Suara.com - Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) meminta kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) 2019 DKI Jakarta sesuai dengan hasil survei Kebutuhan Hidup Layak (KHL). Buruh mengancam akan aksi turun ke jalan kalau besaran kenaikan UMP tidak sesuai.
Presiden KSPI Said Iqbal menganggap kebijakan Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 yang dijadikan sebagai patokan kenaikan UMP di Indonesia bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 yang mengatur penetapan upah minimum melalui mekanisme survei KHL.
Dengan demikian, Said Iqbal mendesak Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan dalam menetapkan UMP 2019 tidak mengacu pada PP 78 tahun 2015.
"Apabila Gubernur DKI tetap menggunakan PP 78/2015. Maka KSPI dan buruh Jakarta akan menolak dan melakukan langkah-langkah organisasi guna melakukan perlawanan atas kebijakan tersebut," kata Said melalui siaran pers yang diterima Suara.com, Rabu (31/10/2018).
Saud menjelaskan, KSPI bersama serikat buruh lainnya akan menyiapkan aksi lanjutan di seluruh Indonesia untuk menolak PP 78 tahun 2015 yang dijadikan dasar penetapan upah minimum. Tak hanya itu, buruh juga akan menolak keras penetapan UMP atau UMK yang hanya 8,03 persen yang telah ditetapkan pemerintah.
"Ini akan memberatkan biaya hidup buruh dan masyarakat kecil. Daya belinya sudah menurun akibat kenaikan biaya listrik, sewa rumah, dan biaya kehidupan sehari-hari. Belum kalau nanti harga premium dinaikkan," keluh Said.
Pemerintah DKI sebelumnya menawarkan sejumlah program yang bisa dinikmati buruh Jakarta. Pertama subsidi berupa kartu pekerja, Kartu Jakarta Pintar, hingga program DP 0 rupiah. Terkait itu, Said mengapresiasi upaya Pemprov DKI untuk menekan biaya hidup buruh. Namun subsidi itu dirasa belum cukup untuk menjamin kehidupan para buruh di Jakarta menjadi sejahtera.
"Kami akan menyiapkan aksi lanjutan bukan hanya di DKI tapi seluruh Indonesia jika UMP tidak dipenuhi," pungkasnya.
Sebelumnya, Pemprov DKI menetapkan UMP Jakarta tahun 2018 sebesar Rp 3.648.035. UMP DKI ini dihitung berdasarkan inflasi nasional sebesar 3,72 persen, pertumbuhan ekonomi sebesar 4,99 persen, dan kenaikan UMP yang ditetapkan Menteri Ketenagakerjaan sebesar 8,71 persen. Sementara, untuk 2019 Pemerintah pusat melalui Kementerian Ketenagakerjaan menetapkan kenaikan UMP naik sebesar 8,03 persen.
Baca Juga: Alasan Reza Bukan Tak Gunakan Jasa Pengacara
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
Terkini
-
Gak Perlu Mahal, Megawati Usul Pemda Gunakan Kentongan untuk Alarm Bencana
-
5 Ton Pakaian Bakal Disalurkan untuk Korban Banjir dan Longsor Aceh-Sumatra
-
Kebun Sawit di Papua: Janji Swasembada Energi Prabowo yang Penuh Risiko?
-
Bukan Alat Kampanye, Megawati Minta Dapur Umum PDIP untuk Semua Korban: Ini Urusan Kemanusiaan
-
Tak Mau Hanya Beri Uang Tunai, Megawati Instruksikan Bantuan 'In Natura' untuk Korban Bencana
-
Jaksa Bongkar Akal Bulus Proyek Chromebook, Manipulasi E-Katalog Rugikan Negara Rp9,2 Miliar
-
Mobil Ringsek, Ini 7 Fakta Kecelakaan KA Bandara Tabrak Minibus di Perlintasan Sebidang Kalideres
-
Giliran Rumah Kajari Kabupaten Bekasi Disegel KPK
-
Seskab Teddy Jawab Tudingan Lamban: Perintah Prabowo Turun di Hari Pertama Banjir Sumatra
-
7 Fakta Warga Aceh Kibarkan Bendera Putih yang Bikin Mendagri Minta Maaf