Suara.com - Kelompok Wanita Tani (KWT) Sri Rejeki, di Dusun Bedil Kulon, Desa Rejosari Kecamatan Semin, Gunung Kidul, Yogyakarta, merupakan pengembang komoditas hortikultura, khususnya tanaman bawang merah secara ramah lingkungan. KWT Sri Rejeki telah berhasil membudidayakan tanaman bawang merah ramah lingkungan seluas 2 ha.
Pada 27 September 2018, telah dilakukan panen perdana dengan hasil yang cukup membanggakan. Panen tersebut dihadiri Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Gunungkidul, Bambang Wisnu Broto, Kepala UPTD BPTPH Daerah Istimewa Yogyakarta, dan perwakilan Ditjen Hortikultura Kementrian Pertanian (Kementan), Endik Mulyadi.
Endik mengatakan, Kementan mendukung penuh budi daya bawang merah secara ramah lingkungan. KWT Sri Rejeki Gunung Kidul kini telah ikut andil dalam mensukseskan program Kementan dalam upaya peningkatan produksi Bawang Merah.
"Direktorat Hortikultura sangat menghargai ibu-ibu KWT yang menerapkan budi daya ramah lingkungan dalam produksi bawang merah. Ini sebuah terobosan bagus untuk meningkatkan produksi dan kualitas bawang merah kita," ujarnya, di Jakarta, Minggu (30/9/2018).
Direktur Perlindungan Hortikultura, Sri Wijayanti, menambahkan, Kementan terus mendorong masyarakat untuk menanam bawang merah. Bahkan Gunung Kidul yang dahulu dikenal sebagai daerah gersang, kini mampu memproduksi bawang merah dengan kualitas baik.
Pengembangan bawang merah dilakukan di semua provinsi untuk menjaga ketersediaan merata sepanjang tahun, sehingga harga terjaga atau stabil.
"Kementan juga mendorong petani untuk menerapkan budi daya hortikultura ramah lingkungan, sehingga akan diperoleh produk yang aman dikonsumsi, sehat untuk petani dan konsumen, aman untuk lingkungan, serta biaya produksi yang lebih murah. Ujung-ujungnya tentu pendapatan petani yang meningkat," beber Sri.
Kepala Dinas Petanian Gunung Kidul, Bambang Wisnu Broto, menururkan, Dinas Pertanian sangat mengapresiasi Kementan yang terus memberikan dukungan dalam pengembangan bawang merah. Dalam penerapan budi daya bawang merah ramah lingkungan, Dinas Pertanian telah melakukan pertemuan rembuk kelompok dengan melibatkan stakeholder lengkap, yaitu aparat dari kecamatan dan desa, serta semua petugas lapangan.
"Petani yang terlibat dalam pengembangan bawang merah tersebut sangat antusias, sehingga memberikan semangat baru bagi petugas dalam melakukan pendampingan," tuturnya.
Baca Juga: Hari Pangan Sedunia, Kementan: Kalsel Hampir Siap 100%
"Harapan KWT Sri Rejeki, adanya fasilitas sarana irigasi yang memadai, sehingga proses budi daya tanaman juga dapat dilakukan pada musim kering, tidak hanya mengharapkan air hujan," imbuh Bambang.
Ketua KWT Sri Rejeki, Wiwik Widiyasih, mengatakan, budi daya bawang merah, mulai dari pengolahan tanah sampai panen, dilakukan oleh para ibu. Mereka menggunakan pupuk organik, agensia hayati, dan pestisida nabati.
"Kendala dalam budi daya adalah jauhnya sumber air, lebih kurang 300 m dari lahan. Kami mengambil air dari Kali Oya, dan ditampung dalam bak yang kami buat dari terpal," ujarnya.
Wiwik menambahkan, gerakan pengendalian OPT (Gerdal) dengan agensia hayati dilakukan seminggu sekali, yaitu setiap Kamis sore. Panen bawang merah dilakukan saat umur tanaman 61 hari, mencapai 20,6 ton/ha.
Saat ini, harga di tingkat petani sekitar Rp 10 ribu per kg.
"Dari perhitungan biaya produksi sekitar Rp 46.280.000 per ha, maka dapat dibayangkan keuntungan yang dinikmati oleh KWT ini," terangnya.
Berita Terkait
-
Harga Ayam, Beras, Hingga Bawang Merah Melonjak Tinggi Selama Ramadan-Lebaran
-
20 Tahun Berlalu, Revalina S Temat Masih Betah Dipanggil Bawang Putih
-
Tingkatkan Pendapatan dan Ekonomi Lokal, Petani di Humbang Hasundutan Budidayakan Bawang Merah dari Biji
-
Daftar Harga Pangan Hari Ini: Telur Ayam Hingga Beras Mulai Merangkak Naik
-
Harga Migor, Bawang Hingga Cabai Kompak Naik di Tengah Daya Beli yang Lesu
Terpopuler
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 September: Klaim Pemain 108-112 dan Hujan Gems
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Thom Haye Akui Kesusahan Adaptasi di Persib Bandung, Kenapa?
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
- Saham DADA Terbang 2.000 Persen, Analis Beberkan Proyeksi Harga
Pilihan
-
Profil Agus Suparmanto: Ketum PPP versi Aklamasi, Punya Kekayaan Rp 1,65 Triliun
-
Harga Emas Pegadaian Naik Beruntun: Hari Ini 1 Gram Emas Nyaris Rp 2,3 Juta
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
Terkini
-
Lama Bungkam, Istri Arya Daru Pangayunan Akhirnya Buka Suara: Jangan Framing Negatif
-
Karlip Wartawan CNN Dicabut Istana, Forum Pemred-PWI: Ancaman Penjara Bagi Pembungkam Jurnalis!
-
AJI Jakarta, LBH Pers hingga Dewan Pers Kecam Pencabutan Kartu Liputan Jurnalis CNN oleh Istana
-
Istana Cabut kartu Liputan Wartawan Usai Tanya MBG ke Prabowo, Dewan Pers: Hormati UU Pers!
-
PIP September 2025 Kapan Cair? Cek Nominal dan Ketentuan Terkini
-
PLN Perkuat Keandalan Listrik untuk PHR di WK Rokan Demi Ketahanan Energi Nasional
-
PN Jaksel Tolak Praperadilan, Eksekusi Terpidana Kasus Pencemaran Nama Baik JK Tetap Berlanjut
-
Roy Suryo Sindir Keras Acara UGM yang Dihadiri Menteri Sepi Peminat: Ini Karma Bela Ijazah Jokowi!
-
Dokter Tifa Bongkar Cuitan Akun Fufufafa Soal 'Lulusan SMP Pengen Mewah': Ndleming!
-
Mardiono Tinggalkan Arena Muktamar Usai Disoraki, Agus Suparmanto Terpilih Aklamasi Jadi Ketum PPP