Suara.com - Perempuan-perempuan itu erat memeluk bocah-bocah kuyu, sembari berupaya mengarungi sungai itu dengan satu tujuan: selamat dari buruan militer. Tapi, takdir berkata lain, 9 perempuan dan 11 bocah ditemukan terkapar tewas di tepi sungai perbatasan Myanmar-Bangladesh.
Puluhan mayat yang diyakini perempuan dan anak-anak etnis Rohingya itu ditemukan penjaga perbatasan Bangladesh, Kamis (31/8).
Mereka, seperti diberitakan The Guardian, diyakini berupaya melarikan diri karena ketakutan setelah militer Myanmar menerapkan status daerah operasi militer di wilayah komunitas Rohingya, Rakhine.
Operasi militer itu dilancarkan Myanmar setelah gerilyawan Rohingya (Arakan Rohingya Salvation Army; ARSA) menggempur sebuah pos polisi, Jumat (25/8) pekan lalu.
Sepekan terakhir, sedikitnya 400 warga sipil dari etnis Rohingya dinyatakan tewas. Sementara 38 ribu lainnya nekat berupaya menerobos perbatasan ke Bangladesh.
"Kami mendapat laporan warga, militer mengepung seluruh desa Rohingya di Rakhine. Militer dibantu oleh paramiliter, menyerang etnis Rohingya secara membabibuta," tutur Chris Lewa, Direktur Arakan Project—kelompok advokasi etnis Rohingya.
Ia mengatakan, laporan dari lapangan menunjukkan pembunuhan etnis Rohingya dan pembakaran kampung-kampung mereka tampak sudah direncanakan secara tersistematis.
"Ketika militer dan paramiliter datang, mereka langsung memerintahkan 'bakar-bakar-bakar semua'. Setelah satu desa diserbu dan dibakar, mereka lantas bergegas ke desa lain, sehingga tampak tersistematis," terang Lewa.
Baca Juga: LSM Buruh Migran Indonesia Akan Hadiri Sidang PBB di Genewa
Klaim Lewa tersebut, diperkuat oleh Human Rights Watch (HRW)—lembaga nirlaba pemantau penegakan HAM yang berbasis di New York, Amerika Serikat.
Melalui pantauan satelit, HRW memastikan melihat banyak titik api di daerah-daerah komunitas Rohingya Myanmar.
"Sedikitnya ada 10 titik api yang terpantau, dan semuanya berada di wilayah Rakhine, hingga ke perbatasan Bangladesh," demikian pernyataan resmi HRW.
Sedangkan PBB yang memantau dari Bangladesh mengungkapkan, terdapat banyak kepulan asap tebal yang berasal dari daerah hutan Myanmar.
"Asap itu menunjukkan sedikitnya 20 ribu etnis Rohingya terpaksa bertahan hidup di hutan belantara yang berada di daerah perbatasan Myanmar-Bangladesh. Mereka semua ketakutan," demikian pernyataan PBB.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
- 6 HP Snapdragon dengan RAM 8 GB Paling Murah, Lancar untuk Gaming dan Multitasking Intens
- 8 Mobil Kecil Bekas Terkenal Irit BBM dan Nyaman, Terbaik buat Harian
- 7 Rekomendasi Parfum Lokal Aroma Citrus yang Segar, Tahan Lama dan Anti Bau Keringat
- 5 Rekomendasi Moisturizer Korea untuk Mencerahkan Wajah, Bisa Bantu Atasi Flek Hitam
Pilihan
-
Bahlil soal Izin Tambang di Raja Ampat : Barang Ini Ada, Sebelum Saya Ada di Muka Bumi!
-
Berapa Gaji Zinedine Zidane Jika Latih Timnas Indonesia?
-
Breaking News! Bahrain Batalkan Uji Coba Hadapi Timnas Indonesia U-22
-
James Riady Tegaskan Tanah Jusuf Kalla Bukan Milik Lippo, Tapi..
-
6 Tablet Memori 128 GB Paling Murah, Pilihan Terbaik Pelajar dan Pekerja Multitasking
Terkini
-
Lalu Lintas Jakarta Rabu Pagi: Sawah Besar Macet Akibat Kebakaran, Slipi Padat karena Kecelakaan
-
Usut Suap Bupati Ponorogo, KPK Geledah 6 Lokasi dan Amankan Uang di Rumah Dinas
-
Roy Suryo Jadi Tersangka, Mahfud MD: Tuduhan Tidak Jelas, Pembuktian Ijazah Harusnya di Pengadilan
-
Korupsi PLTU Rugikan Negara Rp1,35 Triliun, Adik JK Halim Kalla Diperiksa Polisi Hari Ini
-
Satgas Pangan Cek 61 Titik, Temukan Satu Pedagang di Jakarta Jual Beras di Atas HET
-
Usulannya Diabaikan, Anggota DPR Protes Keras dan Luapkan Kekecewaan kepada Basarnas
-
Prabowo Pangkas Rp15 Triliun, Tunjangan ASN DKI dan KJP Aman? Ini Janji Tegas Gubernur!
-
Shopee Jagoan UMKM Naik Kelas Viral di Dunia Maya, Raup Lebih dari 85 Juta Views
-
Babak Baru PPHN: Ahmad Muzani Minta Waktu Presiden Prabowo, Nasib 'GBHN' Ditentukan di Istana
-
KPK Digugat Praperadilan! Ada Apa dengan Penghentian Kasus Korupsi Kuota Haji Pejabat Kemenag?