Suara.com - Teror bom Surabaya yang menelan banyak korban luka dan jiwa menyisakan duka yang begitu dalam, tak hanya bagi keluarga korban, tetapi juga masyarakat Indonesia, yang mencengangkan lagi, ternyata ada anak-anak yang dimanfaatkan orangtuanya untuk menjadi pelaku teror sehingga terlibat dalam aksi bom bunuh diri.
Menanggapi fakta memilukan itu Koordinator Subkomisi Pemajuan HAM/Komisioner Pendidikan & Penyuluhan, Komnas HAM, Beka Ulung Hapsara mengatakan bahwa partisiasi dan kontrol dari masyarakat sangat dibutuhkan untuk membantu meredam tindak terorisme yang dilakukakan anak-anak.
Jika perlu, lanjut dia, ada mekanisme khusus untuk penanganan tindak teror yang dilakukakan anak-anak. Ia lebih menyoroti hak anak sebagaimana mestinya.
"Jangan jadikan mereka traumatik, kemudian dapat memutus mata rantai terorisme dan mereka bisa berkembang sebagaimana anak mestinya," kata Beka di Peganggsaan, Jakarta, Senin, (14/05/2018).
Ia menyebut paradigma teror para teroris sudah sampai pada level keyakinan. Hal tersebut tidak dapat disamakan dengan level ideologi ataupun pengetahuan.
"Untuk kasus tindak teror harus ada penanganan khusus karena ini urusan keyakinan," jelas Beka.
Lebih lanjut ia mengatakan penanganan khusus terhadap anak tidak hanya melibatkan satu institusi, melainkan melibatkan masyarakat sebagai pihak yang mampu meredam aksi terorisme.
"Tetapi harus melibatkan masyarakat sebagai teman bicara, teman hidup di sekitar teroris yang masih di bawah umur," terang Beka.
Menurut dia, teroris di bawah umur juga harus di terapi. Selain itu harus juga dilepas stigma negatif yang melekat pada anak-anak pelaku teror, karena stigma tersebut akan berbahaya bagi anak di masa depannya
"Apalagi masih anak-anak, mereka butuh ruang untuk kembali sebagaimana tumbuh kembang anak-anak, dan memahami pemikiran yang moderat dan toleran," pungkas Beka.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 4 Rekomendasi Cushion dengan Hasil Akhir Dewy, Diperkaya Skincare Infused
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Daftar Promo Alfamart Akhir Tahun 2025, Banyak yang Beli 2 Gratis 1
Pilihan
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
-
Seni Perang Unai Emery: Mengupas Transformasi Radikal Aston Villa
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
Terkini
-
Malam Tahun Baru 2026 Jalur Puncak Berlaku Car Free Night, Cek Jadwal Penyekatannya di Sini
-
Rilis Akhir Tahun 2025 Polda Riau: Kejahatan Anjlok, Perang Lawan Perusak Lingkungan Makin Sengit
-
Rekaman Tengah Malam Viral, Bongkar Aktivitas Truk Kayu di Jalan Lintas Medan-Banda Aceh
-
'Beda Luar Biasa', Kuasa Hukum Roy Suryo Bongkar Detail Foto Jokowi di Ijazah SMA Vs Sarjana
-
Kadinsos Samosir Jadi Tersangka Korupsi Bantuan Korban Banjir Bandang, Rugikan Negara Rp 516 Juta!
-
Bakal Demo Dua Hari Berturut-turut di Istana, Buruh Sorot Kebijakan Pramono dan KDM soal UMP 2026
-
Arus Balik Natal 2025: Volume Kendaraan Melonjak, Contraflow Tol Jakarta-Cikampek Mulai Diterapkan!
-
18 Ribu Jiwa Terdampak Banjir Banjar, 14 Kecamatan Terendam di Penghujung Tahun
-
UMP Jakarta 2026 Naik Jadi Rp5,7 Juta Diprotes, Rano Karno: Kalau Buruh Mau Demo, Itu Hak Mereka
-
Eks Pimpinan KPK 'Semprot' Keputusan SP3 Kasus Korupsi Tambang Rp2,7 Triliun: Sangat Aneh!