Sebuah pernyataan dari pemerintah Israel membantah menempatkan batasan usia pada izin bagi warga Palestina Kristen Gaza untuk melakukan perjalanan ke Tepi Barat yang diduduki.
"Izin disetujui dan dikeluarkan sesuai dengan protokol dan kriteria yang relevan, dan tunduk pada izin keamanan standar," demikian pernyataan itu.
'Satu orang'
Meski berada dalam kepungan dan terjerat peraturan diskriminatif, umat Kristiani di Gaza tetap melakukan perlawanan.
Natal tahun 2018 ini, mereka tetap melakukan perayaan dan mengangkat tema “Natal dan Persatuan Palestina untuk Kemerdekaan.”
Perayaan pra-natal tahun ini digelar di halaman depan Asosiasi Kristen Muda (YMCA) di Gaza, Sabtu (22/12) akhir pekan lalu.
Dalam perayaan itu, umat Kristen, Islam, dan politikus dari berbagai spektrum tumpah ruah menikmati malam festival.
Satu pohon Natal besar dihias dan dilengkapi lampu kerlap-kerlip yang gemerlap. Sekelompok paduan suara tampil diiringi musik dan kibaran bendera nasional Palestina. Para orangtua, pemuda, dan anak-anak berbakapakain ala Sinterklas.
"Natal bagi kami adalah perlawan. Walau dikepung dan dihalangi, dilarang ke Betlehem, bagi kami Natal bisa dirayakan di mana pun,” kata Elias Al Jilda, anggota dewan YMCA.
Baca Juga: Baru Rilis, Xiaomi Mi Play Disusun Jadi Pohon Natal
"Melalui perayaan kami, kami menunjukkan kepada dunia cinta kami untuk kehidupan dan tanah air kami, karena kami menunjukkan bahwa kami, sebagai orang Palestina, akan terus mencari martabat dan kebebasan melalui hal-hal yang paling sederhana."
Sementara Wali Kota Gaza Ibrahim Abu Al Naja yang berafiliasi dengan kelompok puritan Hamas mengatakan, "Kehadiran kami di sini menunjukkan bahwa kami adalah satu orang, tanpa tempat untuk kebencian dan diskriminasi di antara kami.”
"Hari-hari kebahagiaan kita hanya sedikit, tetapi kita harus tetap menunjukkan penindas kita bahwa meskipun blokade, kita akan bersukacita dan menyalakan pohon Natal."
Bagi sebagian orang, menyalakan pohon Natal adalah tanda harapan untuk hal-hal yang lebih baik yang akan datang.
"Kami sangat berharap untuk kehidupan yang damai dan aman; di mana blokade dicabut dan Tepi Barat bersatu kembali dengan Gaza," Majid al-Amsh, seorang anggota YMCA, mengatakan kepada Al Jazeera.
***
Berita Terkait
Terpopuler
- Terungkap! Kronologi Perampokan dan Penculikan Istri Pegawai Pajak, Pelaku Pakai HP Korban
- Promo Superindo Hari Ini 10-13 November 2025: Diskon Besar Awal Pekan!
- 5 Rekomendasi Motor yang Bisa Bawa Galon untuk Hidup Mandiri Sehari-hari
- Terbongkar dari Tato! Polisi Tetapkan Pria Lawan Main Lisa Mariana Tersangka Kasus Video Porno
- Buntut Tragedi SMA 72 Jakarta, Pemerintah Ancam Blokir Game Online Seperti PUBG
Pilihan
-
6 HP RAM 8 GB Paling Murah dengan Spesifikasi Gaming, Mulai Rp1 Jutaan
-
Keuangan WIKA 'Berlumur Darah' Imbas Whoosh, Bosnya Pasrah Merugi
-
Respons Berkelas Dean James usai Bikin Gol Spektakuler ke Gawang Feyenoord
-
Pahitnya Niat Baik: Guru Dipecat Karena Kumpulkan Rp20 Ribu untuk Gaji Honorer
-
Pemerintah Mau 'Bebaskan' Reynhard Sinaga, Predator Seksual Terkejam di Sejarah Inggris
Terkini
-
Asfinawati Nilai Ada 'Main Politik' di Balik Mandeknya Kasus HAM di Kejagung
-
Ribka Tjiptaning Dilaporkan ke Bareskrim, Organisasi Sayap PDIP Singgung Pembungkaman Suara Kritis
-
Dipolisikan Buntut Ucapan Soeharto Pembunuh Rakyat, Ribka PDIP Tak Gentar: Dihadapi Saja
-
Diprotes Dewan, Pramono Bantah Ada Pemangkasan Anggaran Subsidi Pangan di 2026
-
Prabowo Terima Kunjungan Mantan PM Australia di Hotel Tempat Menginap, Ini yang Dibahas
-
Angka Perkawinan Anak Turun Jadi 5,9 Persen, KemenPPPA Waspadai Perubahan ke Nikah Siri
-
Jadi Lingkaran Setan Kekerasan, Kenapa Pelanggaran HAM di Indonesia Selalu Terulang?
-
Tindak Setegas-tegasnya! Geram Gubernur Pramono Soal 3 Karyawan Transjakarta Dilecehkan
-
Panas di Senayan: Usulan BPIP Jadi Kementerian Ditolak Keras PDIP, Apa Masalahnya?
-
Ahmad Luthfi Komitmen Berikan Pemberdayaan Kepada Perempuan