Ade Komarudin [suara.com/Nikolaus Tolen]
Mantan Ketua DPR Ade Komarudin kembali diperiksa penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta, pada Kamis (3/8/2017). Kalau sebelumnya dia diperiksa sebagai saksi untuk terpidana kasus korupsi e-KTP, Irman dan Sugiharto, serta untuk tersangka Andi Agustinus, kali ini dia diperiksa sebagai saksi untuk Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto.
Usai diperiksa selama kurang lebih dari satu jam, Ade tidak langsung meninggalkan gedung KPK. Tetapi, Ade mengajak wartawan untuk bersikap duduk lesehan di lantai.
Ade menjelaskan posisinya dalam kasus korupsi e-KTP.
"Misalkan, saya disebut pernah anggota komisi II DPR RI, padahal saya ini dari (tahun 1997) jadi anggota DPR sampai hari ini, saya tidak pernah jadi anggota komisi II," kata Ade.
Ketika Ade dihadirkan menjadi saksi dalam persidangan Irman dan Sugiharto pada tanggal 6 April 2017, Ade sudah menyampaikan bukan anggota Komisi II dan tidak pernah bersinggungan dengan pembahasan proses pengadaan e-KTP.
"Saya tidak terlibat semuanya, karena saya anggota komisi XI. Sekarang saya anggota komisi IX. Waktu sebelumnya, tahun 97 anggota komisi V dan VI," kata Ade.
Itu sebabnya, Ade kaget begitu disebut di media ikut menerima uang.
"Judul beritanya mengerikan buat saya, Ade titik dua terbukti menerima. Setelah saya perhatikan dengan benar itu, apa yang dibacakan oleh hakim itu, tidak ada seperti itu.Artinya hakim masih sangat profesional, kata saya," kata Ade.
Dia juga menjelaskan soal isi dakwaan yang menyebutkan menerima paket dari pejabat Dukcapil Drajat Wisnu di rumahnya, kompleks DPR, Kalibata.
"Pak Drajat Wisnu waktu itu menyampaikan beliau membawa bungkusan tidak tahu bungkusan itu uang atau apa, kemudian disampaikan di alamat, beliau juga nggak ngerti. Kemudian dicecar oleh jaksa waktu itu. Saya kira bagus itu, supaya clear," kata Ade.
Ade mengatakan semenjak tahun 2005, dia pindah dari rumah dinas dan menempati rumah pribadi pada 1997.
"Semenjak itu saya tidak mengetahui lagi rumah dinas komplek Kalibata," kata Ade.
Dalam sidang vonis terhadap Irman dan Sugiharto, majelis hakim Pengadilan Tipikor menyebutkan Ade menerima uang senilai 100 ribu dollar AS atau setara dengan Rp1 miliar. Turut bersamanya menerima uang yaitu Miryam S. Haryani 1,2 juta dollar AS dan Markus Nari berjumlah 400 ribu dollar AS atau setara Rp4 miliar.
Usai diperiksa selama kurang lebih dari satu jam, Ade tidak langsung meninggalkan gedung KPK. Tetapi, Ade mengajak wartawan untuk bersikap duduk lesehan di lantai.
Ade menjelaskan posisinya dalam kasus korupsi e-KTP.
"Misalkan, saya disebut pernah anggota komisi II DPR RI, padahal saya ini dari (tahun 1997) jadi anggota DPR sampai hari ini, saya tidak pernah jadi anggota komisi II," kata Ade.
Ketika Ade dihadirkan menjadi saksi dalam persidangan Irman dan Sugiharto pada tanggal 6 April 2017, Ade sudah menyampaikan bukan anggota Komisi II dan tidak pernah bersinggungan dengan pembahasan proses pengadaan e-KTP.
"Saya tidak terlibat semuanya, karena saya anggota komisi XI. Sekarang saya anggota komisi IX. Waktu sebelumnya, tahun 97 anggota komisi V dan VI," kata Ade.
Itu sebabnya, Ade kaget begitu disebut di media ikut menerima uang.
"Judul beritanya mengerikan buat saya, Ade titik dua terbukti menerima. Setelah saya perhatikan dengan benar itu, apa yang dibacakan oleh hakim itu, tidak ada seperti itu.Artinya hakim masih sangat profesional, kata saya," kata Ade.
Dia juga menjelaskan soal isi dakwaan yang menyebutkan menerima paket dari pejabat Dukcapil Drajat Wisnu di rumahnya, kompleks DPR, Kalibata.
"Pak Drajat Wisnu waktu itu menyampaikan beliau membawa bungkusan tidak tahu bungkusan itu uang atau apa, kemudian disampaikan di alamat, beliau juga nggak ngerti. Kemudian dicecar oleh jaksa waktu itu. Saya kira bagus itu, supaya clear," kata Ade.
Ade mengatakan semenjak tahun 2005, dia pindah dari rumah dinas dan menempati rumah pribadi pada 1997.
"Semenjak itu saya tidak mengetahui lagi rumah dinas komplek Kalibata," kata Ade.
Dalam sidang vonis terhadap Irman dan Sugiharto, majelis hakim Pengadilan Tipikor menyebutkan Ade menerima uang senilai 100 ribu dollar AS atau setara dengan Rp1 miliar. Turut bersamanya menerima uang yaitu Miryam S. Haryani 1,2 juta dollar AS dan Markus Nari berjumlah 400 ribu dollar AS atau setara Rp4 miliar.
Komentar
Berita Terkait
-
Tetap Berstatus Kader, Golkar Senang Setnov Bebas: Secara Prosedur Semuanya Memenuhi Syarat
-
Blak-blakan! Ketua KPK Sebut Pembebasan Bersyarat Setya Novanto Kurang Adil, Kenapa?
-
Setya Novanto Hirup Udara Bebas: Preseden Buruk Bagi Pemberantasan Korupsi di Indonesia
-
Setya Novanto Bebas Bersyarat, KPK Ingatkan Dosa Korupsi E-KTP: Itu Kejahatan Serius!
-
KPK Tegaskan Penangguhan Penahanan Paulus Tannos Belum Dikabulkan Pengadilan Singapura
Terpopuler
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 7 Mobil Bekas Favorit 2025: Tangguh, Irit dan Paling Dicari Keluarga Indonesia
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 1 November: Ada Rank Up dan Pemain 111-113
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
Pilihan
-
Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
-
Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
-
5 HP RAM 12 GB Paling Murah, Spek Gahar untuk Gamer dan Multitasking mulai Rp 2 Jutaan
-
Meski Dunia Ketar-Ketir, Menkeu Purbaya Klaim Stabilitas Keuangan RI Kuat Dukung Pertumbuhan Ekonomi
-
Tak Tayang di TV Lokal! Begini Cara Nonton Timnas Indonesia di Piala Dunia U-17
Terkini
-
Bukan soal Whoosh, Ini Isi Percakapan Dua Jam Prabowo dan Ignasius Jonan di Istana
-
KontraS Pertanyakan Integritas Moral Soeharto: Apa Dasarnya Ia Layak Jadi Pahlawan Nasional?
-
Viral Pria Gelantungan di Kabel Jalan Gatot Subroto, Ternyata Kehabisan Ongkos Pulang Kampung
-
Dorong Kedaulatan Digital, Ekosistem Danantara Perkuat Infrastruktur Pembayaran Nasional
-
AJI Gelar Aksi Solidaritas, Desak Pengadilan Tolak Gugatan Mentan Terhadap Tempo
-
Temuan Terbaru: Gotong Royong Lintas Generasi Jadi Kunci Menuju Indonesia Emas 2045
-
PSI Kritik Pemprov DKI Pangkas Subsidi Pangan Rp300 Miliar, Dana Hibah Forkopimda Justru Ditambah
-
Penerima Bansos di Jakarta Kecanduan Judi Online, DPRD Minta Pemprov DKI Lakukan Ini!
-
Pecalang Jakarta: Rano Karno Ingin Wujudkan Keamanan Sosial ala Bali di Ibu Kota
-
5 Fakta OTT KPK Gubernur Riau Abdul Wahid: Barang Bukti Segepok Uang