Suara.com - Katib Am Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf akan bertolak ke Vatikan, guna memenuhi undangan Pertemuan Tingkat Tinggi Agama-agama Ibrahim. Dalam pertemuan tersebut, Gus Yahya akan menjadi pembicara dan menyampaikan sejumlah pesan yang berkaitan dengan dialog antar agama.
Gus Yahya menjadi salah satu dari enam tokoh wakil dunia Islam yang diundang guna memenuhi kontribusi pemikiran tentang gerakan bersama untuk perdamaian dunia. Rencananya Gus Yahya akan berada di Vatikan mulai Selasa hingga Jumat, 17 Januari 2020.
"Ini undangan kedua ke Vatikan sejak saya bertemu Paus bulan September tahun lalu. Bulan Oktober tahun lalu saya juga diundang ke Vatikan untuk mengikuti konvensi tentang euthanasia, tapi saya berhalangan hadir karena terikat tugas di tanah air. Kali ini saya harus hadir karena agendanya luar biasa penting,” kata Gus Yahya dalam keterangan tertulisnya, Senin (13/1/2020).
Gus Yahya menuturkan, dirinya bakal membahas soal cita-cita peradaban mulia yang terkandung dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 dan juga rencana-rencana strategis yang telah dibangun di lingkungan NU.
Menurutnya dialog antar agama tidak boleh terbatas dengan kata-kata manis dari kutipan-kutipan kitab suci dan pernyataan dari tokoh-tokoh suci.
"Sudah terlalu lama umat manusia menunggu para tokoh agama bicara sejujur-jujurnya tentang masalah-masalah yang nyata-nyata sedang menimpa umat manusia dewasa ini, termasuk permusuhan dan konflik yang bengis di antara kelompok-kelompok berbeda agama," ujar mantan Anggota Dewan Pertimbangan Presiden tersebut.
Agama kata Gus Yahya, diturunkan ke bumi untuk menolong umat manusia dalam mencari jalan keluar dari masalah-masalah. Akan tetapi pada implementasinya seringkali malah dijadikan untuk identitas kelompok dengan tujuan bersaing ataupun bertarung melawan kelompok yang dianggapnya berbeda.
"Pada titik itulah, agama menjadi sumber konflik. Sebab itu, kita harus memerdekakan agama dari jerat posisi sebagai sumber masalah dan mengembalikannya kepada tujuan hakiki sebagai landasan untuk memecahkan masalah,” tuturnya.
Untuk diketahui, pertemuan tersebut diinisiasi oleh "Multi-Faith Neighbours Network" atau sebuah organisasi Amerika yang diawaki oleh Imam Eksekutif All Dulles Area Muslim Society Center, Imam Mohamed Magid, Pastor Bob Roberts yang merupakan pendiri Gereja Northwood di Keller, Texas, AS dan Rabbi David Saperstein yang menjadi Presiden World Union for Progressive Judaism (Perserikatan Yahudi Progresif Seluruh Dunia).
Baca Juga: Meski China Investor Besar, PBNU Minta Pemerintah Tak Lembek soal Natuna
Di sisi lain, Pastor Bob Roberts mengatakan pentingnya mengundang Gus Yahya untuk bisa hadir dalam acara tersebut karena wujud nyata yang dilakukan Gus Yahya dalam mewujudkan perdamaian antar agama.
Pemerintah Amerika Serikat yang ikut mendukung inisiatif ini merasa perlu untuk meminta secara langsung kehadiran Gus Yahya.
Bahkan Duta Besar Keliling Amerika Serikat Samuel D. Brownback sampai mengirim surat pribadi kepada Gus Yahya agar yang bersangkutan bisa hadir. Dalam suratnya, Samuel berharap Gus Yahya bisa ikut hadir dan mendiskusikan soal perdamaian antar agama.
"Harapan terbesar saya bahwa Anda dapat bergabung dengan kami untuk mendiskusikan agama-agama kita sebagai landasan menuju perdamaian. Upaya yang akan kami lakukan hanya mungkin terwujud dengan kehadiran Anda," ujar Samuel.
Selain Gus Yahya, sejumlah tokoh pun diundang dalam pertemuan tersebut. Dari perwakilan agama Islam, ada Syaikh Abdul Karim Khasawneh, Grand Mufti Yordania, Syaikh Abdullah Bin Bayah dari Dewan Fatwa Uni Emirat Arab, Sayyed Yousif Al Khoei, Direktur Pusat Studi Akademik Syiah di Inggris, Imam Hassan Qazwini dari Institut Islam Amerika di Michigan dan Dr Ingrid Mattson, profesor dari University of Western Ontario, Kanada.
Kemudian dari kalangan Kristen diwakili oleh Kardinal Miguel Angel Ayuso Guixot, Presiden Pontifical Council for Interreligious Dialogue (Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama) dan Prof Dr Thomas K. Johnson, Duta Besar World Evangelical Alliance untuk Vatikan dan untuk Humanitarian Islam. Sedangkan Kalangan Yahudi diwakili Chief Rabbi David Rosen, Direktur Internasional untuk Masalah-masalah Agama dari American Jewish Committee beserta sejumlah Rabbi senior dari Amerika, Italia, dan lain-lain.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
Terkini
-
Kebun Sawit di Papua: Janji Swasembada Energi Prabowo yang Penuh Risiko?
-
Bukan Alat Kampanye, Megawati Minta Dapur Umum PDIP untuk Semua Korban: Ini Urusan Kemanusiaan
-
Tak Mau Hanya Beri Uang Tunai, Megawati Instruksikan Bantuan 'In Natura' untuk Korban Bencana
-
Jaksa Bongkar Akal Bulus Proyek Chromebook, Manipulasi E-Katalog Rugikan Negara Rp9,2 Miliar
-
Mobil Ringsek, Ini 7 Fakta Kecelakaan KA Bandara Tabrak Minibus di Perlintasan Sebidang Kalideres
-
Giliran Rumah Kajari Kabupaten Bekasi Disegel KPK
-
Seskab Teddy Jawab Tudingan Lamban: Perintah Prabowo Turun di Hari Pertama Banjir Sumatra
-
7 Fakta Warga Aceh Kibarkan Bendera Putih yang Bikin Mendagri Minta Maaf
-
Skema WFA ASN dan Pegawai Swasta Nataru 2025, Termasuk TNI dan Polri
-
Pakar Hukum Unair: Perpol Jabatan Sipil Polri 'Ingkar Konstitusi', Prabowo Didesak Turun Tangan