Suara.com - Sekelompok orang yang menamakan diri sebagai suku Anak Bebas, tengah naik daun di India. Mereka memercayai memunyai hak untuk tak dilahirkan. Sebab, anak-anak tak boleh menderita di dunia dan cara terbaik buat meredakan konflik di Bumi.
Raphael Samuel, pemuda berusia 27 tahun di Mumbai, India, telah berketapan hati untuk menyeret kedua orangtuanya ke pengadilan karena hal yang dianggapnya menyalahi aturan: melahirkan dirinya tanpa persetujuannya.
"Saya mencintai ibu dan ayah. Kami juga memunyai hubungan yang hebat. Tapi, mereka memiliki saya untuk kegembiraan dan kesenangannya saja. Sementara saya, sebenarnya tak mau dilahirkan di dunia,” tutur Samuel kepada The Print, Kamis (31/1/2019).
Ia menuturkan, memunyai tujuan yang baik saat memutuskan menuntut kedua orangtuanya ke pengadilan karena telah melahirkan dirinya.
“Saya ingin memberi tahu ke semua anak-anak di India, bahwa mereka tak berutang apa pun kepada orang tua. Kita lahir di dunia bukan atas persetujuan diri sendiri, tapi untuk kesenangan orang tua belaka.”
Samuel menuturkan, hidupnya terbilang luar biasa. Namun, ia tak memahami kenapa dia di dunia harus menjalani kehidupan penuh pergolakan di sekolah, atau bersusah payah membangun karier.
“Padahal saya tak meminta semua itu saat dilahirkan oleh ibu. Artinya, ini adalah kesalahan,” tudingnya.
Anti-Natalisme
Samuel dan teman-temannya yang membentuk suku Anak Bebas, menamakan keyakinan mereka sebagai Anti-Natalisme.
Baca Juga: Bisa Suburkan Seks Bebas, PKS Tolak RUU Penghapusan Kekerasan Seksual
Keyakinan itu terdengar dramatis. Anti-natalis seperti Samuel, tidak memiliki disposisi negatif terhadap anak-anak atau kehidupan.
Tapi, mereka hanya memercayai bahwa bila seorang anak belum setuju untuk dilahirkan—dan dengan demikian menjadi subyek kesulitan hidup—maka seseorang (orangtua) tidak memiliki hak untuk melahirkannya.
"Orang-orang India lainnya harus tahu, bahwa tidak memiliki anak adalah pilihan. Sementara anak-anak yang sudah dilahirkan berhak menuntut orangtua sebuah jawaban pertanyaan mengapa kalian melahirkanku,” kata Samuel.
Gerakan Sukarela Kepunahan Manusia
Samuel adalah bagian dari suku pendukung Anak Bebas, yang tengah berkembang pesat di India. Terkadang, mereka menyebut kelompoknya sebagai Gerakan Sukarela Kepunahan Manusia atau Efilis—prinsip bahwa anak-anak tak boleh dibawa ke dunia.
Kelompok ini di India bercita-cita bisa membuat struktur hingga ke tingkat nasional. Oleh para kritikus, mereka disebut sebagai gerakan ‘setop membuat bayi’.
Aktivis beken kelompok ini adalah Pratima Naik, seorang lulusan teknik yang berbasis di Bengaluru. Seperti Samuel, Naik masih muda, 28 tahun, dan berkomitmen untuk tidak pernah memiliki anak.
"Ini adalah gerakan yang sepenuhnya sukarela, tanpa kekerasan," kata Naik. "Kami tidak ingin memaksakan kepercayaan kami kepada siapa pun, tetapi lebih banyak orang perlu mempertimbangkan mengapa memiliki anak di dunia saat ini tidak benar."
Naik mengatakan, ada banyak alasan untuk bergabung untuk tidak menyerah pada tekanan masyarakat untuk bereproduksi.
“Dengan banyaknya bayi yang dilahirkan, Bumi semakin tegang. Hampir tak ada jaminan anak-anak dilahirkan sudah langsung bahagia. Contohnya saja, ada banyak anak yang membutuhkan diadopsi. Seharusnya, anak-anak yang tak memunyai orangtua ini dibahagiakan lebih dulu, bukan melahirkan bayi-bayi baru.”
Ia menjelaskan, kaum muda di perkotaan India kekinian sebenarnya telah banyak yang memutuskan untuk tak menikah atau tidak memiliki anak.
Namun, setiap kaum muda yang memilih seperti itu selalu distigma oleh masyarakat karena masih kuatnya budaya feodal.
“Karenanya, gerakan kami ada untuk meringankan beban mereka dari semua stigma tersebut,” kata Naik.
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
Nama PBNU Terseret Kasus Haji, KPK Buka Suara: Benarkah Hanya Incar Orangnya, Bukan Organisasinya?
-
Rentetan Kasus Keracunan Makan Bergizi Gratis, DPD Minta BGN Kurangi Jumlah Penerima MBG
-
Asmara Berujung Maut di Cilincing: Pemuda Tewas Dihabisi Rekan Sendiri, Kamar Kos Banjir Darah!
-
Video Gibran Tak Suka Baca Buku Viral Lagi, Netizen Bandingkan dengan Bung Hatta
-
KPK Ungkap Kasus Korupsi Kuota Haji, Libatkan Hampir 400 Biro Perjalanan
-
Nabire Diguncang Gempa Berkali-kali, Jaringan Internet Langsung Alami Gangguan
-
KPK Sita Uang Hingga Mobil dan Tanah dari Dirut BPR Jepara Artha dalam Kasus Kredit Fiktif
-
Terungkap! Modus Oknum Kemenag Peras Ustaz Khalid Basalamah dalam Kasus Kuota Haji
-
PWNU DKI Ingatkan soal Transformasi PAM Jaya: Jangan Sampai Air Bersih Jadi Barang Dagangan
-
Satgas PKH Tertibkan Tambang Ilegal di Maluku Utara: 100 Hektar Hutan Disegel, Denda Menanti!