Suara.com - Presiden AS Donald Trump, Sabtu (7/9), mengatakan ia telah membatalkan perundingan perdamaian dengan pemimpin Taliban Afghanistan setelah kelompok gerilyawan itu mengaku berada di balik serangan di Kabul, yang menewaskan satu tentara AS dan 11 orang lainnya.
Trump mengatakan ia tadinya berencana melakukan pertemuan rahasia dengan "para pemimpin utama" Taliban pada Minggu di kompleks kepresidenan di Camp David, Maryland.
Trump juga mengatakan bahwa ia sedianya akan bertemu dengan presiden Afghanistan.
Namun, kata Trump, dia segera membatalkan rencana pembicaraan itu setelah Taliban menyatakan sebagai pihak di balik serangan.
"Kalau mereka tidak bisa menyetujui gencatan senjata selama perundingan perdamaian yang sangat penting ini, dan bahkan membunuh 12 orang tak berdosa, mungkin mereka juga tidak punya kekuatan untuk merundingkan perjanjian itu," kata Trump di Twitter.
Para gerilyawan Taliban, yang saat ini menguasai lebih banyak wilayah dibandingkan dengan masa sejak 2001, pekan lalu melancarkan serangkaian serangan baru di kota-kota utara, Kunduz dan Pul-e Khumri.
Mereka juga melakukan dua pengeboman bunuh diri di Ibu Kota Afghanistan, Kabul.
Salah satu ledakan itu, yakni serangan bunuh diri di Kabul pada Kamis (5/9), menewaskan Sersan Angkatan Darat Elis A. Barreto Ortiz, 34 tahun asal Puerto Rico.
Dengan kematian Ortiz, sudah 16 tentara Amerika Serikat yang tewas di Afghanistan sepanjang tahun ini.
Baca Juga: 6 Wartawan Afghanistan Diculik Taliban
Pada awal pekan ini, para perunding AS dan Taliban membuat rancangan kesepakatan perdamaian, yang bisa membuka jalan bagi AS untuk semakin mengurangi jumlah tentaranya di Afghanistan --dalam perang terlama yang dijalani AS.
Berdasarkan kesepakatan itu, ribuan tentara AS akan dipulangkan ke tanah air mereka dalam kurun berapa bulan. Sebagai imbalannya, Taliban harus menjamin bahwa Afghanistan tidak akan digunakan sebagai markas untuk melancarkan serangan militan terhadap Amerika Serikat dan negara-negara sekutunya.
Perjanjian perdamaian secara penuh, untuk mengakhiri perang dari 18 tahun, itu akan bergantung pada perundingan "antar-kalangan di Afghanistan" berikutnya.
Taliban telah menolak desakan untuk melakukan gencatan senjata. Kelompok itu justru semakin meningkatkan pergerakannya di seantero negeri. (Reuters/Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Motor Matic untuk Keluarga yang Irit BBM dan Murah Perawatan
- 58 Kode Redeem FF Terbaru Aktif November 2025: Ada Item Digimon, Diamond, dan Skin
- 5 Rekomendasi Mobil Kecil Matic Mirip Honda Brio untuk Wanita
- Liverpool Pecat Arne Slot, Giovanni van Bronckhorst Latih Timnas Indonesia?
- 5 Sunscreen Wardah Untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Bantu Atasi Tanda Penuaan
Pilihan
-
HP Mau PHK 6.000 Karyawan, Klaim Bisa Hemat Rp16,6 Triliun
-
4 HP Baterai Jumbo Paling Murah Tahan Seharian Tanpa Cas, Cocok untuk Gamer dan Movie Marathon
-
5 HP Memori 128 GB Paling Murah untuk Penggunaan Jangka Panjang, Terbaik November 2025
-
Hari Ini Bookbuilding, Ini Jeroan Keuangan Superbank yang Mau IPO
-
Profil Superbank (SUPA): IPO Saham, Harga, Prospek, Laporan Keuangan, dan Jadwal
Terkini
-
Pagi Ini, KPK Masih Tunggu Surat Keputusan Rehabilitasi Eks Dirut ASDP Ira Puspadewi Dkk
-
Dompet Dhuafa Menyapa Masyarakat Muslim di Pelosok Samosir, Bawa Bantuan dan Kebaikan
-
Usai Dapat Rehabilitasi Prabowo, Kuasa Hukum Ira Puspadewi Langsung Sambangi KPK
-
Kementerian PANRB Raih Predikat Unggul IKK Award 2025
-
Viral! Warga Malah Nonton Saat Gunung Semeru Luncurkan Debu Vulkanik Raksasa di Jembatan Ini
-
Viral Stiker Keluarga Miskin Ditempel di Rumah Punya Mobil,Bansos Salah Sasaran Lagi?
-
Plot Twist! Kurir Narkoba Kecelakaan di Tol Lampung, Nyabu Dulu Sebelum Bawa 194 Ribu Ekstasi
-
Mahfud MD Soal Geger di Internal PBNU: Konflik Tambang di Balik Desakan Gus Yahya Mundur
-
'Terima Kasih Pak Prabowo': Eks Dirut ASDP Lolos dari Vonis Korupsi, Pengacara Sindir KPK Keliru
-
Yusril: Pemberian Rehabilitasi Kepada Direksi Non Aktif PT ASDP Telah Sesuai Prosedur