Mantan Ketua Komisi II DPR RI Chairuman Harahap. [Antara/Hafid Mubarak]
Baca 10 detik
Kader Partai Golkar Chairuman Harahap berharap penegakan hukum di negeri ini dilakukan aparat tanpa pandang bulu. Dia mendukung proses hukum terhadap ketuanya, Setya Novanto, dalam kasus dugaan korupsi proyek e-KTP.
"Ya hukumlah ya, kan itu tergantung penyidiknya. Penyidikannya ini kan diranah hukum, tentu aparatnya kita hormati saja," kata Chairuman usai diperiksa sebagai saksi untuk Novanto di gedung KPK, Jalan Kuningan Persada, Jakarta Selatan, Jumat (28/7/2017).
Chairuman mengatakan negara ini merupakan negara hukum dan proses hukum harus tetap berjalan tanpa intervensi.
"Yah kan itu proses hukum, jalan saja. Kan nggak bisa intervensi, soalnya negara kita negara hukum, masing-masing punya kewenangan," kata Chairuman.
Dia berharap kasus yang menjerat Novanto tidak menggerus dukungan masyarakat terhadap partai.
"Harapan kami tentu orang atau masyarakat akan melihat Golkar itu bagaimana cukup dewasanya dalam mengurusi dirinya, ngatur rumah tangganya dengan baik. Saya rasa begitu, agar parpol ini menjadi kokoh dalam menyalurkan aspirasi masyarakat dan para pendukungnya," kata Chairuman.
Mantan Ketua Komisi II DPR berharap ketua DPR yang juga Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto sadar diri setelah ditetapkan menjadi tersangka kasus dugaan korupsi proyek e-KTP.
"Saya kira pimpinan partai bijaksanalah untuk itu (mundur), saya rasa cukup dewasalah. Golkar adalah partai yang sudah lama perjalanan hidupnya. Jadi dalam berpolitik ini harus lebih dewasalah," kata Chairuman.
Chairuman mengatakan tidak pernah menyarankan Novanto untuk mundur. Chairuman hanya menginginkan semua kader Golkar sadar diri demi kebaikan demi sosial politik.
"Saya nggak punya saran untuk itu (mundur), tapi bagaimana agar parpol-parpol ini lebih dewasa dan lebih matang dalam kehidupan sosial politik kita," kata Chairuman.
"Ya hukumlah ya, kan itu tergantung penyidiknya. Penyidikannya ini kan diranah hukum, tentu aparatnya kita hormati saja," kata Chairuman usai diperiksa sebagai saksi untuk Novanto di gedung KPK, Jalan Kuningan Persada, Jakarta Selatan, Jumat (28/7/2017).
Chairuman mengatakan negara ini merupakan negara hukum dan proses hukum harus tetap berjalan tanpa intervensi.
"Yah kan itu proses hukum, jalan saja. Kan nggak bisa intervensi, soalnya negara kita negara hukum, masing-masing punya kewenangan," kata Chairuman.
Dia berharap kasus yang menjerat Novanto tidak menggerus dukungan masyarakat terhadap partai.
"Harapan kami tentu orang atau masyarakat akan melihat Golkar itu bagaimana cukup dewasanya dalam mengurusi dirinya, ngatur rumah tangganya dengan baik. Saya rasa begitu, agar parpol ini menjadi kokoh dalam menyalurkan aspirasi masyarakat dan para pendukungnya," kata Chairuman.
Mantan Ketua Komisi II DPR berharap ketua DPR yang juga Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto sadar diri setelah ditetapkan menjadi tersangka kasus dugaan korupsi proyek e-KTP.
"Saya kira pimpinan partai bijaksanalah untuk itu (mundur), saya rasa cukup dewasalah. Golkar adalah partai yang sudah lama perjalanan hidupnya. Jadi dalam berpolitik ini harus lebih dewasalah," kata Chairuman.
Chairuman mengatakan tidak pernah menyarankan Novanto untuk mundur. Chairuman hanya menginginkan semua kader Golkar sadar diri demi kebaikan demi sosial politik.
"Saya nggak punya saran untuk itu (mundur), tapi bagaimana agar parpol-parpol ini lebih dewasa dan lebih matang dalam kehidupan sosial politik kita," kata Chairuman.
Tag
Komentar
Berita Terkait
-
Sindiran Pedas? Akademisi Sebut Jejak Sopir Sahroni, Noel, Setnov, Bahlil, hingga Haji Isam
-
Bukan di Bawah Bahlil, Golkar Siapkan Posisi 'Dewa' untuk Setya Novanto?
-
"Enaknya Jadi Setnov": Koruptor Rp 2,3 Triliun Bebas, Keadilan Jadi Lelucon?
-
Politisi NasDem Bela Remisi Setnov? 'Fine-Fine Saja' Lalu Singgung Amnesti Hasto dan Tom Lembong
-
Bebas dari Penjara, Kekayaan Setya Novanto Tembus Ratusan Miliar!
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Dapat Kesempatan Berpidato di Sidang Umum PBB, Presiden Prabowo Bakal Terbang ke New York?
-
SPBU Swasta Wajib Beli BBM ke Pertamina, DPR Sebut Logikanya 'Nasi Goreng'
-
Menkeu Purbaya hingga Dirut Pertamina Mendadak Dipanggil Prabowo ke Istana, Ada Apa?
-
Bukan Kursi Menteri! Terungkap Ini Posisi Mentereng yang Disiapkan Prabowo untuk Mahfud MD
-
Jerit Konsumen saat Bensin Shell dan BP Langka, Pertamina Jadi Pilihan?
-
Warga Jakarta Siap-siap, PAM Jaya Bakal Gali 100 Titik untuk Jaringan Pipa di 2026
-
Maling Santuy di SMAN 5 Bandung! Wajah Terekam CCTV, Gondol Laptop Saat Siswa Belajar di Lab
-
IPO PAM Jaya, Basri Baco Ingatkan Nasib Bank DKI: Saham Bisa Anjlok, Negara Rugi
-
Pemuda di Cilincing Dibunuh karena Masalah Cewek, Pembunuhnya Sempat Kabur ke Bengkulu
-
"Kita Rampok Uang Negara!", Viral Ucapan Anggota DPRD Gorontalo, BK Duga Pelaku Mabuk Berat