Suara.com - Sebuah tajuk ditulis oleh Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, untuk memperingati milad ke-84 sesepuh mereka, Ahmad Syafii Maarif atau yang karib disapa Buya Syafii Maarif.
Tulisan berjudul 'Buya Syafii Mencintai Muhammadiyah' tersebut diunggah ke laman situs resmi milik Muhammadiyah. Tajuk itu dipublikasikan pada 31 Mei 2019, di hari milad Buya Syafii Maarif.
Banyak hal, termasuk pandangan Muhammadiyah terhadap Buya Syafii Maarif, ditumpahkan dalam tulisan sepanjang 10 paragraf itu. Pun ditulis kelakar Buya Syafii Maarif ketika awal-awal dipanggil Buya.
Dalam tulisannya, Haedar Nashir menyebut betapa Buya Syafii Maarif menjadi panutan bagi Muhammadiyah. Dia menyebut Buya Syafii Maarif sebagai tokoh yang egaliter, humanis dan demokratis.
Haedar Nashir mengibaratkan sosok Buya Syafii Maarif sebagai rajawali yang enggan membangun sarangnya. Ya, Buya Syafii Maarif tak membangun dinasti untuk diri dan keluarganya, tetapi untuk Muhammadiyah.
Berikut tulisan lengkap Haedar Nashir yang dilansir SUARA.com dari laman situs Muhammadiyah.or.id, Jumat (31/5/2019):
Buya Syafii Mencintai Muhammadiyah
Oleh: Haedar Nashir (Ketua Umum PP Muhammadiyah)
Hari ini 31 Mei 2019 Prof Dr H Ahmad Syafii Maarif berulang tahun ke-84. Kita akrab menyebutnya Buya atau Buya Syafii. Meski, ketika awal dipanggil Buya, sering beliau menimpali dengan seloroh, "Apa Buya, nanti buaya". Jawaban sangat egaliter seperti orangnya.
Baca Juga: Usul Bikin Zaken Kabinet, Buya Syafii: Agar Presiden Jokowi Berdaulat
Kita sulit menemui tokoh besar yang begitu egaliter, humanis, dan demokratis seperti sosok kelahiran Sumpur Kudus Sumatra Barat ini. Dikritik, disela, dan bahkan dihujatpun tak pernah marah dan menunjukkan murka. Selalu senyum dan menjawab, "biarkan saja", ketika banyak hujatan kepadanya karena pikiran dan pernyataannya yang bagi sebagian menudingnya liberal.
Hal yang menakjubkan dari Ketua PP Muhammadiyah 2000-2005 ini ialah pengkhidmatannya yang luar biasa untuk Muhammadiyah, selain untuk umat dan bangsa. Sering ketemu selalu berpesan, "Dar, jaga Muhammadiyah".
Pasca tidak menjadi Ketua PP Muhammadiyah, Buya Syafii masih terus berkhidmat untuk Persyarikatan. Beliau sendiri yang minta menjadi Ketua Panitia Pembangunan Madrasah Muallimin di area baru. Padahal pasca gempa Yogya, Buya sudah membangunkan gedung utama Madrasah bersejarah tempat dirinya menimba ilmu itu. Kini gedung baru di lahan sekitar 6 hektar itu sedang dibangun kampus baru Muallimin senilai sekitar 500 milyar. Buya ke sana ke mari mencarikan dana dengan resiko ada yang kritik dan kadang sinis. Tapi beliau tetap jalan demi Muallimin sekolah kader kebanggaan Muhammadiyah.
Di usianya yang senja, Buya tidak membangun dinasti untuk diri dan keluarganya, tetapi untuk Muhammadiyah. Kecintaannya pada Muhammadiyah lahir dari hati, tidak dengan retorika dan citra. Kepada anak-anak di Suara Muhammadiyah pun selalu mendampingi. Selalu berpesan dan mengajak kerja keras agar SM baik majalah maupun perusahaan semakin besar dan maju. Ketika bertemu, selalu bertanya, "bagaimana Muhammadiyah?. Lalu berpesan, "jaga kekompakan Persyarikatan ya". Ucapannya tidak basa-basi, keluar dari hati.
Kami hormat dan merasa kecil menyaksikan kiprah Buya Syafii. Demikian pula dengan sosok-sosok bersahaja seperti Pak Muhlas Abror dan Pak Rosyad Sholeh. Itulah figur-figur tulus dan otentik Muhammadiyah. Apa yang keluar dari ucapannya ialah suara hati, tidak dibuat-buat. Komitmen dan pikirannya tentang Muhammadiyah selain paham jg lahir dari penghayatan yang menyatu dengan pengkhidmatannya. Ketiganya selalu berusaha memposisikan Muhammadiyah dalam koridornya sebagai gerakan dakwah dan ormas keagamaan sesuai Kepribadian dan Khittah. Tidak berusaha menarik-narik organisasi Islam ke politik praktis dan yang tidak sejiwa dengan karakter gerakan Islam yang didirikan Kyai Ahmad Dahlan tahun 1912 itu.
Sikap hidup ketiganya sama sekali jauh dari pencitraan ala burung merak, tetapi apa adanya. Tdak biasa berselancar dalam ucapan dan tindakannya. Sosok-sosok seperti ini mungkin tidak heroik di sebagian kalangan umat atau warga Persyarikatan, namun sungguh kuat jiwa keteladanan dan pengkhidmatannya. Ketiganya seperti pada umumnya tokoh dan lebih-lebih kita memilki kekurangan, tetapi tulus dan menujukkan bukti kata sejalan tindakan. Jika menyangkut Muhammadiyah tidak menuntut yang tidak semestinya, apalagi sampai menghakimi Perayarikatan dengan pernyataan-pernyataan negatif. Muhammadiyah selalu dihimbau agar tetap dalam jatidirinya sebagai gerakan Islam dan dakwah yang sejalan Kepribadian dan Khittah.
Berita Terkait
-
Muhammadiyah Tetapkan Idul Fitri 1440 Hijriah Jatuh pada Tanggal 5 Juni
-
Muhammadiyah: Mustofa Nahra Tersangka Hoaks Tak Aktif 2 Tahun Terakhir
-
Muhammadiyah Kecam Ulah Para Perusuh di Jakarta
-
Ungkap Penyebab Ratusan KPPS Gugur, Muhammadiyah Bentuk Tim Dokter Forensik
-
Usul Bikin Zaken Kabinet, Buya Syafii: Agar Presiden Jokowi Berdaulat
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
Kemendagri Batalkan Mutasi Kepala SMPN 1 Prabumulih, Wali Kota Arlan Terancam Sanksi
-
DPW dan DPC PPP dari 33 Provinsi Deklarasi Dukung M Mardiono Jadi Ketua Umum
-
Menteri HAM Natalius Pigai Sebut Orang Hilang 'Belum Terlihat', YLBHI Murka: Denial!
-
Dari Dirut Sampai Direktur, Jajaran BPR Jepara Artha Kini Kompak Pakai Rompi Oranye
-
Pemeriksaan Super Panjang, Hilman Latief Dicecar KPK Hampir 12 Jam soal Kuota Haji
-
Dikira Hilang saat Demo Ricuh, Polisi Ungkap Alasan Bima Permana Dagang Barongsai di Malang
-
Tito Karnavian: Satpol PP Harus Humanis, Bukan Jadi Sumber Ketakutan
-
Wamenkum Sebut Gegara Salah Istilah RUU Perampasan Aset Bisa Molor, 'Entah Kapan Selesainya'
-
'Abuse of Power?' Kemendagri Sebut Wali Kota Arlan Langgar Aturan Copot Kepala SMP 1 Prabumulih
-
Strategi Baru Senayan: Mau RUU Perampasan Aset Lolos? UU Polri Harus Direvisi Dulu