Suara.com - Tangis dan haru mewarnai tabur bunga dan doa bersama korban Lion Air jatuh di Tanjung Karawang, Jawa Barat, Selasa (6/11/2018). sebagian dari mereka tidak ingin beranjak kembali ke daratan, Jakarta.
"Aku masih ingin di sini. Aku masih ingin di sini," kata salah satu keluarga korban kecelakaan pesawat Lion Air JT 610 sambil menangis di buritan KRI Banjarmasin-592.
"Pasti ditemukan, hanya masalah waktu saja," kata seorang laki-laki kepada seorang perempuan yang menangis itu.
Mereka berjalan berpelukan menuju buritan kapal untuk mendoakan keluarga yang menjadi korban kecelakaan pesawat Lion Air JT 610. Tangis keluarga korban kecelakaan pesawat yang mengangkut 189 penumpang dan awak tersebut pecah di perairan Tanjung Karawang.
Banyak diantara mereka tidak kuasa menahan nangis, ketika panitia doa bersama dan tabur bunga menyatakan bahwa mereka berada di lokasi pesawat jatuh. Beberapa bahkan tidak kuasa menahan kesedihan sehingga sampai tidak sadarkan diri. Beberapa terlihat tabah dan saling menguatkan.
Beberapa memilih menaburkan bunga di laut dalam diam, dengan tatapan mata menerawang ke arah laut lepas. Keluarga korban kecelakaan pesawat Lion Air JT 610 difasilitasi untuk melihat lokasi pesawat jatuh untuk berdoa dan menaburkan bunga, Selasa.
Untuk keperluan nengantar keluarga korban, Komando Armada I TNI Angkatan Laut mengerahkan dua kapal, yaitu KRI Banjarmasin-592 dan KRI Banda Aceh-593. Kapal berangkat dari dermaga Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) Tanjung Priok.
Berdialog Dalam perjalanan menuju lokasi pesawat jatuh, di atas KRI Banjarmasin-592, Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Muhammad Syaugi menyempatkan berdialog dengan keluarga korban.
"Kami tetap berusaha mencari sekuat tenaga. Insya Allah. Pasti akan ditemukan," kata Syaugi kepada salah satu keluarga korban.
Baca Juga: Keluarga Tak Kuasa Menahan Tangis di Lokasi Jatuhnya Lion Air
Syaugi menyampaikan dukanya dan memanjatkan doa agar penumpang Lion Air JT 610 yang menjadi korban diampuni dosa-dosanya dan mendapatkan tempat yang layak di sisi Tuhan. Syaugi juga meminta keluarga korban untuk mendoakan tim pencarian dan pertolongan gabungan agar diberi kekuatan dalam melakukan pencarian korban.
Beberapa keluarga korban yang sempat berdialog menyampaikan doa sebagaimana diminta Syaugi.
"Aamiin. Kita saling mendoakan," kata marsekal TNI berbintang tiga itu.
Kepada keluarga korban, Syaugi mengatakan tugas utama tim pencarian dan pertolongan adalah mengevakuasi korban, bukan yang lain. Bila dalam proses pencarian dan evakuasi tim menemukan hal-hal lain berkaitan dengan kecelakaan tersebut, maka juga akan diambil.
"Sampai dengan kemarin, sudah ada 164 kantong jenazah yang ditemukan. Saya akan maksimalkan terus. Insya Allah hari ini akan ditemukan lagi," katanya.
Tentang badan pesawat yang belum ditemukan, Syaugi mengatakan selama ini tim pencarian dan pertolongan memang belum menemukan. Pencarian telah dipersempit pada lingkar 250 meter karena di luar itu sudah tidak lagi ditemukan serpihan atau potongan badan pesawat.
"Kalau memang ditemukan, pasti akan kita ambil," ujarnya.
Operasi Pencarian Perjalanan menuju lokasi pesawat jatuh memakan waktu kurang lebih dua jam. Sekitar 10 menit sebelum sampai di lokasi, Syaugi menyampaikan sambutan dan menyampaikan tentang operasi pencarian.
Menurut Syaugi, pencarian telah diperpanjang hingga Rabu (7/11/2018). Akan ada evaluasi dan analisis sebelum proses pencarian dinyatakan diteruskan atau akan dihentikan.
"Akan kami evaluasi dan analisis apakah ada kemungkinan korban masih bisa ditemukan. Kalau masih ada kemungkinan, akan diperpanjang," katanya.
Sebelum menuju buritan kapal untuk tabur bunga, keluarga korban memanjatkan doa bersama dipimpin para perwira rohani TNI dalam lima agama secara bergantian.
Tangis keluarga korban Lion Air JT 610 sudah mulai pecah saat doa dipanjatkan.
Di atas buritan KRI Banjarmasin-592, Syaugi memberikan keterangan kepada wartawan. Tujuan mengajak keluarga korban ke lokasi pesawat jatuh adalah agar mereka bisa mendoakan penumpang yang menjadi korban lebih dekat.
Selain itu, memberikan kesempatan kepada keluarga korban untuk melihat langsung proses pencarian dan pertolongan yang dilakukan tim gabungan. Saat itu, di lokasi memang masih terdapat beberapa kapal pencarian dan pertolongan.
"Tim pencarian dan pertolongan serius dalam mencari korban. Kami tidak main-main," katanya.
Perhatian masyarakat sedang tertuju pada kecelakaan pesawat Lion Air JT 610 rute Jakarta-Pangkal Pinang. Awalnya pesawat dilaporkan hilang kontak pada Senin (29/10) pukul 06.33 WIB dengan posisi terakhir yang terdeteksi pada koordinat 107,07 Bujur Timur dan 05,46 Lintang Selatan.
Koordinat tersebut berjarak 34 mil laut dari Jakarta, 25 mil laut dari Tanjung Priok dan 11 mil laut dari Tanjung Karawang. Dalam jumpa pers beberapa jam setelah pesawat dilaporkan hilang kontak, Kepala Basarnas M Syaugi mengatakan "Emergency Locator Transmitter" (ELT) dari pesawat Lion Air JT 610 tidak terdeteksi oleh "Medium Earth Orbit Local User Terminal" (MEOLUT) Basarnas.
"Kami sampai bertanya ke Australia yang juga memiliki MEOLUT. Ternyata MEOLUT Australia juga tidak mendeteksi ELT Lion Air JT 610," katanya.
Sementara itu, Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono menduga ELT tidak menyala karena ikut tenggelam bersama badan pesawat.
Menurut Soerjanto, ELT seharusnya menyala ketika badan pesawat menghadapi tekanan tertentu yang diperkirakan sebagai awal dari kecelakaan. Bila sudah tenggelam, ELT tidak bisa mengirimkan sinyal karena sinyalnya merambat melalui udara.
Di dalam air, pesawat akan mengeluarkan sinyal melalui "underwater locator beacon" (ULB) yang berupa bunyi "ping" terus menerus. Untuk mendeteksi pesawat di dalam air, digunakan "pinger finder".
Dalam proses pencarian, tim gabungan telah menemukan salah satu bagian dari kotak hitam yang berisi rekaman data penerbangan. Dari analisis rekaman data penerbangan, diketahui indikator kecepatan Boeing 737 Max 8 yang baru berusia dua bulan itu rusak sehingga pilot sulit mengendalikan pesawat.
Dalam komunikasi dengan menara pengendali lalu lintas penerbangan, pilot juga diketahui sempat menanyakan kecepatan pesawat yang dia kendalikan. (Antara)
Berita Terkait
-
Cita-cita Jadi Pelayar, Naning Terngiang Janji Putranya
-
Keluarga Tak Kuasa Menahan Tangis di Lokasi Jatuhnya Lion Air
-
Cara Kabasarnas Tenangkan Keluarga Korban Sebelum Doa Bersama
-
Masuk ke Ruang Otopsi Potongan Jenazah Korban Lion Air JT 610
-
Di Atas KRI 592 Banjarmasin, Keluarga Korban Lion Air Berdoa
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
Cuma Mampu Kurangi Pengangguran 4.000 Orang, BPS Rilis Data yang Bikin Kening Prabowo Berkerut
-
Rugi Triliunan! Emiten Grup Djarum, Blibli PHK 270 Karyawan
-
Angka Pengangguran Indonesia Tembus 7,46 Juta, Cuma Turun 4.000 Orang Setahun!
-
HUT ke 68 Bank Sumsel Babel, Jajan Cuma Rp68 Pakai QRIS BSB Mobile
-
6 Rekomendasi HP Snapdragon Paling Murah untuk Kebutuhan Sehari-hari, Mulai dari Rp 1 Jutaan
Terkini
-
MKD Jelaskan Pertimbangan Adies Kadir Tidak Bersalah: Klarifikasi Tepat, Tapi Harus Lebih Hati-hati
-
Dinyatakan Bersalah Dihukum Nonaktif Selama 6 Bulan Oleh MKD, Sahroni: Saya Terima Lapang Dada
-
Ahmad Sahroni Kena Sanksi Terberat MKD! Lebih Parah dari Nafa Urbach dan Eko Patrio, Apa Dosanya?
-
MKD Ungkap Alasan Uya Kuya Tak Bersalah, Sebut Korban Berita Bohong dan Rumah Sempat Dijarah
-
Polda Undang Keluarga hingga KontraS Jumat Ini, 2 Kerangka Gosong di Gedung ACC Reno dan Farhan?
-
Saya Tanggung Jawab! Prabowo Ambil Alih Utang Whoosh, Sindir Jokowi?
-
Said Didu Curiga Prabowo Cabut 'Taring' Purbaya di Kasus Utang Whoosh: Demi Apa?
-
Tragedi KKN UIN Walisongo: 6 Fakta Pilu Mahasiswa Terseret Arus Sungai Hingga Tewas
-
Uya Kuya Dinyatakan Tidak Melanggar Kode Etik, Kini Aktif Lagi Sebagai Anggota DPR RI
-
Dendam Dipolisikan Kasus Narkoba, Carlos dkk Terancam Hukuman Mati Kasus Penembakan Husein