Suara.com - Ketua DPP PKS, Mardani Ali Sera, menyayangkan dan merasa sedih karena pertemuan Kim Jong Un dengan Donal Trump terjadi di Singapura. Mestinya, pertemuan bilateral itu terjadi di Indonesia.
Mardani mengingatkan bahwa Indonesia tak boleh berdiam diri pascapertemuan pimpinan Korea Utara, Kim Jong Un, dengan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, di Singapura, Selasa (11/7/2018).
Mardani meyakini kedua pemimpin negara tersebut memiliki agenda untuk mendulang keuntungan bagi negara mereka masing-masing. Jika Indonesia tak mempersiapkan diri dengan kemungkinan perubahan yang akan terjadi, maka Indonesia hanya akan menjadi penonton perubahan yang diciptakan negara lain.
"Kalau kita cuma jadi penonton dan ujung-ujungnya, akhirnya akan terpojok sendiri dan kita akan kalah. Jadi, justru politik bebas aktif kita harus lebih optimal," kata Mardani di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Senin (11/7/2018).
Apalagi, lanjutnya, Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, memiliki kedekatangan dengan Korea Utara. Kedekatan tersebut sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk menarik pertemuan Kim Jong Un dan Trump di Indonesia.
"Saya sedih, mestinya (pertemuan) itu tidak di Singapura, mestinya di Indonesia. Ibu Megawati dekat, lho, sama Korea Utara. Harusnya diundang, karena yang berkuasa teman-teman PDIP. Harusnya Indonesia jadi mediator. (Atau) nggak usah mediator, lah, jadi tempat pertemuan saja," kata Mardani.
Donald Trump dan Kim Jong Un kini sudah berada di Singapura. Mereka dijadwalkan akan bertemu di Hotel Capella, Pulau Sentosa, yang terletak di selatan Singapura, pada Selasa (12/7/2018).
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Tak Ada Tawar Menawar! Analis Sebut Reformasi Polri Mustahil Tanpa Ganti Kapolri
-
Menjelajahi Jantung Maluku: "Buru Expedition" Wanadri Ungkap Kekayaan Tersembunyi Pulau Buru
-
Polemik Ijazah Gibran Tak Substansial tapi Jadi Gaduh Politik
-
Klarifikasi Ijazah Gibran Penting agar Tidak Ulangi Kasus Jokowi
-
Menkeu Purbaya Ultimatum ke Pengelolaan Program Makan Gratis: Nggak Jalan, Kita Ambil Duitnya!
-
Eks Kapolri Tegaskan Polri di Bawah Presiden: Perspektif Historis dan Konstitusional
-
J Trust Bank Desak Crowde Lebih Kooperatif dan Selesaikan Kewajiban
-
KPK: Penyidikan Korupsi Haji Tidak Mengarah ke PBNU
-
Ancol Rencanakan Reklamasi 65 Hektare, Pastikan Tak Gunakan Dana APBD
-
Dirut PAM Jaya Jamin Investor Tak Bisa Paksa Naikkan Tarif Air Pasca-IPO