Suara.com - Koordinator KontraS Papua, Sam Awom, menilai wacana pemekaran wilayah provinsi Papua Selatan justru akan menimbulkan permasalahan baru. Awom menyebut rakyat Papua tidak membutuhkan kebijakan pemekaran wilayah tersebut.
Hal itu dikatakan Awom dalam diskusi publik Lokataru bertajuk 'Proyeksi Kebebasan Sipil di Periode Kedua Pemerintahan Joko Widodo' di Cikini, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (30/10/2019).
Mulanya, Awom mengungkapkan bahwasanya beragam persoalan di tanah Papua seperti pelanggaran HAM dan kesejahteraan yang banyak diprotes rakyat Papua merupakan bentuk kegagalan Presiden Joko Widodo alias Jokowi dalam memimpin selama lima tahun belakangan ini.
Kegagalan Jokowi di periode pertama itu, kata Awom, dinilai justru semakin diperparah dengan adanya wacana pemekaran wilayah provinsi Papua Selatan yang diyakini tidak akan menyelesaikan permasalah yang ada di bumi Cendrawasih.
"Di saat periode pemerintahan berikut Jokowi tidak membuat suatu kesimpulan kebijakan yang masif di Papua. Dia coba buat pemekaran wilayah di Papua yang justru akan membangun situasi yang lebih parah di Papua. Rakyat tidak membutuhkan itu," kata Awom.
Menurut Awom yang dibutuhkan rakyat Papua ialah adanya ruang demokrasi yang terbuka. Selain itu, adanya penuntasan terhadap kasus pelangggaran HAM di tanah Papua.
"Sudah disimpulkan oleh Tito sebagai Mendagri bahwa Papua Selatan akan jadi. Ini persoalan yang baru lagi. Kegagalan yang lebih rumit dibuat oleh pemerintahan Jokowi," ujarnya.
Lebih lanjut, Awom mengungkapkan bahwasanya tidak ada komitmen yang kuat dari pemerintahan Jokowi untuk betul-betul menyelesaikan persoalan di Papua. Apalagi, Awom mengkalim kekinian keterbukaan akses informasi di Papua masih dibatasi.
"Kami melihat tidak ada bentuk yang tepat, resolusi konflik yang harus dibangun di Papua. Kemudian tidak ada ruang yang tepat untuk mmbuka ruang demokrasi. karena semua dilarang," katanya.
Baca Juga: Mahfud MD Sebut Pemekaran Provinsi di Papua Harus Dianalisis
"Aksi tidak boleh, tidak boleh ada peliputan media internasional, tidak boleh ada segala macam. Justru mmbahayakan situasi di Papua. Justru membuat perlawanan masyarakat Papua itu lebih kuat," Awom menambahkan.
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
Pilihan
-
Emiten Sejahtera Bintang Abadi Textile Pailit, Sahamnya Dimiliki BUMN
-
Jaminan Laga Seru! Ini Link Live Streaming Bayern Munchen vs Chelsea
-
Kendal Tornado FC vs Persela Lamongan, Manajemen Jual 3.000 Tiket
-
6 Rekomendasi HP Murah Rp 3 Jutaan dengan Kamera Terbaik September 2025
-
Wakil Erick Thohir Disebut jadi Kandidat Kuat Menteri BUMN
Terkini
-
Dampingi Wapres Gibran ke Papua, Wamendagri Ribka Akan Segera Tindak Lanjuti Hasil Kunjungan
-
Menteri HAM Sebut Mudah Temukan 3 Mahasiswa Hilang dengan CCTV, DPR: Kalau Gampang Laksanakan Dong!
-
Update Orang Hilang Peristiwa Agustus: Satu Telah Ditemukan, Dua Belum Kembali!
-
Sebut Geng Solo Virus di Kabinet, Soenarko : Keluarkan Menteri Diduga Korupsi dan Orang Jokowi
-
Mendesak Reformasi Polri, Peluang Anak Buah Prabowo Naik Pangkat Terbuka? Ini Kata Pengamat!
-
DPRD DKI Ungkap Parkir Ilegal Bisa Rugikan PAD Rp 700 Miliar per Tahun, 50 Operator Diduga Nakal
-
Parung Panjang Memanas! Warga Adang Truk, Dishub Dituding Lakukan Pembiaran
-
Hitung Mundur Dimulai? Analis Sebut Kapolri Diganti Usai Hari TNI, Ini Sinyalnya
-
DPRD 'Geruduk' Parkir Ilegal di Jaktim, Dua Lokasi Disegel Paksa, Potensi Pajak Miliaran Bocor
-
'Keterangan Anda Berubah!' Detik-detik Saksi PT Poison Ditegur Hakim di Sidang Sengketa Tambang