Suara.com - Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Andi Arief mengaku rumahnya yang berada di Lampung baru saja digeruduk polisi. Ia pun mempertanyakan kepada Kapolri alasan penggerudukan tersebut.
Kabar akan penggerudukan itu diungkap langsung oleh Andi Arief melalui Twitter pribadinya @AndiArief_ pada Jumat (4/1/2019) siang pukul 11.20 WIB.
"Rumah saya di Lampung digeruduk dua mobil Polda mengaku cyber. Pak Kapolri apa salah saya. Saya akan hadir secara baik-baik kalau saya diperlukan," tulis Andi Arief.
Menurut dia, ia mengetahui rumahnya digeruduk polisi dari laporan seseorang yang ada di Lampung.
"Rumah saya di Lampung yang di Kedaton. Orang yang di Lampung telepon," ujar dia.
Tidak sampai di situ, melalui cuitan lain, Andi Arief meminta agar Presiden Joko Widodo atau Jokowi turun tangan menghentikan aksi penggerudukan itu.
"Ini bukan negara komunis. Penggerudukan rumah saya di Lampung seperti negara komunis. Mohon hentikan Bapak Presiden," cuit Andi Arief.
Diketahui, Andi Arief merupakan politisi Partai Demokrat yang memang kerap bersuara lantang khususnya di media sosial Twitter. Baru-baru ini, ia berkicau soal dugaan ada 7 kontainer surat suara yang sudah tercoblos berada di Pelabuhan Tanjung Priok. Namun belakangan setelah dicek kabar itu disebut hoaks.
Meski belakangan cuitannya telah dihapus dari Twitter, cuitan Andi Arief memantik reaksi sejumlah kalangan, khususnya dari kubu Jokowi. Ia pun resmi dilaporkan ke Bareskrim Mabes Polri atas dugaan hoaks surat suara tercoblos itu.
Baca Juga: Brigpol Dewi Dipecat karena Selingkuh dan Kirim Foto Bugil Dirinya ke Napi
Andi Arief disangkakan melanggar Undang-Undang No 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum dan Pasal 517 Penyebaran Berita Hoaks Undang-Undang No 1 Tahun 1946 tentang KUHP dan Pasal 14 junto Pasal 15.
Selanjutnya pencemaran nama baik melalui media elektronik sesuai Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Pasal 27 Ayat 3 junto Pasal 45 Ayat 3.
Berita Terkait
-
Rumah Andi Arief Digeruduk Polisi
-
Baju Putih dan Peci Hitam di Surat Suara, Ma'ruf Amin: Filosofinya Bersih
-
Terjerat Kasus Hoaks, Kubu Prabowo Beri Bantuan Hukum Kepada Andi Arief
-
Arti Foto Serba Putih Jokowi - Maruf Amin di Surat Suara Pilpres 2019
-
Polisi Rahasiakan Keterangan Kasus Hoaks 7 Kontainer Surat Suara Tercoblos
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- 9 Mobil Bekas dengan Rem Paling Pakem untuk Keamanan Pengguna Harian
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
Pilihan
-
Bank Dunia Ingatkan Menkeu Purbaya: Defisit 2027 Nyaris Sentuh Batas Bahaya 3%
-
Kelangsungan Usaha Tidak Jelas, Saham Toba Pulp Lestari (INRU) Digembok BEI Usai Titah Prabowo
-
Satu Calon Pelatih Timnas Indonesia Tak Hadiri Proses Wawancara PSSI, Siapa?
-
5 HP Tahan Air Paling Murah untuk Keamanan Maksimal bagi Pencinta Traveling
-
Rupiah Dijamin Stabil di Akhir Tahun, Ini Obat Kuatnya
Terkini
-
KPK Rampungkan Penyidikan, Noel Ebenezer Cs Segera Diadili Kasus Pemerasan K3
-
Prabowo Pastikan Hunian Tetap Dibangun, Korban Bencana Sumatra Dapat Huntara Lebih Dulu
-
Tragis! Tergelincir di Tikungan, Pemotor Tewas Seketika Disambar Bus Mini Transjakarta
-
Wafat di Pesawat Usai Tolak Tambang Emas, Kematian Wabup Sangihe Helmud Hontong Kembali Bergema
-
PLN Pastikan Kesiapan SPKLU Lewat EVenture Menjelang Natal 2025 & Tahun Baru 2026
-
Soal Polemik Perpol Baru, Kapolri Dinilai Taat Konstitusi dan Perkuat Putusan MK
-
Kritik Penunjukan Eks Tim Mawar Untung sebagai Dirut Antam, KontraS: Negara Abai Rekam Jejak HAM!
-
Mendagri Tito Serahkan Bantuan untuk Warga Terdampak Bencana di Sumbar
-
Detik-Detik Pengendara Motor Tewas Tertabrak Bus Minitrans di Pakubuwono Jaksel
-
Jawab Kritik Rektor Paramadina, Wamendiktisaintek Tegaskan Fokus Pemerintah Bukan Kuota PTN