Suara.com - Pengamat politik Ujang Komarudin menilai di balik pembatalan pemberikan penghargaan Adikarya Wisata 2019 kepada diskotek Colosseum Club 1001 dari Pemprov DKI Jakarta karena sang Gubernur, Anies Baswedan takut kehilangan dukungan dari kelompok ormas Islam, seperti FPI.
Keputusan pencabutan penghargaan ini diambil setelah ramai protes dari sejumlah organisasi masyarakat seperti Front Pembela Islam (FPI) dan Gerakan Pemuda Islam (GPI). Sebelumnya, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemprov DKI berdalil pertimbangan Colosseum Club 1001 diberikan penghargaan Adikarya Wisata 2019 didasarkan dedikasi, kinerja perusahaan, serta kontribusi terhadap pariwisata Jakarta.
Namun pada Senin (17/12/2019) kemarin, Pemprov DKI mengubah keputusannya dengan alasan catatan merah pengunjung Colosseum pada 7 September 2019, melalui laporan surat dari Badan Narkotika Nasional Provinsi DKI Jakarta kepada kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata pada tanggal 10 Oktober 2019. Pengamat politik Ujang Komarudin menanggapi langkah mencabut penghargaan untuk Colosseum tersebut sesuai janji Anies Baswedan saat kampanye Pilgub Jakarta 2017 lalu, untuk menutup tempat-tempat hiburan malam yang melanggar.
"Dan Anies sudah menepati janjinya dengan menutup Alexis. Penutupan Alexis menjadi gebrakan hebat yang menyenangkan pendukung termasuk FPI, dan lainnya," ucap direktur eksekutif Indonesia Political Review (IPR) ini saat dihubungi Ayojakarta, Selasa (17/12/2019).
Dengan memberikan penghargaan kepada Colosseum, Anies justru dianggap ingkar janji. Protes yang bermunculan dari sejumlah ormas itu akan merugikan Anies.
"Selain karena dianggap ingkar janji kampanye. FPI juga bisa tarik dukungan dari Anies. Karena kita tahu, FPI, dan lainnya merupakan pendukung dan pemilih Anies ketika Pilgub 2017 lalu," sambung Ujang. Sehingga ia menilai wajar jika Anies akhirnya mencabut penghargaan tersebut.
"Lebih baik mencabut penghargaan daripada ditinggal oleh para loyalis dan pendukung-pendukungnya," papar Ujang.
Ke depan hemat dia, Pemprov DKI harus lebih memverifikasi secara matang dalam memberi penghargaan kepada tempat-tempat hiburan malam atau diskotek yang dianggap sebagai tempat maksiat.
"Agar kebijakannya tidak salah, agar kebijakannya kuat dan agar kebijakannya tak labil dan mudah goyah," tandasnya.
Baca Juga: Anies Cabut Penghargaan Colosseum, Teddy PKPI Beri Sindiran Telak
Berita Terkait
-
Anies Cabut Penghargaan Colosseum, Teddy PKPI Beri Sindiran Telak
-
Penghargaan Diskotek Colosseum Dicabut, Tiba-tiba Ada yang Teriak Oh My God
-
Ada Narkoba di Diskotek Colosseum, Tapi Belum Juga Ditutup Anies
-
Anies Cabut Penghargaan Colosseum, Tengku Zul: Itulah Pemimpin Bijaksana
-
Sekda Jakarta Apresiasi Wartawan soal Penghargaan Colosseum
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
Kemendagri Batalkan Mutasi Kepala SMPN 1 Prabumulih, Wali Kota Arlan Terancam Sanksi
-
DPW dan DPC PPP dari 33 Provinsi Deklarasi Dukung M Mardiono Jadi Ketua Umum
-
Menteri HAM Natalius Pigai Sebut Orang Hilang 'Belum Terlihat', YLBHI Murka: Denial!
-
Dari Dirut Sampai Direktur, Jajaran BPR Jepara Artha Kini Kompak Pakai Rompi Oranye
-
Pemeriksaan Super Panjang, Hilman Latief Dicecar KPK Hampir 12 Jam soal Kuota Haji
-
Dikira Hilang saat Demo Ricuh, Polisi Ungkap Alasan Bima Permana Dagang Barongsai di Malang
-
Tito Karnavian: Satpol PP Harus Humanis, Bukan Jadi Sumber Ketakutan
-
Wamenkum Sebut Gegara Salah Istilah RUU Perampasan Aset Bisa Molor, 'Entah Kapan Selesainya'
-
'Abuse of Power?' Kemendagri Sebut Wali Kota Arlan Langgar Aturan Copot Kepala SMP 1 Prabumulih
-
Strategi Baru Senayan: Mau RUU Perampasan Aset Lolos? UU Polri Harus Direvisi Dulu