Suara.com - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan selama era Presiden Joko Widodo atau Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla ada 782 mafia pangan yang diproses hukum karena mengganggu stabilitas harga pangan.
"Kami sering diancam dan siang malam diganggu mafia pangan. Akan tetapi, tidak menggentarkan kami," katanya saat pidato di depan 10.000 petani Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Kamis (21/2/2019).
Bahkan, sebanyak 409 mafia tersebut diantarkan ke penjara oleh Satuan Tugas (Satgas) Pangan.
Andi Amran Sulaiman menegaskan bahwa tidak ada ruang bagi mafia untuk mempermainkan rakyat, khususnya petani Indnesia.
Selain itu, banyak yang bilang kepadanya tindakan tegas dengan memproses hukum mafia pangan tersebut harus berhati-hati.
Akan tetapi, dia tidak surut untuk membantu petani dari cengkeraman mafia sebab dirinya sudah berjanji untuk mewakafkan diri bagi petani dan rakyat Indonesia.
"Tidak ada sedikit pun rasa takut untuk terus memberantas mafia-mafia pangan," ujarnya seperti dilansir Antara.
Keberadaan mafia itu, katanya lagi, harus diberantas karena tidak hanya mengganggu petani saja, tetapi hingga konsumen. Mereka mengambil keuntungan dengan cara memainkan harga. Harga di tingkat petani murah tetapi di pasaran mahal.
Dengan cara seperti, hingga saat ini harga terus stabil karena menjadi Mentan tersebut memang berat harga di tingkat petani harus stabil, tetapi harga di pasaran tetap tidak memberatkan.
Baca Juga: 17 Orang Tewas Diserang Sekelompok Penggembala Bersenjata di Nigeria
"Memang sekarang banyak yang sengaja membuat gaduh dan melakukan politisasi terhadap pangan, salah satunya adalah jagung, padahal kami sudah menurunkan jumlah impor jagung," katanya.
Di sisi lain, Amran pun menjelaskan terkait dengan gaduhnya soal impor jagung.
Sebelum pemerintahan Jokowi-JK, Indonesia impor jagung dari Argentina dan Amerika Serikat sebanyak 3.000.000 ton. Akan tetapi, sekarang hanya 180.000 ton, bahkan saat ini Indonesia sudah ekspor jagung 380.000 ton.
"Dengan demikian, jagung sudah surplus," Amran.
Berita Terkait
-
Mentan Saksikan Panen Jagung Melimpah di Tuban
-
Dahnil Anzar Ceritakan Hal yang Membuat Dirinya Mau Jadi Jubir Prabowo
-
Neraca Perdagangan Pertanian Indonesia 2018 Surplus US$10 Miliar
-
Pacu Produksi Jagung Nasional, Kementan Siapkan 4 Solusi Permanen
-
Panen Raya Jagung di Lamongan, Mentan Harapkan Petani Bisa Suplai Pasar
Terpopuler
- 10 Sunscreen untuk Flek Hitam Terlaris di Shopee yang Bisa Kamu Coba
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- Lebih Murah dari Innova Zenix: 5 Mobil 7 Seater Kabin Lega Cocok untuk Liburan Keluarga Akhir Tahun
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- 7 Mobil 8 Seater Termurah untuk Keluarga, MPV hingga SUV Super Nyaman
Pilihan
-
4 HP Memori 256 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer yang Ingin Install Banyak Game
-
Disebut Menteri Berbahaya, Menkeu Purbaya Langsung Skakmat Hasan Nasbi
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
Terkini
-
Gempa Magnitudo 6,5 Leeward Island, BMKG: Tidak Ada Potensi Tsunami di Indonesia
-
Kewenangannya Dicabut, Karen Agustiawan Klaim Tak Tahu Soal Penyewaan Tangki BBM Anak Riza Chalid
-
Babak Baru Skandal Whoosh: Pakar Hukum Desak KPK 'Seret' Jokowi ke Meja Pemeriksaan
-
Karen Agustiawan Ungkap Fakta TBBM Merak: Kunci Ketahanan Energi Nasional atau Ladang Korupsi?
-
Blok M Bangkit Lagi! Gubernur DKI Janjikan Sistem Parkir Satu Pintu, Minta Warga Naik Transum
-
KCIC Siap Bekerja Sama dengan KPK soal Dugaan Mark Up Anggaran Proyek Kereta Cepat Whoosh
-
Mendagri Tito Karnavian Buka-bukaan, Ini Biang Kerok Ekonomi 2 Daerah Amblas!
-
Sidang Kasus Korupsi Pertamina, Karen Agustiawan Ungkap Tekanan 2 Pejabat Soal Tangki Merak
-
Ultimatum Gubernur Pramono: Bongkar Tiang Monorel Mangkrak atau Pemprov DKI Turun Tangan!
-
Drama Grup WA 'Mas Menteri': Najelaa Shihab dan Kubu Nadiem Kompak Bantah, tapi Temuan Jaksa Beda