novel mengungkapkan kelompok yang melakukan pemantauan terhadapnya merupakan oknum yang masih aktif di Polri.
"Itulah makanya saya bilang kepada beberapa petinggi Polri yang sempat bertemu dengan saya. Saya bilang ini ada keterlibatan oknum Polri. Dan mestinya ini dilakukan dengan serius," kata Novel.
Novel disiram air keras oleh orang tak dikenal usai salat Subuh di masjid dekat rumahnya pada 11 April 2017. Dia menderita luka parah pada kedua bola matanya akibat serangan tersebut. Sampai detik ini, polisi belum mengungkap siapa pelaku dan dalangnya.
"Walaupun sekarang setelah lewat tiga bulan, saya melihat bahwa rasanya Polri tidak berani mengungkap perkara ini," kata Novel.
Novel tidak tahu pasti kenapa Polri tidak berani mengungkap kasus yang gamblang ini.
"Saya tidak tahu. Saya bisa saja menerka atau menduga alasan alasannya, tapi rasanya tidak patut kalau saya sampaikan di forum publik. Tapi saya cukup bisa menduga bahwa Polri tidak akan berani mengungkap atau bisa saya bilang begini ayo sama-sama kita melihat apakah dalam waktu ke depan akan diungkap, karena saya bilang ini tidak berani, ayo kita lihat, saya yakin sekali tidak akan diungkap," kata dia.
Tag
Berita Terkait
-
Novel Baswedan 'Senggol' Prabowo: Kembalikan Pegawai KPK Korban Firli, Ini Penegakan Hukum
-
Eks Pimpinan KPK Ungkap Latar Belakang Kasus Penyiraman Novel Baswedan
-
Kecewa ke Prabowo, Novel Baswedan Sebut Amnesti Hasto Tak Adil: Bagaimana dengan Pelaku Lain?
-
Novel Baswedan Blak-blakan Kritik Amnesti-Abolisi Prabowo: Tak Sesuai Pidato Sikat Habis Koruptor!
-
Eks Pimpinan KPK Ungkap Alasan Novel Baswedan Disiram Air Keras!
Terpopuler
- Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
- 6 HP Snapdragon dengan RAM 8 GB Paling Murah, Lancar untuk Gaming dan Multitasking Intens
- 8 Mobil Kecil Bekas Terkenal Irit BBM dan Nyaman, Terbaik buat Harian
- 7 Rekomendasi Parfum Lokal Aroma Citrus yang Segar, Tahan Lama dan Anti Bau Keringat
- 5 Rekomendasi Moisturizer Korea untuk Mencerahkan Wajah, Bisa Bantu Atasi Flek Hitam
Pilihan
-
Berapa Gaji Zinedine Zidane Jika Latih Timnas Indonesia?
-
Breaking News! Bahrain Batalkan Uji Coba Hadapi Timnas Indonesia U-22
-
James Riady Tegaskan Tanah Jusuf Kalla Bukan Milik Lippo, Tapi..
-
6 Tablet Memori 128 GB Paling Murah, Pilihan Terbaik Pelajar dan Pekerja Multitasking
-
Heboh Merger GrabGoTo, Begini Tanggapan Resmi Danantara dan Pemerintah!
Terkini
-
Babak Baru PPHN: Ahmad Muzani Minta Waktu Presiden Prabowo, Nasib 'GBHN' Ditentukan di Istana
-
KPK Digugat Praperadilan! Ada Apa dengan Penghentian Kasus Korupsi Kuota Haji Pejabat Kemenag?
-
Tiga Hari ke Depan, Para Pemimpin Dunia Rumuskan Masa Depan Pariwisata di Riyadh
-
Terkuak! Siswa SMAN 72 Jakarta Siapkan 7 Peledak, Termasuk Bom Sumbu Berwadah Kaleng Coca-Cola
-
Drama 6 Jam KPK di Ponorogo: Tiga Koper Misterius Diangkut dari Ruang Kerja Bupati Sugiri Sancoko
-
Bukan Terorisme Jaringan, Bom SMAN 72 Ternyata Aksi 'Memetic Violence' Terinspirasi Dunia Maya
-
Revolusi Digital Korlantas: Urus SIM, STNK, BPKB Kini Full Online dan Transparan, Pungli Lenyap
-
Babak Baru Horor Nuklir Cikande: 40 Saksi Diperiksa, Jejak DNA Diburu di Lapak Barang Bekas
-
Dua Menko Ikut ke Sydney, Apa Saja Agenda Lawatan Prabowo di Australia?
-
Tak Hanya Game! Politisi PKB Desak Pemerintah Batasi Medsos Anak Usai Insiden Ledakan SMA 72 Jakarta