Suara.com - Belasan warga Bulu, Kabupaten Sukoharjo, harus melewati perjalanan panjang yang melelahkan demi bisa menyalurkan hak pilih mereka pada hari pencoblosan Pilkada Jawa Tengah Jateng, Rabu (27/6/2018) kemarin.
Sebanyak 15 orang naik delapan sepeda motor berboncengan lewat jalan memutar melilntas batas wilayah sampai Wonogiri menuju TPS di Kecamatan Bulu, Sukoharjo.
Jarak yang ditempuh warga Dusun Kerjo di Pegunungan Seribu untuk sampai di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 03, Dusun Tiyoko, Desa Kedungsono, Kecamatan Bulu, mencapai 25-30 km dalam waktu kurang lebih 1 jam 15 menit.
Sementara dua orang yang terpaksa berjalan kaki karena tidak kebagian tumpangan motor, butuh waktu tiga jam meski jaraknya lebih pendek.
Medan yang mereka lalui berupa jalan setapak menuruni pegunungan membuat waktu tempuh mereka lebih lama.
Begitu tiba di TPS, satu per satu mereka mendaftar dengan menunjukkan surat undangan atau formulir C6 ke petugas Kelompok Panitia Pemungutan Suara (KPPS).
Kartu C6 diganti selembar surat suara. Mereka duduk dan beranjak ke bilik untuk mencoblos lembar surat suara yang diperoleh. Proses itu selesai dalam waktu sekitar lima menit.
Sebelum berangkat menempuh perjalanan tersebut mereka berfoto bersama dengan menunjukkan form C6.
Setelah itu mereka harus melintasi Desa Sanggang, Pojok, Kunden, Bulu dan Tiyaran dan turun melalui Desa Gunungan, Kecamatan Manyaran, Wonogiri, kemudian ke Desa Sanggang, Kecamatan Bulu.
Baca Juga: Tak Kunjung Pulang, 3 Kasus Ini Masih Membelenggu Rizieq
Supar, tokoh masyarakat Dusun Kerjo, bercerita jalan setapak cukup sulit dilalui dan membutuhkan waktu lama.
“Kami [yang naik sepeda motor] berangkat pukul 08.00 WIB sampai di TPS pukul 09.15 WIB. Menempuh perjalanan satu jam lebih tapi kami senang. Sebelum berangkat kami janjian dan berkumpul untuk berangkat bareng,” ujarnya kepada Semarangpos—jaringan Suara.com.
Supar mengatakan, warga hanya bisa berangkat naik sepeda motor karena keuangan RT tidak memungkinkan untuk menyewa mobil. Uang RT sudah habis untuk membeli paralon pengairan ke rumah warga.
“Jika naik ojek bayar Rp 100.000 sehingga memilih berboncengan. Pernah pada pemilu beberapa tahun lalu, menyewa mobil dengan tarif Rp 700.000 tetapi tadi [Rabu] naik sepeda motor karena tidak punya uang. Jika berjalan kaki melintas jalan setapak tidak mampu.”
Dia bercerita, dua warganya ada yang jalan kaki karena tidak kebagian tumpangan motor. Mereka adalah Ngatmin dan Norjo. Dua orang itu berjalan kaki turun gunung dan berangkat pukul 06.00 WIB tiba di TPS pukul 09.00 WIB.
Perjalanan tiga jam turun gunung sudah biasa dilakukan warga Dusun Kerjo. “Sekitar 20 warga Kerjo tidak turun karena berumur 70 tahun hingga 80 tahun dan merantau.”
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
Kemendagri Batalkan Mutasi Kepala SMPN 1 Prabumulih, Wali Kota Arlan Terancam Sanksi
-
DPW dan DPC PPP dari 33 Provinsi Deklarasi Dukung M Mardiono Jadi Ketua Umum
-
Menteri HAM Natalius Pigai Sebut Orang Hilang 'Belum Terlihat', YLBHI Murka: Denial!
-
Dari Dirut Sampai Direktur, Jajaran BPR Jepara Artha Kini Kompak Pakai Rompi Oranye
-
Pemeriksaan Super Panjang, Hilman Latief Dicecar KPK Hampir 12 Jam soal Kuota Haji
-
Dikira Hilang saat Demo Ricuh, Polisi Ungkap Alasan Bima Permana Dagang Barongsai di Malang
-
Tito Karnavian: Satpol PP Harus Humanis, Bukan Jadi Sumber Ketakutan
-
Wamenkum Sebut Gegara Salah Istilah RUU Perampasan Aset Bisa Molor, 'Entah Kapan Selesainya'
-
'Abuse of Power?' Kemendagri Sebut Wali Kota Arlan Langgar Aturan Copot Kepala SMP 1 Prabumulih
-
Strategi Baru Senayan: Mau RUU Perampasan Aset Lolos? UU Polri Harus Direvisi Dulu