Suara.com - Proses modifikasi cuaca untuk mendatangkan hujan buatan saat ini sedang gencar dilakukan pemerintah. Meski begitu, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) berharap ada penambahan pesawat untuk operasional sendiri dalam rangka pelaksanaan teknologi modifikasi cuaca (TMC).
Kebutuhan armada pesawat yang cukup saat ini dirasa mendesak, lantaran kebakaran hutan dan lahan di area yang luas perlu direspon cepat. Apalagi, kondisi pertumbuhan awan yang dinamis. Karena operasi TMC dapat dilakukan jika ada awan, sementara keberadaan awan bisa hilang dalam satu atau dua hari.
"Armada pesawat memegang peranan penting dalam operasi TMC. Minimal kegiatan TMC menggunakan pesawat sekelas King Air dan Cassa untuk metode penyemaian berbeda, baik flare atau semai powder," kata Deputi Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam BPPT Yudi Anantasena seperti dilansir Antara, Jumat (4/10/2019).
Menurut Yudi, saat ini pihaknya hanya memiliki dua armada pesawat yang dalam kondisi perbaikan, sehingga hanya mengandalkan pesawat milik TNI Angkatan Udara untuk melaksanakan TMC saat ini.
Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca BPPT hanya memiliki satu unit pesawat Cassa 212-200 PK-TMA, dan satu unit pesawat Piper Cheyenne II PK TMC yang merupakan pesawat bekas yang dibeli dari Amerika Serikat.
Pada awal pekan ini, TNI Angkatan Udara menarik armada Hercules C130 dari Posko TMC Pekanbaru untuk misi baru sehingga penanganan di Jambi akan dibagi dua yakni untuk penanganan Jambi bagian tenggara dan selatan ditangani Posko TMC Palembang, Sumatera Selatan. Sementara, Jambi bagian utara akan ditangani Posko TMC Pekanbaru.
Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC) BPPT Tri Handoko Seto mengatakan, idealnya BPPT seharusnya memiliki lima pesawat untuk melakukan operasi TMC terutama untuk mendatangkan hujan buatan di saat kebakaran hutan dan lahan dengan cepat meluas.
Serta, kondisi awan yang bisa hilang dalam satu dan dua hari. Oleh karena itu, ketersediaan armada yang cukup akan mempercepat operasi TMC.
Ketika operasi TMC diperlukan, BPPT tidak bisa serta merta langsung terjun melakukan operasi hujan buatan karena tidak memegang anggaran untuk operasi TMC, BPPT hanya menyediakan layanan TMC. BPPT tidak memiliki independensi untuk melakukan operasi TMC, dan secara prosedur BPPT memang harus menerima permintaan dari BNPB yang akan mengucurkan dana operasi TMC ke BPPT.
Baca Juga: Hujan Buatan Sukses Basahi Riau
"Selama ini BPPT baru bekerja ketika sudah ada permintaan dari BNPB. Sementara ketika ada permintaan itu, BPPT mencari pesawat karena kurangnya armada," ujarnya.
Sementara, ketika ada permintaan dari BNPB untuk operasi hujan buatan, awan ada, namun pesawat tidak ada, maka operasi TMC tidak bisa segera dilakukan. Pertumbuhan awan yang dinamis, yang dapat hilang dalam waktu satu dan dua hari juga harus direspon dengan cepat untuk dapat menyemai bahan semai berupa garam agar dapat mendatangkan hujan.
Seto juga menuturkan saat ini sumber daya manusia untuk TMC terbatas sehingga tidak mampu membuka posko di Jambi karena keterbatasan tenaga. Dia mendorong perguruan tinggi untuk mencetak SDM yang bergerak di bidang TMC karena kebutuhan akan tenaga yang memahami operasi TMC, sebagaimana ada jurusan khusus TMC di China, namun di Indonesia belum ada hingga saat ini.
"Kalau BPPT dibekali independensi, BPPT lakukan perencanaan dengan matang secara ilmiah sehingga hasilnya lebih efektif," ujarnya.
BPPPT mengatakan perlu dilakukan penelitian, pengembangan, pengkajian dan penerapan TMC lebih masif dikerjakan oleh kementerian atau lembaga lainnya termasuk perguruan tinggi.
Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2015 tentang Peningkatan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan mengamanatkan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi untuk melaksanakan hujan buatan dan teknologi pembukaan lahan tanpa bakar.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Sedan Bekas yang Jarang Rewel untuk Orang Tua
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- 5 Sepatu Lari Hoka Diskon 50% di Sports Station, Akhir Tahun Makin Hemat
- 5 Rekomendasi Sepatu Lokal Senyaman Skechers Buat Jalan-Jalan, Cocok Buat Traveling dan Harian
- 6 Mobil Bekas untuk Pemula atau Pasangan Muda, Praktis dan Serba Hemat
Pilihan
-
Bencana Sumatera 2025 Tekan Ekonomi Nasional, Biaya Pemulihan Melonjak Puluhan Triliun Rupiah
-
John Herdman Dikontrak PSSI 4 Tahun
-
Bukan Sekadar Tenda: Menanti Ruang Aman bagi Perempuan di Pengungsian
-
4 Rekomendasi HP Xiaomi Murah, RAM Besar Memori Jumbo untuk Pengguna Aktif
-
Cek di Sini Jadwal Lengkap Pengumuman BI-Rate Tahun 2026
Terkini
-
Pesan Natal Uskup Agung: Rawat Alam, Jangan Biarkan Rakyat Jadi Korban
-
UMP Jakarta 2026 Kalah dari Bekasi dan Karawang, Said Iqbal: Tidak Mungkin Ibu Kota Lebih Rendah!
-
Libur Natal Kawasan Monas 'Diserbu' Ribuan Pengunjung, Wisatawan China hingga Brasil Ikut Meramaikan
-
Dekorasi Natal Katedral Jakarta Tampil Sederhana, Gunakan Bahan Daur Ulang dan Wastra Nusantara
-
Mendagri dan sejumlah menteri pantau kesiapan ibadah Malam Natal 2025 di Jakarta.
-
Said Iqbal Tolak Kenaikan UMP Jakarta 2026 Rp5,73 Juta, Nilai Tak Cukupi Kebutuhan Hidup Layak
-
Magis Natal di Jantung Jakarta: Kala Bundaran HI Bersolek dalam Lautan Cahaya
-
Agenda Natal di Katedral Jakarta: Misa Pontifikal hingga Misa Lansia
-
Sampah Jadi Listrik Dinilai Menjanjikan, Akademisi IPB Tekankan Peran Pemilahan di Masyarakat
-
Wapres Gibran ke Jawa Tengah, Hadiri Perayaan Natal dan Pantau Arus Mudik Akhir Tahun