Suara.com - Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto mengatakan, banyak proyek pembangunan infrastruktur yang koruptif, karena terdapat penggelembungan dana secara tak wajar alias di-mark up.
Akibatnya, kata Prabowo, banyak terjadi kecelakaan kerja di sejumlah proyek infrastruktur besutan pemerintah, seperti terjadi di DKI Jakarta.
Sandiaga Uno, Wakil Gubernur DKI Jakarta yang juga politikus Gerindra, tak menampik pernyataan sang ketua.
Oleh sebab itu, ia menilai setiap proyek infrastruktur harus melibatkan pihak swasta agar terdapat pengawasan yang lebih baik.
"Asal bekerja sama dengan pemerintah dalam public-private partnership, kemitraan. Kalau dibiarkan pemerintah jalan sendiri tanpa governance atau tata kelola yang baik, (hanya) akan tercapai sebuah konsep pembangunan yang tidak ada check and balance," kata Sandiaga ditemui di Ancol, Jakarta Utara, Minggu (1/4/2018).
Sebagai seorang yang punya latar belakang pengusaha, Sandiaga menilai pembangunan infrastruktur sangat menguntungkan.
Karenanya, dia mendorong kemitraan antara pemerintah dengan badan usaha swasta yang lebih masif untuk proyek infrastruktur, sehingga lebih transparan.
"Kami ingin juga ke depan tidak ada kebocoran dalam pembangunan infrastruktur, karena biasanya untungnya sekitar 10-14 persen dari proyek infrastruktur itu," tuturnya.
Dengan begitu, swasta juga menjadi bagian dari pemerintah dalam membangun bangsa dan negara melalui proyek-proyek infrastruktur.
Baca Juga: Lompat Pagar Rel, Rakun Disambar Commuter Line Jakarta-Bogor
"Itu harusnya jadi insentif bagi swasta membangun infrastruktur, dan bukan hanya tugas pemerintah. Tapi swasta juga ikut membangun dan juga menjadi bagian dari pemerintah," jelasnya.
Sebelumnya, Jumat (30/3) lalu Prabowo Subianto dalam acara Partai Gerindra di Hotel Sultan Raja, Soreang, Kabupaten Bandung, mengatakan bahwa kecelakaan infrastruktur yang marak terjadi akhir-akhir ini disebabkan karena ada mark up dana proyek.
Ia mencontohkan, proyek infrastruktur yang sebenarnya hanya bernilai Rp200 juta, dianggarakan menjadi Rp500 juta.
Berita Terkait
-
Sandiaga Akui Terowongan Mampang-Kuningan Bikin Kemacetan Baru
-
Cak Imin Disarankan Jadi Cawapres Prabowo ketimbang Jokowi
-
Prabowo Heran Indonesia Negara Kaya, Banyak Warga Tak Sejahtera
-
Prabowo Bingung Indonesia Negara Kaya, Banyak Warga Tak Sejahtera
-
Muhaimin Bisa Beri Kekuatan Baru Jika Jadi Cawapres Prabowo
Terpopuler
- Terungkap! Kronologi Perampokan dan Penculikan Istri Pegawai Pajak, Pelaku Pakai HP Korban
- 5 Rekomendasi Motor yang Bisa Bawa Galon untuk Hidup Mandiri Sehari-hari
- 5 Bedak Padat yang Bagus dan Tahan Lama, Cocok untuk Kulit Berminyak
- 5 Parfum Aroma Sabun Mandi untuk Pekerja Kantoran, Beri Kesan Segar dan Bersih yang Tahan Lama
- 7 Pilihan Sepatu Lokal Selevel Hoka untuk Lari dan Bergaya, Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Jenderal TNI Muncul di Tengah Konflik Lahan Jusuf Kalla vs GMTD, Apa Perannya?
-
Geger Keraton Solo: Putra PB XIII Dinobatkan Mendadak Jadi PB XIV, Berujung Walkout dan Keributan
-
Cetak 33 Gol dari 26 Laga, Pemain Keturunan Indonesia Ini Siap Bela Garuda
-
Jawaban GoTo Usai Beredar Usul Patrick Walujo Diganti
-
Waduh, Rupiah Jadi Paling Lemah di Asia Lawan Dolar Amerika Serikat
Terkini
-
Hormati Putusan MK, Polri Siapkan Langkah Operasional Penataan Jabatan Eksternal
-
Istana Pastikan Patuhi Putusan MK, Polisi Aktif di Jabatan Sipil Wajib Mundur
-
Polemik Internal Gerindra: Dasco Sebut Penolakan Budi Arie Dinamika Politik Biasa
-
KPK Usut Korupsi Kuota Haji Langsung ke Arab Saudi, Apa yang Sebenarnya Dicari?
-
Boni Hargens: Putusan MK Benar, Polri Adalah Alat Negara
-
Prabowo Disebut 'Dewa Penolong', Guru Abdul Muis Menangis Haru Usai Nama Baiknya Dipulihkan
-
Satu Tahun Pemerintahan Prabowo, Sektor Energi hingga Kebebasan Sipil Disorot: Haruskah Reshuffle?
-
Hendra Kurniawan Batal Dipecat Polri, Istrinya Pernah Bersyukur 'Lepas' dari Kepolisian
-
400 Tersangka 'Terlantar': Jerat Hukum Gantung Ratusan Warga, Termasuk Eks Jenderal!
-
Respons Pimpinan DPR Usai MK Larang Polisi Aktif di Jabatan Sipil, Apa Katanya?