Suara.com - Pemon, suku asli yang tinggal di sepanjang perbatasan Venezuela dan Brazil, bersedia menerima bantuan dari luar negeri yang mungkin masuk ke wilayah negara yang sedang dilanda krisis itu.
Bahkan, jika hal itu berarti mereka bertikai dengan dengan pasukan keamanan Venezuela dan pemerintah Presiden Nicolas Maduro.
Di tengah-tengah keruntuhan ekonomi yang telah menyebabkan kekurangan gizi dan eksodus jutaan orang, bantuan kemanusiaan telah menjadi titik panas dalam krisis politik yang meningkat.
Pemimpin oposisi Juan Guaido mengatakan pekan lalu koalisi global, yang termasuk Amerika Serikat, mengirim makanan dan obat-obatan ke titik-titik penampungan di Kolombia, Brazil dan sebuah pulau Karibia, yang tak diungkap namanya, sebelum meneruskan bantuan ke Venezuela.
Brazil telah bergabung dengan AS serta sebagian besar negara di Amerika Latin dan Eropa yang mengakui Guaido sebagai pemimpin sementara yang sah di Venezuela. Mereka berargumen bahwa Maduro terpilih kembali dalam pemungutan suara yang penuh kecurangan pada Mei 2018.
Maduro membantah Venezuela berada dalam krisis, dengan menyatakan apa yang terjadi saat ini merupakan bagian dari persekongkolan yang diarahkan AS untuk memengaruhi dan menggulingkan pemerintahannya.
Enam pemimpin komunitas Pemon yang tinggal di kotapraja "Gran Sabana" (atau Savana Besar), yang berbatasan dengan Brazil, mengatakan kepada Reuters bahwa kebutuhan mendesak suku asli tersebut harus mengalahkan politisasi bantuan kemanusiaan.
Gran Sabana, yang berada di bagian selatan negara bagian Bolivar, adalah satu-satunya perlintasan antara Venezuela dan Brazil.
"Kami secara fisik siap - tanpa senjata - dan bersedia membuka perbatasan untuk menerima bantuan kemanusiaan," kata Walikota Gran Sabana, Emilio Gonzalez.
Baca Juga: Survei: Elektabilitas Jokowi-Ma'ruf Turun, Prabowo-Sandi Unggul di Sumatera
"Garda nasional atau pemerintah tak bisa menghentikan ini." Komunitas-komunitas penduduk asli merasa bangga dengan tingkat otonomi yang lebih besar daripada yang lain di Venezuela.
Gubernur Bolivar dan panglima militer untuk kawasan Guayana, yang mencakup negara bagian Bolivar dan Amazonas, belum memberi komentar.
"Kami suku asli Gran Sabana dan kami tidak mengizinkan sejumlah jenderal dari luar memutuskan bagi kami," ujar Jorge Perez, anggota dewan kawasan itu untuk komunitas-komunitas suku asli.
"Kami adalah pihak berwenang yang sah." Perez mengatakan ia melakukan kunjungan harian ke rumah sakit lokal. Ri sana, para pasien dan dokter putus asa karena kekurangan obat-obatan.
"Untuk keadaan darurat, kami membawa mereka ke Brazil - ini memalukan; rumah sakit Boa Vista penuh dengan para pasien Venezuela," tambah dia.
Boa Vista, ibu kota negara bagian Roraima, yang terletak di perbatasan Brazil dan Venezuela, telah menerima puluhan ribu warga Venezuela yang menghindari pergolakan dalam beberapa tahun belakangan ini.
Berita Terkait
-
Korban Tewas Akibat Bendungan Ambruk di Brazil Capai 142 Orang
-
Dilanda Krisis, 5.000 Orang Tinggalkan Venezuela Setiap Hari
-
Venezuela Bekukan Aset Pribadi 'Presiden Sementara' yang Didukung AS
-
Perempuan Venezuela Ramai-ramai Jual Rambut untuk Beli Makanan Hingga Popok
-
Canggih, Pakaian Buatan Brazil Ini Bisa Minimalisir Pelecehan Seksual
Terpopuler
- 7 Sepatu New Balance Diskon 70 Persen di Sports Station, Mulai Rp100 Ribuan
- Petugas Haji Dibayar Berapa? Ini Kisaran Gaji dan Jadwal Rekrutmen 2026
- 5 Mobil Bekas Selevel Innova Budget Rp60 Jutaan untuk Keluarga Besar
- Liverpool Pecat Arne Slot, Giovanni van Bronckhorst Latih Timnas Indonesia?
- 5 Pilihan Ban Motor Bebas Licin, Solusi Aman dan Nyaman buat Musim Hujan
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Diminta Jangan Banyak Omon-omon, Janji Tak Tercapai Bisa Jadi Bumerang
-
Trofi Piala Dunia Hilang 7 Hari di Siang Bolong, Misteri 59 Tahun yang Tak Pernah Tuntas
-
16 Tahun Disimpan Rapat: Kisah Pilu RR Korban Pelecehan Seksual di Kantor PLN
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Makin Pedas
-
FIFA Atur Ulang Undian Piala Dunia 2026: 4 Tim Unggulan Dipastikan Tak Segrup
Terkini
-
Jeritan Hati Anak Riza Chalid dari Penjara: Ayah Saya Difitnah, Saya Bukan Penjahat Besar
-
Setuju TNI Jaga Kilang, Bahlil Bicara Sabotase dan Potensi Ancaman
-
Sindir Ada Pihak Tak Waras Beri Informasi Sesat, Rais Syuriyah Bawa-bawa Elite NU
-
KPK Sebut Belum Terima Salinan Keppres Rehabilitasi, Eks Dirut ASDP Ira Puspadewi Batal Bebas Besok?
-
Heboh Isu Jokowi Resmikan Bandara IMIP, PSI: Ada yang Memanipulasi Fakta
-
Arya Daru 24 Kali Check In Hotel dengan Rekan Kerja, Polisi Didesak Dalami Jejak Vara!
-
DPR Desak Kemenkes Sanksi Tegas 4 RS di Papua yang Tolak Pasien Ibu Hamil
-
Gerindra Luncurkan Layanan Informasi Partai Berbasis AI, Kemenakan Prabowo Singgung Transparansi
-
RUU Kesejahteraan Hewan Maju ke DPR, DMFI: Saatnya Indonesia Beradab
-
Buntut Surat Edaran, PBNU Akan Gelar Rapat Pleno Tentukan Nasib Gus Yahya